Pagi hari yang sama seperti hari-hari yang lalu. Penuh dengan kabut dan disambut oleh kicauan burung yang lembut & merdu.
Ibu membangunkanku dengan suara yang sangat merdu seperti suara petir yang menggelegar.
Akhirnya aku terpaksa bangun dari mimpiku yang semalam, ku buka jendela menuju udara pagi yang segar dan pancaran sinar matahari masuk menyilaukan mata.
Aku berjalan menuju kamar mandi untuk meraup wajahku yang penuh dengan air liur, setelah itu aku kembali lagi ke kamar untuk menunggu sarapan pagi.
Ku duduk di kursi depan meja komputer, menatap layar monitor dan membuka situs jejaring sosial seperti biasa.
Namun hal yang kuharapkan ternyata masih belum ada, dia yang kutunggu menyapaku seperti kemarin masih belum online. Aku mengirim pesan kepadanya
"Pagi Sha, udh bangun apa belom nih?"
Kulihat masih centang dan kutinggal melihat-lihat postingan di beranda seperti biasa. Tak lama kemudian sarapan sudah siap, kutinggal komputerku dan sarapan di meja makan, dan setelah kembali lagi di depan monitor kulihat masih belum ada respon sama sekali.
Entah kenapa aku merasa ada yang janggal, tapi aku lebih memilih berpikir positif kalau ia masih sibuk dengan dunianya sendiri.
Waktu menunjukkan pukul 6 pas, dia masih belum menjawab. Aku akhirnya memutuskan untuk berangkat ke sekolah, meninggalkan komputerku yang sedang menyala itu.
###
Dalam perjalanan aku hanya bisa memikirkan dia dan juga bertanya-tanya
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Mengapa tidak dibalas?"
"Dia dimana?"
"Apakah ia sibuk sekali?"
"Dia sama siapa?"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Otakku penuh dengan pertanyaan-pertanyaan itu dan tak kusadari aku telah sampai di sekolah.
Sepanjang perjalanan ke kelas, yang bisa kupikirkan hanyalah dia. Entah kenapa serasa ada yang kurang di hatiku ini, rasa seperti hampa yang tidak bisa dijelaskan.
Menaiki tangga dan sampai di kelas aku masih memikirkannya. Setelah ku menaruh tasku di kursi, aku berjalan menuju depan kelas menunggu dia melewati kelasku.
Bel masuk berbunyi, ia masih belum datang juga. Aku pun kembali ke kelas dengan perasaan kecewa dan sedih.
Pada saat jam pelajaran, lewatlah satpam sekolahku, namanya Pak Amari. Ia mengantarkan surat ke kelas sebelah, kelasnya Shasa.
Setelah melihat ia lewat, aku berpikir bahwa Shasa mungkin ijin tidak masuk karena suatu hal, kalau tidak ijin ya kemungkinan sakit.
###
Bel istirahat pertama berbunyi, aku keluar ke kelas sendiri menghampiri kelasnya Shasa, di kelasnya aku hanya mengenal Tata, jadi aku panggil ia keluar. Setelah itu kami mengobrol di depan kelasku.
"Ta, Shasa mana? Gk masuk kah?"
"Gk masuk Gi, itu ada suratnya. Tulisannya ijin keluar kota"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystery Gal
Teen FictionKisah ini berawal dari sesosok remaja laki-laki yang berkehidupan biasa-biasa saja, menjadi penuh dengan warna bagaikan pelangi yang indah karena sesosok gadis misterius. Tapi apakah pelangi tersebut akan bertahan lama atau hanya sementara? Apa seb...