(Tersedia di Gramedia)
Perjodohan, siapa yang mau dijodohkan? Apalagi dengan musuh bebuyutan yang terkenal cuek dan tidak berperasaan?
Andrenaya, sebuah kisah percintaan antara dua remaja yang saling membenci. Kisah mereka dimulai dengan keadaan ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Membenci dan mencintai. Aku masih dalam perjalanan menuju dua arah tersebut. Ke arah mana aku melangkah nanti itu tergantung bagaimana kau memperlakukanku.
••••
Lelah berkeliling, akhirnya Anaya dapat beristirahat juga. Gadis itu mengambil posisi terlentang di atas kasur, menghela napas panjang. Anaya terlalu senang sore ini, hingga tak ada celah untuknya memanyunkan bibir. Andre pun nampak bersahabat dengannya, selama mereka berkeliling pria itu tidak sedikitpun bersikap yang membuat mood Anaya buruk. Andre nampak menikmati perjalanan mereka, hingga kebahagiaan yang tak kalah besar juga dia dapat.
Andre mengajak Anaya ke taman yang dipenuhi berbagai macam bunga di sana, tempat itu benar-benar indah bagi Anaya yang baru sekali mengunjunginya. Kalau saja Anaya tahu ada tempat seindah ini, dia akan selalu mengunjunginya di akhir minggu untuk melepas penat dari berbagai kegiatannya. Membayangkan selalu berkunjung ke tempat indah ini saja sudah membuatnya senang, apalagi jika memiliki rumah di sana?
Anaya mengambil kamera miliknya, melihat-lihat kembali hasil bidikannya dan Andre tadi. Senyum Anaya mengembang, ternyata pria datar itu pandai dalam pengambilan sebuah gambar, hanya beberapa hasil bidikannya yang tidak sesuai. Besok Anaya akan mencetaknya.
Pintu terbuka mengalihkan pandangan Anaya, gadis itu menoleh beberapa saat. Sebelum memfokuskan kembali pandangannya pada layar kamera, Anaya berucap, "Dari mana?" tanyanya tanpa sadar. Ah, sejak kapan Anaya peduli pada pria itu?
Andre tidak terlihat menunjukkan ekspresinya, wajah tampannya tetap sama, datar. "Kamar Mami," balas Andre singkat.
Anaya hanya ber'oh'ria. Tidak terlalu peduli juga mau ke mana dan apa saja yang dilakukan oleh Andre. Mengurusi hidupannya lebih penting daripada mencampuri urusan pribadi pria datar dan kaku itu yang belum tentu akan melakukan hal yang sama padanya.
"Lo apa gue yang mandi duluan?" tanya Andre kemudian. Pria itu sedang duduk di atas sofa, melepas sepatu dan kaos kakinya.
Anaya diam, berpikir beberapa saat. "Gue duluan," jawabnya lantas menyimpan kameranya ke dalam laci nakas, kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
Andre membuka laci nakas yang terakhir kali Anaya buka, mengambil kamera gadis itu. Andre menyandarkan punggung pada kepala ranjang, dia ingin melihat satu persatu foto yang ada di dalam kamera tersebut. Siapa tahu dia mendapatkan sesuatu yang dapat dijadikan bahan untuk mengerjai gadis manja yang sedang bersenandung ria di dalam kamar mandi, Anaya.
Tanpa dia sadari, Andre menyunggingkan senyuman ketika melihat foto masa kecil Anaya. Anak itu terlihat begitu cantik, lucu, dan menggemaskan dengan memakai dress selutut ditambah bando kupu-kupu di kepalanya. Andre beralih pada foto lain yang memperlihatkan seorang anak kecil yang sedang berulang tahun. Senyum lebar Anaya pada foto itu membuat hati Andre berdesir. Entah apa yang sedang dia rasakan.