Gatha, begitu gadis itu disapa. Senyum manis yang selalu memberikan kesan ceria itu lagi-lagi tersungging. Tidak ada alasan khusus bagi Gatha menyunggingkan senyumnya. Hanya karna terlalu bahagia. Akhirnya, hari pertama kuliahnya telah usai begitu saja.
Ivanka Agatha Clarissa.
Salah satu mahasiswi baru fakultas kedokteran Universitas Brawijaya, Malang. Tidak tinggi, tidak putih, tidak cantik. Namun gadis itu selalu memberikan kesan ramah pada siapapun. Hal itu yang membuatnya begitu dicintai.
Gatha melangkah mantap bermaksud meninggalkan pekarangan gedung kampus nya.
'Sebelum pulang, mampir ke toko kosmetik, lalu supermarket,' begitu pikirnya.
Baru saja Gatha membuka ponselnya, bermaksud memesan taksi. Namun, ia mengurungkan niatnya itu saat ada yang memanggil namanya.
"Gatha! Agatha!" Teriak suara itu berat.
"Ya?" Sahut Gatha memutar badannya lalu terdiam.
Orang itu, alasan terbesar Gatha untuk pindah ke tempat ini. Orang itu, yang membuat Gatha selalu kecewa dan bahagia di waktu yang bersamaan. Lagi-lagi orang itu, yang membuat Gatha jatuh kedalam sebuah kata yang sederhana, cinta. Dan orang itu juga, yang membuat Gatha menyerah pada cinta.
"Nathan?" Gumam Gatha terkejut.
"Lo Gatha kan? Agatha kelas dua belas ipa satu?"
"I-iya bener. K-kok lo disini?"
"Gue kuliah disini, tha. Ga nyangka ketemu lu," ujar Nathan riang.
"E-emang kenapa kalo ketemu gue?" Gatha mulai gugup.
"Ya soalnya cuma lu yang gue kenal! Kita kan dulu satu sekolah!"
Gatha menghela nafas. Mungkinkah dirinya harus mengalami sakit hati lagi? Jadi sebenarnya, ia harus berusaha atau menyerah?
Gatha membalikan badannya bermaksud meninggalkan Nathan. Namun Nathan menarik tangannya, membuat Gatha terdiam dengan jantung yang berdetak lebih cepat.
"Mau kemana? Gue belom kelar ngomong!" Ujar Nathan.
"Gue mau pulang, than."
"Gue bawa mobil. Gue anter aja," tawar Nathan.
"Heng.." Gatha memikirkan alasan yang tepat. "Gue mau mampir ke mall dulu. Mau ke toko kosmetik sama supermarket!" Ujar Gatha berusaha terlihat sesantai mungkin.
"Gue anter. Sekalian nemenin lu. Mumpung gue udah gaada kelas lagi."
"Hah?" Gatha terkejut tidak habis pikir dengan sikap Nathan.
"Gausah hah heh hoh. Ayo," Nathan pun menarik Gatha ke parkiran.
***
Nathan tersenyum. Entah kenapa mendadak perasaannya menghangat. Ia fokus menyetir namun pandangannya sesekali teralihkan kearah Gatha.
Dia sudah lama mengenal Gatha, teman satu ekskulnya. Apalagi Gatha cukup terkenal, mengingat kepribadiannya yang ceria dan supel. Gatha mampu bergaul dengan siapa pun dari kalangan manapun.
Bukan, Nathan tidak menyukai Gatha. Nathan hanya kagum dengan sikap Gatha.
Namun, Nathan juga dibuat heran dengan tingkah gadis itu. Gatha memang bisa berbaur dengan senua orang, namun tidak dengan dirinya. Gatha seolah menciptakan jarak diantara mereka yang membuat mereka terasa sangat jauh.
Tapi, entah bagaimana akhirnya Tuhan mempertemukan mereka kembali. Apakah Tuhan sangat setuju jika Gatha dan Nathan bersahabat?
"Lo kuliah jurusan apa?" Nathan memulai pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Word
RomanceKarena cinta itu sederhara, biarkan aku mencintaimu, 'Tanpa Kata'.