Few hours later...
"Selesai" Gumamku.
Perasaan yang sama saat aku berhasil menyelesaikan lukisan, puas dan senang.
Aku menggambar seekor serigala berwarna putih ditengah hutan yang gelap, aku tak lupa meletak bulan penuh alias purnama dilukisanku.
Entahlah, hanya itu yang terbesit dalam pikiran ku. Seekor serigala putih berbulu cantik.
"Xi-xiyeon?" Seseorang memanggil namaku, aku merespon dengan menoleh ke arah pintu tepat dimana suara itu berasal.
TRAAANG!!!
Tangan kiriku terasa lemas dan melepas wadah cat yang dari tadi kupegang.
Sosok itu mengambil langkah ke arahku "Andwe!" Pekikku sambil berjalan mundur, punggungku terus menabrak kanfas dan meja kecil berisi perlengkapan melukis yang berbaris rapi di kelas.
Alhasil, kelas menjadi berantakan. Aku tak berani menatap wajahnya, aku hanya memandang kebawah tepat di kakinya.
Aku berbalik memunggunginya dan mengahdap tembok, kami mematung dan membisu sekitar beberapa detik "
Jangan lihat aku..." Sebuah mukjizat aku bisa berbicara, rasanya begitu mustahil untuk mengucapkan sepatah kata.
Tenggorokanku seperti tercekat! Dengan mudah aku mengeluarkan air mata dan aku pun tak dapat menahan isak tangisku.
Aku mendengar langkah kakinya "Jangan dekati aku!" Dia diam tak bersuara.
"Hubungan ini tak nyata. Aku tahu itu, hanya aku saja yang terlalu bodoh! Melibatkan perasaan dalam fake relationship ini. Tapi aku ini yeoja, yang selalu membawa perasaan dalam berbagai hal -- tak perduli sekecil apapun hal itu" Air mataku semakin deras, aku melengkapi semua kalimat dengan sedikit sesegukan. "
"We about pretending, pretending to love each other. I'm pretend to love you till i'm forgot that i was just pretending. So ironic, when know you was with someone else and you're my senior. Everday i saw you with her, everday i swallow the pain. I'm dying. This injures is nothing, i feel hurt more than this in my heart" Lututku terasa lemah dan sakit.
Aku berpegang pada tembok dihadapanku.
Lagi-lagi jungkook mencoba mendekat "Don't dare..." Tapi dia nekat mendekatiku dan menyentuh pundakku "Aku bilang jangan!" Aku menepis tangannya dari bahuku. Aku masih memunggunginya.
"Aku tahu kau mencoba untuk menyudahi hubugan ini dengan cara membatasi kontak denganku, kau hanya takut menyakitiku. Kau tak perlu takut. Kau sudah sering melakukannya tanpa kau sadari, jungkook-ssi" Aku berbaluk badan dan menghadapnya, aku mendongak sedikit untuk melihat wajahnya
"Let's end it up, Jeon Jungkook" Aku mengulas senyum pahit dengan susah payah.
Menahan airmata walau pun sangat susah. "Mianhae Xiyeon-ahh, jeongmal mianhae" Kata maaf melesat dari mulutnya, terdengar pilu.
Kata maaf itu membawa sejuta rasa sakit dan juga kebenaran.
Aku sudah menebak semuanya dan kata maaf itu mewakili penjelasan atas kebenarannya.
Dia merengkuh wajahku dengan lembut, menyisihkan poniku yang berantakan.
Dengan ragu dia memelukku "I'm so sorry, i didn't mean it" Aku tak membalas pelukannya, rasanya begitu sakit untuk menyentuhnya.
Air mataku kembali menyeruak. "Even i hate so damn much, i couldn't hate you jungkook. I'm too love you" Aku terkekeh getir "I hate that fact!"
Dia semakin mempererat pelukannya, tubuhnya bergetar. Dia membenambakn wajahnya di bahuku, aku bisa merasakan cairan hangat membasahi bajuku.
Dia menangis "Shh~ You no need to cry. You give me a lesson, i've learn from that"
Aku mengelus rambutnya penuh kasih sayang "Never accept to be anyone's second choice, I deserve more" Aku melepas pelukannya "Act like never happen between of us after this, go back to her. Don't betray her" Tanganku menangkup wajah ovalnya, ku hapus airmatanya dengan ibu jariku "Goodbye~" Aku berjalan meninggalkannya.
Pernyataan yang kulontarkan tadi semuanya bohong! Aku tak bisa melepas mu, tapi aku mencoba untuk bisa melepasmu. Mengikhlaskanmu.
Aku berpura-pura tegar untuk melepasmu, biar kau tak memikirkanku lagi.
Just let me keep it all, biarkan aku menyimpan kepedihan dan cinta ini untukmu, jungkook...
END
JANGAN LUPA UNTUK MEMBERIKAN
VOTE
☆
☆
☆
☆
☆