CHAPTER 01 ; OUR SWEET SERENDOUGH

63.9K 4.3K 106
                                    

Keana merasa kedinginan, jantungnya bergemuruh tanpa ampun, tentu bukan hanya karena udara kota yang mulai memasuki musim dingin, kalau boleh jujur Keana lebih terpacu karena aksi heroiknya hari ini.

"Hei-hei, apa yang kau lakukan?" Arlet menyela kegiatan Keana yang akan memasukkan tongkat ke tas jinjingnya.

"Aku akan membutuhkannya, supaya tidak merepotkan kalian." Terlambat, tongkat itu sudah jauh dari gapaiannya, Arlet sudah merenggutnya.

"Keana, akan lebih baik jika kau tidak menggunakannya." Marya menimpali, setuju dengan Arlet.

"Ini untuk kebaikanmu, Ana. Akan lebih baik jika orang tidak langsung menyadari kau tunanetra." Carla mengarahkan tangan Keana untuk menggandeng lengannya. "Jangan lepaskan tanganmu dariku, mengerti?" Carla megusap telapak tangan Keana pelan.

Carla, Arlet, juga Marya sudah memastikan semuanya aman. Mereka sudah mengatakan kepada Mom Bell bahwa Keana mengunci diri karena merajuk padanya, hingga tidak mungkin Bella akan menjenguk kamar mereka malam ini. Mereka juga sudah memastikan CCTV mati ketika Keana keluar dari panti.

Menurut mereka, ini kegiatan yang seru, membawa kabur putri kesayangan Mom Bell. Sementara untuk Keana ini sungguh membuatkan tegang, gugup, dan perasaan campur aduk lainnya yang tidak bisa diungkapkan. Dari sekian tahun dia tidak pernah keluar dari panti, akhirnya datang hari dia bisa menghirup udara kota yang berdebu. Lebih tidak sabar lagi mendengarkan kegiatan malam orang-orang kota yang pasti menarik.

"Kita akan pulang sebelum Mom Bell tahu bukan?" Keana Kembali memastikan, ketika sudah duduk di bangku mobil penumpang belakang bersala Carla.

"Tentu, seperti biasa, kita akan pulang untuk membatu Mom Bell mempersiapkan sarapan, jadi tentu sebelum itu kita harus kembali."

Keana menghela napa panjang berulang kali, berusaha lega dan menikmati sensasi kabur ini. Namun, entah mengapa dia tidak berhenti risau.

Memang, panti lumayan jauh dari kota, bukan hanya karena harga tanahnya yang murah, tetapi juga udara pinggiran kota lebih bagus untuk anak-anak yang baru masa pertumbuhan.

Namun, di pinggiran kota sangat jarang ada mata pencaharian yang mampu mencukupi kebutuhan panti, karena itu Bella dahulu memutuskan menyewa ruko kecil dan membuka toko kue roti dengan resepnya sendiri. Akan tetapi, toko kuenya mungkin tidak akan bertahan lama sebab uang sewa kian menanjak, karena itu dia memutuskan untuk patungan dengan orang lain untuk menyewa ruko tersebut, hingga diputuskan toko roti akan buka sejak pukul enam sore hingga pukul dua dini hari.

Ternyata, memang di waktu-waktu terebut malah banyak orang yang membutuhkan secangkir kopi atau coklat panas untuk teman mereka lembur.

Sudah hampir setengah jam perjalanan, akhirnya mobil berhenti untuk parkir, sementara toko mereka masih beberapa puluh meter di seberang jalan, yang membuat mereka berempat harus jalan sebentar.

"Kenapa malam ini jalanan sepi sekali, ya?" Carla menggumam setelah mereka sampai di depan toko.

"Apa keributan itu akan terjadi lagi?" Arlet membenarkan letak jaket Keana supaya gadis itu tetap hangat.

Keana tersenyum, dan berkata, "Terim kasih."

"Entah apa yang terjadi, seperti tidak akan baik untuk toko kita malam ini," gumam Marya yang tengah membuka pintu toko kue.

Keana yang digiring untuk duduk di balik kursi mesin kasir sedikit penasaran dengan yang Arlet katakan tadi."Memang ada keributan apa sebelumnya?"

"Beberapa hari ini sering ada mobil kebut-kebutan, entah apa yang mereka kejar," jawab Marya, sembari menurunkan kursi-kursi terbalik dari meja.

"Yang aku dengar, mereka sedang mengejar mafia-mafia kejam yang berkeliaran di kota belakangan ini." Arlet yang mengelap meja serta kursi menimpali dengan suara dramatisnya.

"Ma-mafia?" Jantung Keana bergemuruh takut mendengarnya.

"Iya Ana, katanya ketua mafia itu pria tua gemuk yang suka mencambuk wanita." Di akhir kalimatnya Arlet menambahkan seruan ngeri.

"Apa tidak sebaiknya aku pulang?"

Carla terkekeh melihat reaksi Keana. "Tidak Ana, Arlet hanya menggodamu. Aku dengar mobil-mobil itu sedang mengirim barang ke pasar selatan, karena jalur udara sedang bermasalah."

Keana dapat bernapas lega mendengar penjelasan Carla.

Ketika akan melanjutkan pembicaraan, lonceng toko berbunyi, pelanggan pertama mereka hari ini datang.

"Selamat datang di Our Sweet Serendough," ucap mereka bersamaan.

"Apa kalian sudah buka?" tanya wanita dengan gaya gaun merah cerahnya dengan suara yang agak berat. Kalau tidak salah ingat, wanita itu sudah dating beberapa kali ke toko roti mereka.

"Sudah, Nyonya. Silahkan memesan di sini," Carla yang bertugas sebagai kasir dan waiter dengan sigap menerima pesanan. Sementara Arlet dan Marya yang bertugas sebagai chef sekaligus barista, segera menyiapkan menu.

"Apa dia pekerja baru kalian? Aku tidak pernah melihatnya." Wanita itu lama menatap Keana.

Senyum tipis menghiasi bibir Keana untuk membalas pertanyaan itu. "Aku hanya mampir." Akan sangat aneh jika dia mengatakan sebagai pekerja baru, sedangkan belum tentu kedepannya Keana bisa kembali lagi.

Wanita itu mengangguk, kemudian memperhatikan menu yang ada. Di toko roti ini juga menyediakan kopi dan cokelat panas, sementara selain roti di etalase, mereka juga menerima sejumlah pesanan online custom, ada juga beberapa menu makanan sandwich dan salad.

"Turkey and Swiss Croissant Sandwich satu, Tuna Salad on Whole Wheat dua, Hazelnut Latte tiga." Wanita itu menyebutkan sejumlah pesanan.

"Baik, aku ulangi pesanannya, satu Turkey and Swiss Croissant Sandwich, dua Tuna Salad on Whole Wheat, dan tiga Hazelnut Latte, apa ada tambahan?" Wanita itu yang masih memperhatikan Keana menggeleng. "Kalau begitu, semua empat puluh delapan dollar, Nyonya. Silakan pindai di sini."

Wanita itu mengeluarkan ponselnya kemudian menempelkannya kepada mesin kasir.

Setelah wanita itu duduk di bangku pilihannya, tak berapa lama dua teman prianya datang, yang satu dengan jas rapi, sedangkan satu lagi mengunakan jaket kulit gelap.

Saat pesanan siap Carla mengantarkan pesanan tersebut kepada meja nomor lima, di mana wanita itu dan dua orang temannya hanya duduk diam. "Pesanan Anda, Nyonya—"

"Maaf, aku lupa temanku alergi hazelnut, bisa yang satu diganti dengan Caramell Latte, aku tetap membayar untuk semua ini." Wanita tadi tersenyum ketika mendapat persetujuan dari Carla.

"Ana, aku akan membuatkan minuman baru, tolong jaga kasir sebentar." Sebelum Keana menjawab, Carla sudah berlalu ke arah dapur.

Mulanya Keana diam tenang, tetapi ketika suara langkah kaki dua orang mendekatinya, Keana panik. Itu pasti pelanggan, tetapi kenapa tidak ada bunyi lonceng pintu?

Ketika langkah itu berhenti di hadapannya, Keana tersenyum. "Selamat datang di Our Sweet Serendough—" Belum selesai kalimat itu, sehelai kain membekap wajahnya, kesadaran Keana hilang setelah itu.

"Segera bawa dia ke mobil, lelang akan dimulai beberapa jam lagi, jangan sampai terlambat." Wanita tadi membukakan pintu toko, kemudian berjalan tergesa-gesa ke arah mobil jeep di ujung kegelapan jalan, sementara pria dengan jaket kulit gelap tadi menggendong Keana di pundaknya.

***

To Be Continued

Jangan lupa vote, comment, dan follow Wattpad author

Cerita ini dalam masa revisi, judul sebelumnya "Bed for The Eyes"

Revisi: 14 Oktober 2024

Desire behind Closed EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang