Pengakuanku

44 3 0
                                    

"kita sedang saling cinta dengan cara masing-masing hingga kebersamaan dan jarak turut memisahkan"

" Fa! " mama membangunkanku pukul tiga dini hari. Aku segera memunaikan kewajibanku sebagai seorang muslim. Sampai Membantu mama menyelesaikan tugas dapur. Ku dengar langkah kaki menghampiri kami ketika fajar tlah menyapa, ternyata Ray adikku.
" ma, Ray harus latihan hari ini" ucapnya di daun pintu
" lho harusnya kan libur " jawab mama
" iya.. Roling jadwal gitu deh ma.. "
" yaudah. Terus mama harus gimana? "
" anter lah.. Atau Ray bawa motor sendiri? Yes! " katanya
" uh adikku udah so'soan nih " jawabku
" anter kaka ya! " mama memerintahku
Sebenernya aku enggan. Namun karna ini perintah mama. Aku tak bisa menolaknya. akhirnya Ku iyakan.
" jam sembilan kakaku" ucap Ray sembari pergi

Ray sama sepertiku, mempunyai hobby olahraga namun aku berhenti ketika papa  Mengharuskan untuk fokus study. Bedanya Ray lebih menguasai dunia badminton daripada bola basket. Hingga akhirnya papa memasukannya pada ekstra dan kursus tersendiri.
Hari ini aku harus mengantarnya. Mama terlalu khawatir pada anak kelas satu smp ini.
Sesampainya di tempat latihan aku segera pamit untuk pulang namun ia melarang " ada ka Reina ko biasanya. Kaka tunggu aku ya " rayunya padaku.
Aku  Menurut ya sekedar menghilangkan bosan, aku memainkan ponselku menunggu Reina. Namun ternyata Ray mengerjaiku. Jadwal adik Reina bukan hari ini.
Sesekali aku melihat Ray... Membuatku rindu ingin menginjak lapang basket lagi. Dan seseorang itu.
Aku menghilangkan fikiran tentangnya namun ternyata ini nyata. Seseorang itu ada di sebrang lapangan ini bersama Ray. Namun dia kah itu??
Ya Rabb..
Ponselku bergetar, notifikasi line muncul di layar pipih ini.
~Ra~ siapa ini?
~ hmm~ aku membalas
Ku buka profilnya dan ternyata seseorang yang tak ingin aku kenal lagi.
~ apa kabar?  Kemana aja? ~
~ fine, ada ko "
~ oh. Syukurlah ~
~ kamu?  Baik?  ~
~ iya,  Selalu ~

Stop!  Hanya menyapa seperti itu, tidak berubah sama sekali. 1jam berlalu, aku segera mengajak Ray untuk pergi dari tempat ini.
Aku ingat jelas saat itu, saat dia memintaku untuk tinggal. Namun keputusanku sudah tak bisa di ubah.

" tega ninggalin kita? "
" harus. Aku ga bisa batalin "
" oke.. Berarti kamu tega buat kita kehilangan kamu! "
" ngga selamanya aku pergi "
" ya. Masa depanmu masih panjang Ra "

Ya.. Kejadian malam itu saat aku harus pergi dari dunia mereka memilih menyibukan diri dengan dunia baruku..

" ka " Ray menyadarkan lamunanku
" salamnya dari ka Farel, katanya temen kaka ya? "
" umm.. Oh, iya! " jawabku
Akhhhhh... Aku menyesal tentang hari ini. Andai saja aku tidak menuruti keinginan Ray, semuanya tidak akan terjadi.
  Aku duduk di ruang keluarga bersama mama. Papa belum kembali dari kantornya, Ray entah kemana dia.
" Farel apa kabar ya? Tadi ketemu ngga ka? " tanya mama tiba-tiba
Deg! Ah mama.. Kenapa menanyakan seseorang yang tidak aku harapkan!
" ga tau. Ga ketemu, liat aja "
" padahal ajak kerumah "
" emang dia siapa kita sih. " aku refleks
" ya kan mama cuma nanya ka. Sensi banget jawabnya! " mama menggodaku.
" ih mama. Aku kekamar ya.. Mau beres-beres! " aku segera pamit khawatir mama akan melontarkan pertanyaan yang tak ingin aku dengar.
" mmm.. Anak mama! Ya udah sana. Awas ada yang ketinggalan. Jauh lho ngga bisa di anterin "
" iya ma "

Aku menaiki tangga menuju kamar, masih enggan sebenarnya untuk packing. Hingga akhirnya aku membuka blog ku, bercerita sejenak. Ia sudah menjadi my second diary.

-ini pengakuanku. Aku sudah tak sanggup lagi menahan semua rahasia ini. Semoga Allah mempermudah jalan hijrahku.
Aku merasa lebih dewasa setelah beberapa lama menjaga jarak denganmu, tapi ternyata aku butuh sandaran, butuh orang yang mengerti, memahami dan menguatkan aku.
Dan aku baru sadar setelah kita menjaga jarak. Aku masih Ra yang dulu, yang selalu dianggap mrs.Cuek olehmu. Yang masih setia menunggu pertanyaan hati darimu, namun belum kau tanyakan lagi. Aku tau perasaanmu. Mungkin memang kita sedang saling cinta, aku dengan caraku dan kamu dengan caramu, Hingga akhirnya kebersamaan terus memisahkan kita.
Sungguh aku tak bisa melupakanmu, tapi aku sedang berusaha untuk mengikhlaskanmu.
Sempat berfikir untuk mengucapkan lebih dulu, namun tuntutan hijrahku melarangnya. Hingga sampai sekarang kita masih seperti ini. Merahasiakan rasa yang tak seharusnya diragukan.
Esok aku pergi. Baik-baik
_fahRana evalia_

Ternyata greget pengin lanjutin ceritanya.. Hehe..
Ga kerasa udah disini.. Harusnya ini part sebelum akhir. Pendek banget ya ceritanya.. Tapi kalo pengin di lanjutin nanti author coba berimajinasi merangkai kata lagi deh gimana?? Pokonya minta saran dari kakak-kakak pembaca untuk melanjutkan atau stop satu part lagi besok. Harus komen yakkk.. Please 😀😀
Tetep stay ya biar tau seseorangnya Ra itu siapa 😊
Jangan lupa follow my instagram @efalahamelia.
Salam penulis.. 😊😊😍

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang