Seoul, 20 Oktober 2017

839 89 3
                                    

Bbas masih terdiam di atas ranjangnya. Pemuda 18 tahun itu memanyunkan bibirnya membuat pipi bulatnya nampak semakin menggembung lucu. Rahangnya mengeras, kedua tangannya terlipat di depan dada. Ia masih terdiam, namun sorot matanya manatap tajam sosok lain yang kini berada di depannya. Mengacuhkannya dan masih sibuk menata rambutnya di depan kaca di kamar mereka. Bbas mengehembuskan nafasnya kesal, cukup keras sehingga membuat pemuda yang sedari tadi sibuk di depan kaca itu tersadar dan menghentikan aktifitasnya.

God menegakkan tubuhnya. Berbalik dari depan kaca kemudian menatap Bbas yang kini memalingkan wajahnya. Pemuda jangkung tersebut berjalan mendekati Bbas kemudian duduk di sampingnya.

“Bbas” Panggilnya lembut. Namun yang diapanggil seolah tak mendengar. Ia masih memalingkan wajahnya. Memilih menatap keluar jendela kamar hotel tempat mereka menginap.

God mengikuti arah padangan Bbas, tidak ada yang special di sana. Hanya portrait langit jingga dengan gumpalan awan putih yang dibingkai jendela. God, mengusap kepala Bbas, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

“Maafkan, P’, ya” Ucapnya pada akhirnya.

Bbas sedikit melunak, namun masih enggan membalikkan tubuhnya. Pemuda chubby itu masih terdiam meski kini tubuhnya tidak lagi menegang karena marah.

God, menarik tangan Bbas. Menggenggam jemari Indah itu dengan penuh kasih sayang. Mengusapnya lembut dan memperlakukannya begitu special seolah dia adalah barang rapuh yang mudah pecah.

“P’ minta maaf karena tidak bisa menemani Bbas malam ini. P’ tahu Bbas sangat ini pergi Namsan Tower hari ini. Tetapi P’ tidak bisa membatalkan permintaan agensi P’ untuk atang ke Acara Fashion Week itu” God mulai menjelaskan.

Bbas masih tak bergeming. God tahu bahwa ini tidak akan mudah. Ia sudah berjanji pada Bbas untuk pergi Namsan Tower bersama sejak seminggu yang lalu. Namun siapa yang sangka, keberangkatan mereka ke Korea justru bertepatan dengan acara Seoul Fashion Week yang mengharuskan God untuk datang ke acara tersebut. Mengingat pekerjaannya sebagai model, God harus memperbanyak referensi mengenai acara-acara fashion di Negara-negara lain. Terlebih lagi di Korea yang kini tengah menjadi pusat perhatian dunia.

God masih menunggu reaksi Bbas, namun pemuda yang jauh lebih muda darinya itu masih terdiam meski ia tahu Bbas mendengarkan semua penjelasannya. God menarik tubuh berisi Bbas mendekat ke dadanya. Memeluknya singkat sebelum kemudian beranjak dari tempatnya.

“Bbas merindukan P’ God” Pemuda 18 tahun itu akhirnya buka suara. God kembali berbalik menatap kedua manik kelam Bbas yang kini mulai berkaca-kaca. God mengurungkan niatnya untuk beranjak dari kamar. Pemuda 23 tahun itu justru kembali duduk di dekat Bbas dan memeluk kekasihnya erat.

“P’ juga merindukan Bbas. Maafkan P’, Bbas” Ucapnya jujur.

Bbas membalas pelukan God. Membenamkan wajahnya di antara dada bidang God, dan menikmati wangi tubuh God yang seakan menjadi candu baginya. Wangi maskulin yang selalu bisa menenangkannya.

God, mengusap kepala Bbas dengan sayang,

"P’ janji kita akan ke Namsan jika semua sudah selesai. Kalaupun tidak bisa hari ini, P’ akan mengajakmu lain kali. Hanya kita berdua, Okay?” God melepaskan pelukannya. Menatap kedua mata Bbas yang kini sudah basah karena air mata. Bbas mengangguk, dia tahu God bersungguh-sungguh. Dia juga tidak seharusnya marah karena ini semua bukan salah God. Dia hanya sedang sensitif akhir-akhir ini. Mungkin karena pengaruh kondisinya yang sedang tidak fit. Atau mungkin juga karena dia merindukan P’ kesayangannya itu. Bbas tidak mengerti mana yang lebih dominan dan bbas tidak ingin memikirkan itu sekarang. Ia hanya ingin menghabiskan waktu bersama dengan God, sebelum akhirnya P’ Ake menghubungi God dan menyuruhnya untuk segera bergegas.

God, menutup sambungan Line dari P’Ake dan menatap Bbas yang masih posseive memeluknya.

“P’ pergi sekarang ya, bolehkan?” God menatap kedua mata Bbas yang menerjap lucu. Jika boleh memilih, God lebih suka berada di kamar saja bersama Bbas. Mengabaikan P’Ake lalu kabur dan berkencan ke Namsan Tower. Tetapi God bukan laki-laki yang tidak bertanggung jawab seperti itu. Dia tetap harus professional melakukan pekerjaannya.

Bbas melepaskan pelukannya. Mengangguk pelan dan membiarkan God pergi melakukan pekerjaanya.

“Aw.. Bbas hari ini akan jalan-jalan kan?” Tanya God kemudian. Bbas hanya mengangguk mengiyakan.

God menggeledah lemarinya, menarik sebuah jaket hitam dan menyerahkannya ke Bbas. “Pakai jaket ini ya” uajarnya sambil menyodorkan jaket kulit hitam kea rah Bbas.

Bbas menerima jaket pemberian god. Jaket itu memang miliknya, dan dia sudah sering kali memakainya. “Aww.. Pakai ini lagi?” Tanyanya kebingungan.

“P’ aku sudah sering memakai jaket ini, orang akan mengira aku tidak punya jaket lain jika memakainya terlalu sering.” Lanjutnya masih dengan tatapan tak mengerti.

God tersenyum, kemudian menarik tangan Bbas dan memakaikan jaket itu ke tubuhnya.

“P’ tidak akan bisa menjaga Bbas saat ini. Jadi P’ ingin Bbas memakai ini.” Ujarnya sembari membawa Bbas ke depan cermin.

Bbas menatap tulisan yang tercetak di belakang punggungnya. Pria itu kemudian memahami maksud dari ucapan god.

‘PROPERTY OF GOD WIND’ kata itu tercetak dengan huruf tebal dan besar di bagian punggungnya.

“Possesive sekali” Ujar bbas  menggoda.

“Memang” jawab god sekenanya.

Kedua pemuda itu tertawa bersama. Sejenak mereka saling menatap dalam diam. Bbas bergerak maju dan memeluk God.

“Bbas mencintai P’ god” ucapnya tulus.

God mengusap punggung Bbas kemudian melepaskan pelukannya. Pemuda 190 cm itu menatap Bbas intens. Bbas merasakan pipinya memanas. God mulai merendahkan kepalanya tanpa melepaskan tatapannya dari sepasang mata milik bbas.

'Chu'

kedua bibir mereka saling bertemu. Bbas memejamkan kedua matanya. membiarkan god mengecup bibir merahnya dengan penuh cinta.

“P’ mencintai Bbas." Bisik God setelah melepaskan ciumannya dari bibir Bbas.

"Maaf P’ sering membuat Bbas kesal. Tapi Bbas harus tahu, bahwa Bbas adalah satu-satunya dan yang terpenting saat ini untuk P.” ucap god tulus.

Bbas tersenyum mendengar kata-kata god. Pemuda chubby itu kembali memeluk god. Sebelum akhirnya mereka berjalan bersama menuju ke Lobby hotel di mana para staff menunggu mereka.

God selanjutnya pergi menghadiri acara Seoul Fashion Week, sementara Bbas akan berjalan-jalan bersama para staff sebelum nanti akhirnya mereka kembali berkumbul mengikuti gladi bersih acara fanmeet mereka.

Love is Trust (Godbbas Stories)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang