Yara

18.6K 2.1K 67
                                    

Username : Commutertsadesh
Name :  AnKer aka Anak Kereta
Status : in relationship with krl jabodetabek
Profession : KRL fighter
Hobby : nongki di stasiun Kota every weekdays after office hours
Motto : 'Kejarlah selagi kau mampu, karna kereta berikutnya belum tentu lowong dan lancar'

Yara hanya satu dari segelintir perempuan yang tinggal di luar ibukota namun tiap hari mesti berdesak-desakan di KRL Bogor-Jakarta demi aliran rupiah lancar ke akun bank-nya. Doanya tiap pagi bukan menemukan jodoh bak Liam Hemsworth, atau kebetulan mendapat cek sepuluh milyar di bawah sepatunya. Harapan Yara sederhana saja. Sampai kantor sebelum mesin absen fingerscan menunjuk angka sembilan.

"Tolong jangan ada potongan gaji bulan depan," doa Yara sambil berlari menuju antrian mesin tapping keluar stasiun yang mengular lebih dari sepuluh meter.

♡♡♡

"Eciyee, telat lagi," sapa Bang Iis saat Yara berjalan menuju kubikelnya.

"Makasih sambutannya, bang. Lo selalu tahu gimana bikin hari gue tambah mendung." Yara memutar bola matanya jengah. Teman seruangannya ini memang pria, ketulenannya sudah dibuktikan dengan dua buntut lucu dan istri cantik. Masalahnya mulut Bang Iis comelnya mengalahkan presenter acara gosip. Sekalinya tidak nyinyir ya waktu nggak masuk kerja. Sakit saja masih dower bibirnya ganggu telinga karyawan sini.

"Yara suka gitu. Abang jadi nggak enak kalo neng nunjukin kasih sayang. Abang udah nikah, neng." Selain mulut sompal, otak Bang Iis juga eror. Berkah sekali rezeki Yara bekerja satu departemen bersama pria satu ini. Mana rekan satu departemennya banyak yang resign tiga bulan belakangan hingga hanya tersisa Yara, Bang Iis, Mbak Loui, dan manajer kece mereka Bu Qince alias Qinata Kece.

"Abang kalo keramas coba pakai air vanish, kali saja bakteri otak di kepala abang bisa lenyap kaya noda di baju putih." Yara menghempaskan bokongnya kesal. Setiap pagi, suguhan di kantor bukannya cowok esmud ganteng yang lengan kemeja dilipat sesiku malah comelan Bang Iis yang polusinya mengalahkan asap knalpot kopaja Kota-Blok M.

"Neng, itu vanish bener bisa ilangin noda?" Bang Iis menggeser kursi kerjanya merapat kubikel Yara.

Ruangan kerja HR-GA terdiri dari enam kubikel dan satu ruang kaca khusus manajer. Hanya tiga kubikel yang difungsikan. Tiga kubikel lain kosong karena minus member. Yara duduk di antara Bang Iis dan Mbak Loui. Inginnya Yara sih pindah ke deretan kubikel belakang yang kosong namun dilarang Bu Qince yang menekan kata efektifitas, efisien, dan kerja sama. Yara nggak mudeng alasan yang dipakai Bu Qince, baginya kalau nggak boleh ya sudah nggak boleh saja. Alasan panjang lebar hanya 'permisi-misi' dari satu telinga ke telinga lain.

"Abang mau bersihin noda?" Yara ikut tertarik topik yang dipertanyakan Bang Iis.

"Bukan gue. Buat noda hati lo biar cowok ikhlas nempel." Selanjutnya Bang Iis terbahak-bahak sambil menggeser kursinya balik ke area kubikelnya sendiri.

"Bang Is sialan!!" Sebatang pensil di atas meja melayang ke arah Bang Iis. Pria dua anak itu memekik sakit. Keningnya yang lebar digosok-gosok.

"Sakit, Yara," rengek Bang Iis. Yara memalingkan muka, pura-pura nggak tahu hasil perbuatannya menghasilkan korban luka memerah di kening.

"Gue ada meeting nih ama klien baru. Kalo jidat gue nggak kece, gue aduin Bu Qince lo," ancam Bang Iis yang tidak terdengar Yara. Kedua telinga perempuan itu sudah disumpal headset.  Dan matanya sudah menjelajah deretan email kerja dari atasannya.

Kerjaan gue banyak banget. Masih bisa nggak gue pulang cepet? Suara hati Yara.

###

Ini boleh dilanjut??

Belom bisa lanjut sebelum muse cerita ini kasih izin
( /// ´ิϖ´ิ/// ) siapa ya??

Commute The LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang