Mentari pagi begitu menelisik masuk ke dalam indra penglihatan seorang wanita berparas mungil yang tengah terlelap dalam tidurnya. Ia terlihat begitu lelah hingga tak merasa terusik dengan mentari yang mengenai tepat pada matanya.
Tidurnya yang lelap tidak bertahan lama, karena tak lama kemudian alarm yang berada di nakas samping tempat tidurnya mengeluarkan bunyi yang sangat kuat menilisik indra pendengaranya.
"hmmm...." lenguhnya begitu bangun dan segera menghentikan alarm itu.
Elis bangkit untuk membuka semua tirai di kamarnya dan tak lupa juga ia membuka pintu balkonnya membiarkan udara sejuk pagi hari masuk memenuhi kamarnya. Ia kembali duduk di tepi kasurnya dan menatap ke arah jam tadi. Jamnya menunjukan pukul 05.57 AM. Tanpa berfikir jika ia akan terlambat, elis tetap diam dalam duduknya, seketika dentingan dream catchers nya yang tergantung membuatnya sadar dan segera bangun untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.
Tak butuh waktu terlalu lama untuk membuatnya terlihat rapi dan cantik untuk pergi ke sekolah. Elis keluar dari kamarnya dan menuruni tangga melewati dapur. Langkahnya terhenti saat melewati dapur.
"hmm... Biasanya akan selalu ada orang yang menyuruhku untuk sarapan sebelum pergi. Namun sekarang...." lenguhnya dan mencoba untuk tetap menahan tangis karena tidak ingin merusak paginya yang cerah.
Elis keluar dari apartemennya dengan malas. Ia malas jika selalu teringat kejadian yang harus membuatnya kehilangan malaikatnya.
Elis berjalan perlahan menelusuri lorong apartemen ini, ia hendak berjalan menuju lift yang berada di ujung lorong ini. Namun seketika tubuhnya malah menabrak sesuatu, sehingga tubuhnya terhuyung ke belakang dan jatuh. Elis mengangkat kepalanya untuk meminta maaf kepada orang yang ditabraknya, tapi entah bagaimana tidak ada siapa pun didepannya saat ini. Elis bangkit dan menatap sekelilingnya, sungguh tidak ada seseorang disini. Seketika hal itu membuatnya merinding dan segera mempercepat langkahnya.
"aisshhh.... Ada apa ini?? Apa aku sudah gila?? Kenapa rasanya tadi aku menabrak seseorang?? Apa itu...." desis elis sembari menggeleng-geleng kepalanya agar tidak berfikir yang aneh-aneh.
Lift terbuka dan tanpa menunggu aba-aba lagi elis masuk. Dalam lift, elis mengeluarkan ponselnya untuk menghilangkan rasa bosannya sembari mendengarkan musik melalui earphone nya. Dentingan lift ini menandakan jika ia telah sampai pada lantai dasar, elis keluar dan menatap jam yang ia kenakan. Jam tangan itu menunjukan pukul 06.29 AM. Elis berpikir ini masih terlalu pagi, ia berniat mampir ke kedai coffee.
Elis berjalan sendirian di trotoar. Aktivitas saat pagi hari memang sangat sepi, ini membuatnya semakin merasa tenang.
"baguslah... Sendiri itu memang lebih baik, Daripada aku harus berada dalam keramaian namun tetap merasa kesepian." pikirnya.
Udara dingin itu menelisik masuk melalui kulitnya, yang tersembunyi di balik sweeter putih yang ia kenakan. Langkahnya terhenti didepan sebuah kedai yang masih tampak sunyi. Elsa masuk dan memesan coffee latte kesukaannya.
Setelah selesai, ia berjalan menuju halte bus yang terletak tak jauh dari kedai yang ia kunjungi tadi. Tak butuh waktu lama, bus menuju sekolahnya tiba.
Dalam perjalanan pikiran elis berkelana kesana kemari. Ia khawatir untuk hal yang memang menjadi beban untuknya. Elis duduk termenung dan hanya terus menatap coffee yang ada di genggamannya.
•°•°•°•°•°•
Elis berjalan memasuki pekarang sekolah, Baginya ini bukanlah tempat menuntut ilmu tetapi lebih layak disebut neraka. Bagaimana tidak disebut neraka, jika dinding saja bisa berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My charmer
FantasyHidup yang ku mulai dengan tawa namun mengapa harus berakhir dengan tangis...?? Sejak insiden itu hidupku perlahan berubah. Bukan hanya hidup yang berubah namun perahan-lahan perasaanku mulai berubah. Di saat semua orang menjauhiku, hanya kau yang...