chapter 01
lesung pipi
[]"Brama! Brama!" Teriak Dita memanggil cowok yang saat ini baru saja menginjakkan kakinya memasuki kelas.
Brama menoleh, "Ya?"
"Coba senyum! senyum! senyum!" Cecar Dita sambil terbahak.
"Kenapa? Ga mau ah. Sakit gula lo" Brama melangkah cepat untuk segera duduk di kursinya.
"Ah, lo ga asik Bram" Ucap Dita ketus dan mulai mengeluarkan handphone dari dalam saku jasnya.
"Sakit gula" Desis Brama. Tapi, tanpa sadar cowok itu mengulum senyum simpul yang kemudian menimbulkan cekungan di sebelah pipinya.
ckrek
"Gue dapet foto lesung pipi Brama! Gila! rare item nih!" Dita langsung lari menuju tempat duduknya demi mengamankan foto langka yang ia dapatkan itu."Gak malu lo gangguin Brama terus Dit?" Ucap Oka yang sudah lama duduk dan memperhatikan kelakuan Dita yang jika dilihat orang lain, akan menimbulkan persepsi buruk.
"Gak ah. Soalnya Brama imut" Jawab Dita santai.
"Awas aja lo godain anak orang. Suka beneran payah nanti berhentinya" Lanjut Oka yang sedikit risih.
Dita memang begitu. Orang lain mungkin akan menganggapnya ganjen atau kecentilan karena tingkahnya. Tapi sebenarnya tidak. Dita hanya terlampau polos dan sedikit telmi. Dita seringkali menjadi objek ejekan akibat kepolosannya itu. Namun percayalah, Dita tidak sebodoh itu sampai tak bisa membedakan antara suka dan jahil.
Dan Brama juga begitu. Orang lain mungkin akan mengira Brama adalah anak kecil tampan yang terkurung dalam lingkungan remaja karena otaknya cemerlang. Namun sesungguhnya, Brama hanya cowok kaku yang mungkin belum familiar dengan romansa remaja.
"Sumpah, lo sakit gula abis dah. Gila lo" Suara Brama terdengar ditengah pelajaran yang sontak membuat Dita yang tengah sibuk dengan ponselnya karena bosan belajar rumusan kimia menengadah melihat sumber suara.
"Haha, lah lo nya juga ketawa kan berarti kita sama" Sambung Raja, yang merupakan teman sebangku Brama.
Dita penasaran dan mulai menilik asal mula pembahasan kedua orang itu. Hasilnya tidak terprediksi bahkan untuk anak kuliah sekalipun. Mereka berdua membuat lelucon aneh mengenai pulpen yang sedang digunakan guru Kimia. Orang gila sekalipun tidak akan terpikir lelucon absurd itu.
Bayangkan saja, hanya karena pulpen dan mereka tertawa terbahak. Bukan itu saja, terkadang ketika guru sedang menerangkan pelajaran yang bahkan tidak ada relasi sama sekali dengan hal yang dapat membuat tertawa, mereka tertawa.
Dita tidak bisa protes dengan itu bahkan Dita sangat bersyukur ketika Raja membuat lelucon-lelucon aneh bin ajaib. Karena berkat lelucon itulah Brama tertawa dan ketika Brama tertawa, cekungan itu muncul lagi.
Cekungan di pipi Brama. Lesung pipi Brama. Dita sangat suka.
Sehingga muncul ide baru di kepala Dita, "Ka, kalau gue nusuk pulpen ke pipi terus sampe satu jam, lesung pipi gue muncul ga ya?"
"Dita ku cantik, pikiran darimana lagi ini? Lo udah kelas dua SMA dan lo nanya ini?" Jawab Oka tersentak ketika Dita menanyakan itu.
"Kan gue kira bisa. Kalau bisa kan bagus gue bisa samaan sama Brama"
Oka memutar matanya, "Ya kali Dit. Lurusin deh pikiranlo biar ga Brama mulu isinya"
"Namanya juga Brama imut kek bakpau coba. Kenapa dah Brama diciptain mirip anak-anak bayi hitz instagram yang kerjaannya ketawa mulu?" Kata Dita tetap teguh dengan pendiriannya.
Brama itu imut dan tampan. Tanyalah seluruh perempuan dikelas maka semua akan mengakuinya. Kurangnya, Brama terlampau seperti anak-anak. Tingkahnya terlalu lugu dan kaku untuk seorang kelas 2 SMA.
Dita juga sebenarnya masuk ke jajaran gadis cantik SMA di angkatannya. Kulit Dita putih, ukuran tubuh standar dan wajah khas Indonesia ditambah tingkahnya yang juga polos membuat banyak lelaki seumuran, kakak kelas bahkan adik adik kelas banyak yang mengincarnya.
Dita merupakan definisi dari menjadi gadis populer tanpa usaha. Dita hanya cukup berjalan di koridor dan seluruh manusia akan mencari tahu siapa namanya. Tapi, Dita yang cantik hanyalah sekadar cantik. Dita juga masih berperilaku santai dan terus saja dibantu oleh sahabat-sahabatnya.
Pelajaran kimia kali ini ditutup dengan pengumuman dilaksanakannya ulangan materi laju reaksi yang bahkan Dita tidak tahu apa itu laju reaksi.
"Emang kita pernah belajar laju reaksi ya Ka?" Tanya Dita setelah berpikir 5 detik menimang apakah ia tahu atau tidak materi tersebut.
"Udah 3 pertemuan kita bahas itu dikelas Dita, dan udah 3 kali kita dikasih tugas tentang itu ya walaupun lo nyontek gue sih" Jawab Oka menjelaskan.
Dita tersentak, "Eh? Gue gak ngerasa pernah ngerjain deh"
"Yaudah lah ya, lagian ulangannya masih minggu depan" Lanjut Dita santai.
Dita kemudian memasukkan buku bukunya kedalam laci dan merapikan alat alat tulisnya. Waktu istirahat pertama sudah datang, Dita ingin jajan.
"Oka! Batagor yuk" Dita menarik lengan Oka yang sedang sibuk bermain ponsel kepemilikannya untuk tap dua kali postan salah satu selebgram strip aktor favoritnya, Giorgino Abraham.
"Yaudah yuk"
Dita berjalan keluar dari kelas dan langsung dikejutkan dengan keberadaan Brama yang entah untuk alasan apa bersandar di depan pintu.
tampan.
"Dit, mau jajan?" Brama memalingkan wajahnya menuju Dita.
"Iya, kenapa?"
"Titip lah hehe"
YOU ARE READING
tiga tahun
Jugendliteratur"kok lo mau sih sama bocah?" Kisah ini kisah biasa. Dita adalah gadis kelas dua SMA dan begitu pula Brama. Bedanya, Dita lebih tua tiga tahun dibanding lelaki itu. Brama yang merupakan lelaki tujuh bersaudara dan selalu mengikuti program akselerasi...