Duapuluh enam

10 1 0
                                    

Masih tanggal 29 Juni 2001

At Sydney, Australia.

Dadaku terasa sangat sakit, Calum, mengapa kau kasar sekali tadi kepadaku? Sebenarnya apa salahku padamu? Apa yang kau katakan tadi itu benar? Apa benar kau tak pernah benar-benar bersikap baik dan ramah padaku? Apa kau benar tak pernah benar-benar mengenalku? Dan apa kau juga benar-benar tidak menyukaiku dari dulu? Calum ucapanmu sungguh sangat bertolak belakang dengan apa yang telah terjadi saat bersamaku, kau bersikap baik, ramah dan manis kepadaku, aku tak pernah melihat sesuatu yang aneh dengan sikapmu padaku, aku justru merasakan jika yang kau lakukan itu tulus, bukan permainan seperti yang kau ucapkan tadi.

Drrt, drrt.

Getaran ponsel terus mengangguku, aku tahu itu panggilan dari Luke, tidak tahu sudah berapa belas panggilan darinya yang tak ku angkat sejak tadi, aku tidak tahu mengapa tidak mengangkat telponnya sedangkan aku justru memikirkan Calum.

Drrt, drrrt.

Ponselku bergetar lagi, lebih baik aku mengangkatnya saja.

Segera kuhapus air mata yang sedari tadi terus mengalir.

"Astaga, Auryn, kau kemana saja? Dari tadi aku menelponmu berkali-kali, apa kau tak mendengarnya? Dan oh ya mengapa aku tak melihatmu dikampus, kau dimana sekarang?"

"Maaf Luke, tadi aku sedang membeli buku di Gramedia, dan ponselku sengaja ku silent,"

"Lalu sekarang kau dimana?"

"Aku dirumah Luke,"

"Mengapa kau tak memberitahuku terlebih dahulu? Dan tunggu.. apa kau menangis Auryn? Kau menangis?"

"Aku tadi buru-buru hehe, tidak Luke aku tidak menangis,"

"Tapi suaramu sangat parau, apa ada sesuatu yang terjadi?"

"Tidak Luke, aku tadi hanya habis menonton film saja,"

"Kau yakin? Kalau begitu aku akan kesana, aku temani ya?"

"Aku yakin, uhm.. tidak usah Luke, aku kan tidak apa-apa,"

"Calum! Kemari!" dapat ku dengar disebrang telpon, Luke memanggil nama Calum.

"Luke? Nanti ku telpon lagi ya?"

"Oh, baiklah, bye,"

"Bye," pun aku memutuskan sambungan telponnya.

•••

07 : 30 PM.

Knock, knock.

Siapa yang bertamu?

Aku membuka pintu dan ternyata Luke yang datang.

"Ta-da!" Luke memberiku se-bouquet bunga.. mawar merah lagi. Aku semakin yakin jika Luke bukan si pengirim white rose itu.

"Luke?"

"Kau terkejut aku datang tiba-tiba seperti ini?"

"Iya, ada apa kau tiba-tiba kemari?"

"Aku tidak boleh disini?"

"Bukan, ayo masuk," aku mengajak Luke untuk segera masuk.

Aku berjalan menuju dapur untuk membawakannya minum dan meletakkan bunga yang Luke berikan tadi ke dalam vas, sedangkan Luke, ia berjalan ke arah ruang tengah dan duduk disofa panjangku.

"Aku hanya merindukanmu, makanya aku kemari, habis aku tak melihatmu dikampus tadi," ungkapnya setelah aku meletakkan minumannya diatas meja.

"Maaf ya, aku tak mengabarimu tadi siang,"

Re-tellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang