Ini cerpen yang gue buat, buat tugas Bahasa Indonesia gue, dan alhamdulillah juga nilainya 90.
So..... Enjoy!
---
Keheningan mulai terasa saat Bagas baru saja keluar dari kelas, dan sekarang hanya aku yang masih berada di kelas. Entah apa yang membuatku malas sekali keluar dari kelas.
"Revan.. Galau mulu nih" kata seorang cewek yang tiba - tiba muncul dari pintu kelas ku.
Lagi - lagi memanggilku dengan sebutan itu.. Gerutuku dalam hati.
"Theaa.. manggilnya jangan gitu dong" protesku.
"Iya, maaf maaf. Lagian lo galau ga jelas gitu.. Kayak orang frustasi tau gak.." Katanya sembari tertawa
Yang aku galau-in tuh, ya kamu! Rutukku dalam hati. Lama lama tanganku gatal ingin mencubit pipi-nya yang mulus itu karena bisa - bisanya ia bilang aku ini menggalaukan hal yang tak jelas. Jelas jelas kamu kok! Emangnya kamu ga jelas? Perasaan jelas banget deh kalau di mataku kataku kesal di dalam hati.
"Hahahaha.." pada akhirnya diri ini ku paksakan untuk tertawa, seharusnya sih tak perlu kan ga lucu menertawakan diri sendiri.
Althea pun duduk di bangku kosong sebelahku. Althea Callista namanya, Orang yang sudah 2 tahun terakhir ini aku taksir. Senyumnya yang manis dan terkadang menunjukkan deretan gigi putih, bersih dan rapi-nya itu selalu membuat candu untukku, kalau seandainya senyumnnya itu permen mungkin senyumnya itu akan ku lumat habis, haha.
"Revan! Galau lagi kan.. payah nih", kata - katanya membuyarkan lamunanku
"enggak lah the.." .
"ngeles mulu lo.. kebiasaan tuh, harus di musnahkan itu van.." katanya.
"Eh, laper ga lo? Kantin yuk" Ajakku untuk mengalihkan perhatiannya.
"yee.. Malah ngalihin pembicaraan nih. Kalau di traktir sih laper van.." candanya.
"ga bosen apa minta traktir mulu? Sekali - kali lo dong yang traktir gue" Kataku.
"Kapan - kapan deh van..",
"tapi kalau inget! Hehehe" lanjutnya.
Ya ampun thea.. gemesin banget sih! Sampai kamu inget pun bakal aku tungguin kok the.. Gurauku dalam hati.
Aku dan Althea berjalan bersisian menuju kantin sekolah. Sebenarnya, berjalan bersisian begini pun sudah cukup membuat detak jantungku berdetak tak karuan, ini bukan pertama kalinya aku merasa begini.. Sudah tak terhitung banyaknya berapa kali Althea membuatku begini, untungnya tidak dalam jangka waktu yang berdekatan, kalau iya, mungkin aku harus mengecek kesehatan jantungku ke rumah sakit karena berdetak tidak seharusnya, atau bisa saja aku terkenan penyakit diabetes karena kadar kemanisannya terlalu tinggi, sepertinya berdekatan dengan Althea hanya mendatangkan penyakit serius padaku, haha.
"The, lo mau makan apa?" tanyaku sesampainya di kantin
"Lo apa? Gue ngikut lo aja deh.. kan gue yang di traktir" katanya.
"tapi yang makan kan lo, bukan gue" Kataku
"yah.. apaya? Bakso aja deh van bakso" Katanya memutuskan sembari tersenyum.
Mau tak mau senyumku ikut merekah dan detak jantung ku mulai terdengar tak karuan Segitu besarkah efek yang kamu berikan thea? Bahkan aku sampai takut suara detak jantungku ini terdengar olehmu bantinku
Setelah itu, Aku meninggalkannya sendirian di meja makan untuk memesan makanan sebentar, ya hanya sebentar tapi itu terasa saaaaangat lama. Oke, mungkin aku terlalu melebih - lebihkan . Setelah itu aku kembali sambil membawa pesanan
"Makasih" katanya lalu tersenyum, kalau aku bisa meleleh mungkin saat ini aku akan meleleh melihat senyumnya.
"van, lo pinter kan?" tanya Althea tiba tiba. Tidak, sepertinya aku bodoh karena tidak berani menyatakan perasaan ini padamu thea. Batinku kesal
"emang kenapa?" tanyaku
"bantuin gue kerjain pr mtk gue dong" pintanya
"tolong ya? Ya?" tambahnya, tanpa kau pinta pun akan ku bantu.
"iya. Mana sini soalnya?" kataku
Lalu ia berpindah duduk ke sebelahku, ya ini sangat bagus untuk kesehatan jantungku. Oke, mungkin tidak, karena jantung ini benar benar berdetak sangat cepat dan keras
Jarakku dan Althea saat ini sangat dekat hanya beberapa cm saja jaraknya, dan aku saat ini sangat ingin meledak rasanya, sedekat ini dengan Althea? Kalau tidak kutahan mungkin aku sudah meledak dari tadi. Sedari tadi aku berusaha untuk menyembunyikan deg degan ini.
"fuuhh.. akhirnya selesai juga" katanya senang, selesai sudah acara dekat - dekat dengan Althea, kenapa waktu tak berhenti saja sih?! Kataku kesal
"yaudah, gue pulang dulu ya van" pamitnya, lho? Udah pengen pulang? Tak ingin berlama - lama denganku dulu? Batinku.
"mau di anter?" tawarku
"ah gausah nanti ngerepotin van" jawabnya, tak akan merepotkan kok.. batinku
"lagipula gue udah di jemput sama Peter" tambah Althea.
Ah ya, aku lupa oleh kenyataan kalau Althea itu sudah mempunyai pacar dan itu sudah berlangsung cukup lama, ya betapa sakitnya aku ini.
"oh gitu.. yaudah hati hati ya" kataku
"oke, lo juga. Makasih ya udah traktir gue dan bantuin gue ngerjain pr" kata Althea padaku
"iya sama sama the" balasku, lalu ia pergi meninggalkanku di kantin.
Aku mengela napas dengan keras, sungguh jika aku mampu pasti aku akan mengutarakan perasaan ini. Menyimpan perasaan ini entah mengapa rasanya sangat berat, setidaknya jika Althea tau aku ingin dia tau aku masih menunggunya, bukan berarti aku ingin hubungan antara Althea dan Peter berakhir. Tapi, berharap sedikit tak apa kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Adolescents
Teen Fictionad·o·les·cent /ˌadəˈles(ə)nt/ adjective adjective: adolescent 1. (of a young person) in the process of developing from a child into an adult. synonyms: teenage, pubescent, young; juvenile; informalteen "an adolescent boy" relating to or characterist...