Cinta Yang Tak Kunjung Kau Sadari

11.6K 565 7
                                    

UNEDITED

Aku menatap orang-orang yang berjalan di hadapanku dengan tatapan bosan. Selain gaya berbusana, tidak ada hal yang menarik untuk diperhatikan. Mereka berjalan terlalu cepat, mereka berjalan terlalu santai, mereka berjalan sambil menunduk menatap gadget, mereka berjalan sambil berbicara dengan suara keras dengan ponsel menempel di telinga. Tidak ada yang menarik. Membosankan.

Aku bukan tipe gadis yang mudah bosan, bahkan aku tidak ingat kapan terakhir kali aku merasakan hal itu. Mungkin karena selama ini seseorang selalu menemaniku.

Ah..

Hembusan napas berat keluar dari mulutku.

Meski berusaha sekuat apapun, sulit sekali melupakan sosok itu.

Sosok itu... Tio..

Sahabatku.

Aku tersenyum miris.

Sejak dulu, orang-orang sering berkata kami adalah pasangan yang serasi, cocok satu sama lain. Mereka meramalkan bahwa kami akan menjadi pasangan saat dewasa. Kata mereka, sepasang muda-mudi yang tumbuh besar bersama pasti memiliki ikatan yang kuat. Tidak ada persahabatan murni antara perempuan dan laki-laki.

Aku setuju dengan semua pendapat itu, kecuali pendapat yang terakhir.

Oh tidak.

Aku bohong.

Aku sangat-sangat setuju dengan pendapat terakhir itu.

Kenyataannya, tidak ada persahabatan murni antara perempuan dan laki-laki. Lihat aku.
Aku memiliki perasaan khusus untuk sahabatku, Tio. Lebih dari yang ia tahu.

Maksudku, bisa saja Tio menyadari hal itu, namun mengabaikannya karena ia tidak bisa membalas perasaanku.

Atau bisa juga karena ia memang tidak pernah menyadarinya.

Ku kira ocehan tentang lelaki yang tidak peka itu hanyalah kata-kata belaka. Maksudku, lelaki juga manusia seperti perempuan, tidak mungkin tidak peka kan?

Ya, sekarang aku tahu perkiraanku itu ternyata salah.

Kami yang tumbuh besar bersama ini selalu bersama setiap saat. Ketika masih kanak-kanak, orang-orang mengira kami anak kembar non identik. Ketika sudah beranjak dewasa, orang-orang mengira kami adalah pasangan kekasih.

Dimana ada dia, maka disitu ada aku.

Dan setiap kali orang mengatakan hal itu dihadapan kami, Tio langsung merengut menahan malu. Sedangkan aku hanya tersenyum kecil dan mengamini dalam hati, berharap suatu saat hal itu akan menjadi kenyataan.

Tapi ternyata harapan hanyalah sekedar harapan, begitu aku melihatnya menggandeng seorang gadis.

Selama belasan tahun aku mengenalnya, belasan tahun yang kami lalui bersama, itu adalah pertama kalinya aku melihat tangan itu menggenggam tangan gadis lain diriku.

Gadis itu, aku tidak mengenalnya sama sekali. Ruang lingkup pergaulan Tio itu cukup luas, berbeda denganku yang hanya mengorbit pada lelaki itu.

Bagiku, Tio adalah duniaku.

"Va, kenalkan ini Mona. Kekasih baruku," ucapnya kala itu, dengan senyum lebar tersungging dibibir dan binar mata yang mengoyak hatiku.

Layaknya gadis pada umumnya, aku segera berlalu pergi setelah memaksakan sebuah senyum, lalu mengurung diri di dalam kamar untuk menyembunyikan lelehan airmataku.

Saat itu, aku merasakan patah hati untuk pertama kalinya.

Layaknya gadis pada umumnya, otak ku berkenala memikirkan masa depan kami. Berapa lama hubungan mereka bisa bertahan? Apa mereka akan menikah suatu saat nanti? Lalu bagaimana denganku?

Cinta Yang Tak Kunjung Kau SadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang