... dan ketika air itu pun mulai surut, aku melihat seekor untaku yang kakinya terikat oleh ranting-ranting pohon. Sewaktu aku ingin melepaskan ikatan untaku, aku menengok dan melihat anak perempuanku sedang bergelantungan di pohon dengan menggunakan bantalnya. Aku mencoba untuk menyelamatkan anakku terlebih dahulu, dan menaruhnya di bawah. Lalu aku kembali membuka ikatan di untaku, seketika aku mendengar anakku dan ternyata kulihat kepalanya sudah berada di mulut serigala. Aku tidak sempat menyelamatkannya, aku pun menengok untaku dan tiba-tiba dia menendang mataku dengan kakinya, sehingga aku pun dalam satu malam itu menjadi orang yang buta dan kehilangan harta serta anak keturunanku."
Saat sang pemimpin itu selesai bercerita (pemimpin yang buta), amirul mukminin pun memperhatikan dan berpikir ternyata ada yang lebih berat ujiannya melebihi sahabatnya sendiri yaitu urwah.
.
Setelah mendengar itu al walid memerintahkan kepada para pengawal dan pelayannya untuk memberikan segala keperluan kepada mereka dan menyuruh kepada pengawalnya agar mereka bisa memceritakannya kepada urwah.
.
Urwah pun mendengarkan cerita sang pemimpin yang buta itu kemudian berterima kasih kepadanya dan al walid, karna telah menceritakan kepada dia.
.
Kemudian setelahnya urwah bin zubair pun meminta izin untuk pulang ke rumahnya dan kembali kepada keluarganya. Sesampainnya di rumah urwah, orang-orang sekitarnya pun berkumpul untuk menemui urwah serta mengatakan kepada agar bersabar dan ikhlas atas segalanya serta seterusnya. Tapi urwah justru tersenyum dan mengatakan kepada mereka "janganlah kalian merasa sedih dengan apa yang kalian lihat, atau menganggap ini sesuatu yang berat. Sesungguhnya Dia telah mengakarunai saya 4 orang anak dan dia mengambil 1 dan masih meninggalkan saya 3, maka saya bersyukur karna itu. Sesungguhnya Dia (Allah) telah memberikan saya 4 (2 tangan 2 kakik) dan dia hanya mengambil 1 serta masih memberi saya 3, maka saya bersyukur kepada-Nya.
Demi Allah, apabila Dia mengambil sedikit dari saya, maka sesungguhnya Dia telah memberi banyak kepada saya. Dan apabila Dia mencoba (memberikan ujian) saya 1 kali, maka sesungguhnya Dia telah memaafkan saya dalam banyak kejadian lain".
Setelah itu pun mereka bala berterima kasih kepada urwah atas nasihatnya dan pergi .
.
Lalu urwah bin zubair mengatakan kepada anak-anaknya dan istrinya serta keluarga, bagaimana dia bisa menjadi orang yang kuat atas cobaannya. "Wahai
Anak-anakku, belajarlah ilmu agama yang benar. Dan lowongkanlah waktu untuk itu (agama), kalau seandainya hari ini Allah jadikan kita orang kecil, maka satu waktu Allah pastikan kita menjadi orang besar karna ilmu itu. Dan sungguh buruk sekali, apakah ada yang lebih buruk dari orang tua yang tidak mengerti agamanya sendiri. Hati-hati janganlah kalian melihat amal yang kalian kerjakan atau sodaqah yang kalian lakukan adalah sodaqah yang kalian anggap remeh. Tapi jadikanlah sodaqah itu sebagai hadiah yang kalian berikan kepada Allah swt. Dan janganlah kalian berikan hadiah kepada Allah, yang Dia malu memberikannya kepada terhormatnya suatu kaum. Karna Dia adalah zat yang paling pantas dan paling mulia untum mendapatkan balasan. Dan apabila kalian melihat perbuatan baik dari seseorang, maka pasti jadikan orang itu baik, sangka baiklah kepada orang itu. Walaupun dia di mata orang di anggap buruk, karna perbuatan baiknyalah pasti punya saudara-saudara kebaikannya. Dan kalau kalian melihat perbuatan buruk dari seorang laki-laki atau seseorang, hati-hatilah dari orang itu. Walaupun di mata manusia dia adalah orang yang baik, karna perbuatan buruknya lah pasti memiliki saudara-saudaranya. Ketahuilah, bahwa semua kebaikan akan mendatangkan saudara-saudaranya. Dan seluruh dosa-dosa juga memiliki saudara-saudaranya."*selesai
Nb : jika ada kata-kata yang terlewat atau salah. Saya mohon maaf.
Jazakallah khairan khatsiran.
:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Urwah Bin Zubair
Historical FictionUrwah bin zubair adalah salah satu dari Tujuh Fuqaha Madinah, yaitu sebutan untuk sekelompok ahli fiqih dari generasi tabi'in yang merupakan para tokoh utama ilmu fiqih di kota Madinah setelah wafatnya generasi Sahabat yang hidup sezaman dengannya.