Aku, Dia, dan Takdir

67 4 2
                                    

Hai, namaku Luna, seorang gadis biasa yang hobi berkhayal dan bergolongan darah A. Ini adalah sepotong kisahku dengannya yang tak pernah bisa kumiliki.

Aku berusia 12 tahun saat aku melihat dirinya pertama kali. Waktu itu adalah saat dimana aku mulai memasuki dunia baru, dunia remaja, SMP. Aku bersekolah di salah satu SMP favorit di kotaku. Demikian pula dengan dia. Sesosok anak laki-laki yang terlihat menawan dengan senyumannya, seseorang yg mampu mencuri pandanganku tepat pada hari pertama aku melihatnya.

Ia bermata coklat , memiliki rambut jabrik, yahh ga jabrik jabrik amat sih, yang terpenting adalah ia memiliki senyuman yg manis. Ya, mungkin ini terdengar konyol, kurasa aku tertarik padanya. Hari itu adalah hari pertamaku masuk SMP seusai aku menerima ospek dari sekolahku.

Sungguh sangat disayangkan, aku dan anak itu tidak sekelas, bahkan kelas kami pun tidak berdampingan. Ketika itu, kelasku berada di lantai 3, sedangkan kelasnya berada di lantai 2. Mungkin ini yg namanya belum jodoh kali ya? 😅

Setiap kali kuberjalan melewati lorong kelas di lantai 2, mataku tak pernah bisa lepas dari dirinya. Hari-hari berlalu begitu saja, dan aku masih belum mengetahui namanya.

Selama satu tahun duduk di bangku SMP aku rutin berjalan-jalan melewati lorong di lantai 2 hanya demi melihat dirinya. Terdengar bodoh bukan? Hahahaha. Salah satu kebodohan lainnya adalah saat aku mengikuti pelajaran bahasa Indonesia yang diampu oleh Bu Rani, salah seorang guru senior di sekolahku. Entah sengaja atau tidak sengaja, aku seringkali izin pergi ke toilet saat pelajarannya, hingga bu Rani sampai menegurku di depan kelas.

"Luna, kamu ini kenapa sih? Kamu alergi sama pelajaran bahasa Indonesia ya? Atau kamu gak suka sama saya? "

(*hening di depan Bu Rani* gua mikir, memang gua habis ngapain ya? Kok Bu Rani marah 😱)

" Luna, kenapa diam saja? Jawab pertanyaan ibu sekarang.. "

"Maaf bu, tidak kok bu.. "

"Kalau begitu kenapa kamu seringkali pergi ke toilet di setiap jam pelajaran saya? "

(Mampus gua, tercyduk, duh Luna begooo, bu Rani tersinggung,, kudu ngeles apa ini guaaaa 😰😰😰😰)

"Mmmmmm, anu... Itu.... Ehmm, maaf bu, saya juga tidak tahu kenapa saya sering kebelet ke kamar mandi terus bu.. Sepertinya saya beseren"

"Ooo jangan banyak alasan ya kamu, pokoknya ini terakhir kalinya ya kamu ke toilet di jam pelajaran saya! Besok lagi kalau mau ke kamar mandi, sebelum jam pelajaran saya atau sesudah jam pelajaran saya.."

"Baik bu.. Sekali lagi saya mohon maaf.."

(akhirnya gua amann.. Puji Tuhan 😝🎉)

Setelah kejadian itu, aku kapok. Belajar dari kesalahanku, aku tidak pernah izin ke toilet di jam pelajaran Bu Rani. Never. Wkkwkwkw. Tapi kalau di jam pelajaran lain, jangan ditanya ya. Kan demi bisa melihat si dia 😳

Selain di kelasnya, aku bisa melihatnya di kantin.  Setiap kali istirahat dimulai, ia selalu nongkrong di kantin bersama teman-temannya, entah untuk sekedar nongkrong bersama gengnya, makan bakso Bang Ndut atau makan bekal dari rumah. Tempat nongkrongnya di kantin selalu sama. Di atas tangga kantin. Ia hampir tak pernah absen dari kantin, demikian pula diriku, tak pernah absen melihat  dirinya.

Di tahun pertamaku di SMP, aku memiliki beberapa sahabat perempuan dan laki-laki.. Kami seringkali menghabiskan waktu bersama, mulai dari nonton film, jalan-jalan, hingga hangout dan bermain bersama.

Salah satu sahabat laki-laki ku sepertinya telah jatuh hati padaku. Ia bernama Ramond, ia jago bermain sepak bola, berambut ikal dengan kulit kecoklatan.

Ramond seringkali kalah dalam permainan ToD (truth or dare) dan ia seringkali memilih dare 😑, teman-temannya yang tahu bahwa Ramond menaruh hati padaku, mereka seringkali menyuruh Ramond untuk iseng menyapaku, berjabat tangan denganku, atau menggodaku dengan gombalan jitunya. Ahahahaha.

Bahkan pada hari valentine, Ramond menyelipkan sekotak coklat putih di tas ku. Sadar bahwa Ramond benar-benar serius menyukaiku, aku tak tinggal diam, karena aku sudah terlanjur menyukai anak laki - laki di lantai 2 itu 😕. Aku juga tidak ingin memberikan harapan palsu pada sahabatku atau menggantung seseorang tanpa kejelasan. Aku juga takut kehilangan sahabatku. Olehkarena itu aku berusaha mencari cara untuk menolaknya dengan halus tanpa menyakiti perasaannya. Akhirnya berhasil, aku berhasil mengatakannya kepada Ramond, dan untungnya Ramond bisa memaklumi alasanku.

Entah mengapa pada tahun keduaku di SMP, entah takdir sedang mempermainkanku ataukah dewi keberuntungan sedang berada di pihakku, akhirnya aku bisa sekelas dengan anak laki-laki yang kutaksir sejak awal masuk sekolah. Kau tahu bagaimana perasaanku? BA-HA-GI-A, sungguh aku kegirangan. Biasanya sih, kalo soal hubungan percintaan, pihak laki-laki akan memulainya lebih dulu, namun tidak dengan diriku. Kuberanikan diriku untuk mendekati dan mencoba mengenalnya .


Waktu itu saat pelajaran Bahasa Indonesia, guru kami (sudah bukan bu Rani, beliau sudah pensiun 😄🎉) menyarankan agar kami duduk bersama dengan lawan jenis. "Bagus bu, kesempatan bagus buatku agar bisa dekat dengannya" batinku.

Kuberanikan diriku untuk duduk di sebelahnya. Ya setelah itu aku mengajaknya berkenalan, berbincang singkat, hingga akhirnya aku memberanikan diri minta nomor Hp.. (nekat ya? Ah bodo amat, namanya juga naksir berat) Mau tahu siapa laki-laki itu? Dia bernama Dean. Laki-laki satu ini, memiliki golongan darah O. Ia merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara dan merupakan satu-satunya anak lelaki di keluarganya. Ia memiliki alergi terhadap beberapa makanan (aku lupa apa saja makanannya, tapi seingatku dia pernah cerita padaku), hobi bermain bulu tangkis, and sometimes he's crazy and act like a child. Dia adalah tipikal orang yang murah senyum dan memiliki tutur bahasa yang sangat halus, sisi dari dirinya itulah yang semakin membuatku tertarik padanya.

---------------------------0-----------------------------

"Hai, boleh aku duduk disini?" tanyaku padanya.

"Halo, boleh kok, duduk aja sini" balasnya sembari memberikan senyuman.

"Btw, kita belum kenalan nih, kenalin aku Luna" kataku sembari mengulurkan tangan.

"Oh, kenalin aku Dean. Salam kenal Luna" jawab Dean sambil membalas uluran tanganku.

"Ngomong-ngomong kamu jarang kelihatan ya di pelajaran bahasa Indonesia, sibuk OSIS ya?" tanyanya.

"Ehm, iya, kelas 2 ini aku baru aja gabung sama OSIS, jadi agak sibuk. Ya baru sekarang ini selo. Kemarin sibuk ngurus acara OSIS, biasalah ngurus ospek MABA" jawabku.

" Ciyeh kakak OSIS" godanya..

" Apa sih De? Wkwkwk, pengen jadi OSIS juga? " jawabku.

" Ih ogah, sibuk bener jadi OSIS, gamau aku." jawabnya sambil membuat tanda x dengan menggunakan tangannya..

"Padahal seru lho jadi OSIS, biar kata sibuk, tapi rasanya keren gitu, sibuknya buat nyiapin acara buat kalian atau sekolah. Yah sibuk yang bermanfaat lah istilahnya.. "

"Wkwkwk, kamu ada ada saja Lun, sepertinya kamu terlalu banyak nonton sinetron deh"

"Ah Dean, tau aja sih kamu aku doyan sinetron? Tapi lebih doyan sama drama korea sih.. Wkkwkwwk"

My one-sided loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang