1. Guanlin🌕Malam Minggu

420 22 0
                                    

Guan Lin sedang memandangi langit malam di genteng rumahnya seperti biasa. Dia tidak punya banyak teman, karena dia hanyalah seorang anak homeschool yang kerjaannya setiap malam Minggu bertengger di atap rumahnya. Dia sangat terpukau oleh bintang, oleh karena itu dia sangat suka untuk duduk berjam-jam di atas genteng, hanya memandangi langit malam.

Malam itu, dia tidak sendirian. Ada seseorang yang ikut menemaninya. Suara ketikan dari laptop dapat terdengar sama-samar, mengisi keheningan di antara mereka berdua.

Guan Lin yang sudah berumur 16 tahun ini, masih saja harus diawasi oleh seorang sitter. Entah kenapa, orang tuanya sangat takut kalau meninggalkan Guan Lin sendirian di rumah. Walaupun anak satu-satunya ini sudah cukup tua untuk menjaga dirinya sendiri.

"Noona, apa kau melihat langitnya malam ini? Lihat bintangnya..! itu terlihat sangat indah," ucap Guan Lin, matanya berbibanar saat melihat bintang tersebut.

"Iya.. iya, aku sudah lihat. Nanti dulu Lin, aku sedang sibuk mengerjakan tugas," kata Noonanya itu.

Ya, kalau belum kau tebak sampai sekarang, sitter Guan Lin adalah seseorang yang lebih tua. Tentunya, mana mungkin orang tuanya akan meninggalkan Guan Lin dengan seseorang yang umurnya sama, itu malah sangat berisiko.

Sitternya yang baru berumur 21 tahun itu bernama Moon. Iya, namanya seperti bulan. Aneh, karena Guan Lin sendiri sangat mencitai luar angkasa, dan disini dia bertemu dengan si Moon Noona.

Moon adalah seorang tetangga yang tinggal tidak jauh dari rumah keluarga Guan Lin. Orang tua Guan Lin sering meminta tolong padanya untuk mengurus Guan Lin pada hari-hari libur, karena mereka ingin juga pergi ke suatu tempat.. namun hanya berdua saja.

"Noona, apa aku bisa membantumu? Mungkin kerjaan mu akan lebih cepat selesai jika aku ikut membantu," Guan Lin menggeser badannya agar dia dapat duduk lebih dekat dengan Moon.

Moon hanga menggeleng, "Tidak usah lah, kamu nikmati saja Malam Minggumu. Kalau kamu mau jalan-jalan tidak apa, aku bolehkan. Tapi SMS aku setiap setengah jam agar aku tahu kamu tidak kenapa-napa," katanya panjang lebar.

Guan Lin berpikir sebentar, dia sangat amat ingin keluar dari rumahnya ini yang mulai terasa sumpak. Namun, dia juga tidak ingin meninggalkan Moon seorang diri.

Tetapi pada akhirnya, Guan Lin memutuskan untuk jalan-jalan sebentar sambil mencari udara.

"Baiklah, aku pergi dulu Noona," Guan Lin bangkit dari duduknya untuk pergi ke kamar dan mengganti bajunya.

"Eh tunggu dulu, sebelum pergi tolong buatkan aku secangkir kopi," kata Noonanya itu sambil terkekeh.

"Hmm... iya baiklah, nanti aku ke atas lagi," jawab Guan Lin.

Ia lalu pergi ke lantai bawah dan lanjut jalan ke kamarnya. Ia mengganti bajunya dengan sepasang celana jeans, kaos band Rolling Stones, dan jaket biru tua kesayangannya.

Ia lalu pergi ke dapur untuk membuatkan noonanya secangkir kopi yang ia minta tadi.

Setelah selesai membuatnya, Guan Lin langsung bergegas balik ke genteng untuk memberikan secangkir kopi itu kepada Moon. Ia menaiki tangga ke atas dan membuka pintu untuk ke gentengnya itu.

"Noona~ ini kopimu," katanya sambil menaruh cangkirnya di samping Moon.

Moon tidak menjawab Guan Lin; kepalanya agak menunduk sedikit menggantung. Tangannya juga tidak sedang mengetik, namun bisa terdengar bunyi dengkuran yang halus keluar dari mulutnya.

Perasaan belum lama aku tinggal si Noona, tidurnya cepat sekali. Pikir Guan Lin.

Guan Lin hanya tersenyum. Ia mulai merapikan barang-barang Moon satu per-satu. Ia menyimpan data kerjaan Moon sebelum menutup laptopnya itu. Lalu, ia masukan laptop dan barang-barang lainnya ke dalam tas kecil Moon yang ia sering bawa.

Ia terpaksa meninggalkan cangkir kopinya di genteng terlebih dahulu untuk membantu Moon untuk pindah ke kamar tamu.

"Noona... bangunlah... ayo pindah ke kamar," kata Guan Lin dengan halus. Ia juga sedikit mengguncang badan si Noonanya itu.

"Hm.. lima menit lagi..." kata Moon sambil mendorong muka Guan Lin dengan lemah, matanya masih tertutup dengan erat.

"Ah... merepotkan saja. Aku ini masih muda tau, kenapa kamu selalu buat aku stres," gerutu Guan Lin. Namun ia kembali tertawa ketika melihat ekspresi tidur Noonanya itu yang konyol.

Ia menggelengkan kepalanya, lalu menggendong Moon bagaikan seorang putri. Walaupun Guan Lin baru berumur 16 tahun, badannya yang terlihat kurus itu sebenarnya sangat kuat. Bahkan Noonanya saja yang sedikit lebih berisi dari dia, dapat dengan mudahnya ia angkat.

Ia juga tidak lupa untuk membawa tas kerja Moon.

"Hmmm..." gumam Moon. Ia menaruh kepalanya di antara leher dan pundak Guan Lin.

Tak lama kemudian, mereka akhirnya sampai juga di kamar tamu. Dengan perlahan, Guan Lin menaruh noonanya di atas tempat tidur.

Ia lalu melepaskan sendal rumah yang dipakai Moon, lalu dengan rapi ia taruh di dekat tempat tidur.

Setelah itu, ia menggerai rambut Moon agar dia tidak tidur dengan rambutnya terikat. Ia tarik selimut yang berada di ujung tempat tidur agar menutupi separuh badan Moon. Kemudian, ia mengganti lampunya menjadi lampu tidur yang ada di atas meja dekat tempat tidur.

"Hey... Guan Lin~ mana kopiku..." gumam si Noona yang mengigau.

Guan Lin yang baru saja mau keluar, terpaksa untuk kembali meladeni perempuan yang satu ini.

"Hey, kau itu mengigau atau mabuk sih? Aku tidak bisa membedakannya," kata Guan Lin sambil mencubit pipi Moon dengan usil.

"Kau ini... ngom-.. mong apa?" Balas Moon.

"Tidur lah Noona, besok kan masih hari Minggu," Guan Lin lalu mengelus kepala Moon.

Moon hanya mengangguk dengan pelan; sedikit sadar dan tidak.

"Heyhey... satu hal lagi," kata Moon. Ia menarik muka Guan Lin, lalu membuat Guan Lin untuk mencium pipinya.

Ia kaget, lalu langsung memundurkan wajahnya itu dari sang Noona. "Kau lupa... untuk mencium aku... agar... tidurku nyenyak," katanya sambil tersenyum konyol, dengan lemah.

Tak lama, Moon kembali tertidur dengan lelap. Wajahnya terlihat lebih muda dan juga lebih cerah.

Guan Lin yang kaget dengan hal yang baru saja terjadi, sedang terduduk di lantai karpet kamar itu sambil memegangi bibirnya. Ia menatap Moon dengan perasaan yang berbeda.

Sudah lama ia merasakan rasa sesak di dadanya ketika Moon memegangnya atau sekedar duduk di dekatnya. Lalu, sudah lama ia merasakan jantungnya yang berdetak dengan cepat setiap kali Moon memanggil namanya.

Dan yang terakhir adalah.. Ia merasa paling senang jika Moon datang ke rumahnya ketika orang tuanya pergi.

Guan Lin yang tidak memiliki banyak pengalaman ini (karena ia anak homeschooling) terus memandangi Moon dengan serius.

Ia bingung namun ia ingin terus melihat wajahnya.

Ia belum tahu betul jika perasaan ini adalah perasaan yang ia kira.

Namun, ia dapat memastikan bahwa... ya, dia sayang kepada Moon. Sangat amat sayang, sampai-sampai dadanya sesak saat memikirkannya.

Apakah mungkin...

Ini perasaan cinta?

...

(A/N)

Tadi gue lagi brainstorm ide buat Fanfic Kakel gue, tapi malah kepikir skenario2 lain buat member yang lain :^) jadi gue bikin aja buku One Shot khusus buat WannaOne/P101.

Semacam ff tapi cerpen, jadi gak perlu satu buku didekasiin ke satu member. Trus, yang baca tinggal pilih aja membernya jadi kan gampang :)))

Udah sih itu dulu, semoga suka sama One Shot pertama guee....!!!!

See u gaiz

Don't forget to vote and comment!!!

-dev

One Shot || WannaOneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang