Cinta dan pengkhianatan.

31 1 0
                                    

Satu tahun setelah itu, aku dan Aluna masih saling menjaga hati walau jarak tak pernah mengerti. Kuarasakan kasihnya semakin dalam saja. Walaupun ia sudah tahu tentang diriku: Seorang peselingkuh. Ia tetap bertahan; menerima semua keadaanku dengan lapang. Ia tidak pernah mempermasalahkan itu Bukankah setiap orang punya lalu? Ia berkata seperti itu dengan tenang, dengan keikhlasan. Semua keburukanku juga telah ia ketahui, tapi ia tidak sedikit pun menghakimi. Ia bilang bahwa seorang peselingkuh akan berhenti selingkuh ketika telah menemukan cinta sejatinya. Dan aku berharap dialah cinta sejati itu, dan membuatku berhenti selingkuh.

Ia jadi guru yang baik untukku, tanpa ia sadari aku banyak belajar darinya. Tentang apa itu kasih sayang, juga sebuah keikhlasan. Semua darinya adalah yang tidak pernah aku dapatkan dari perempuan lain. Ia laksana cahaya yang menerangiku dari kegelapan jiwa.

Sampai saat ini aku tidak tergoda oleh perempuan lain. Apa si peselingkuh ini benar bisa lari dari kebisaan buruknya, atau hanya bertahan satu tahun saja. Aku harus bisa menghilangkan kebiasaan buruk itu. Karena tidak mungkin aku terus seperti itu, aku juga punya hak untuk setia, aku akan berusaha. Semoga dia bisa membawaku keluar dari belenggu sifat buaya yang selama ini bersemayam di ulu hati ini.

Ponselku tiba-tiba bergetar, mungkin pesan yang aku tunggu dari Aluna.

"Sayang, nanti malam kerumah ya, semua lagi pada pergi, di rumah sepi."

Ternyata bukan dari Aluna.

Mantan tak tahu diri, sial! Kenapa dia datang lagi setelah aku sudah mencoba untuk setia. Bisa runyam kalau seperti ini, tanganku gatal ingin membalas pesannya. Naluri seorang peselingkuh langsung menggerogoti sarafku. Pikiranku membuncah, di penuhi rayuan busuk setan. Tidak! Aku tidak boleh mengiyakan.

Kuning sore perlahan berganti pekatnya malam, pijar lampu kota juga mulai menghiasi, langit telanjang tanpa awan. Malam ini cerah bertaburan bintang. Hanya pikiranku yang masih kacau sedari tadi. Semua ini tak bisa aku tahan sendiri. Aku tidak akan sembuh kalau begini. Apakah aku akan selamanya jadi peselingkuh? Kenapa naluri kebinatangan ini susah untuk ku kendalikan?.

Di luar kesadaran, aku sampai di rumahnya, rumah mantanku. Ia masih seperti dulu, dengan rambut ikalnya yang panjang terurai ia kelihatan cantik, matanya yang sipit lenyap ketika ia tertawa, juga kulitnya yang kuning langsat masih sama tidak berubah. Juga mungkin hobinya gonta-ganti pasangan yang lebih parah dariku masih sama. Ia bisa memacari tiga lelaki sekaligus, bahkan tanpa diketahui oleh ketiganya.

Ia sudah menungguku rupanya. Setelah itu kami belaku seperti binatang liar, aku tergolek lemas di sampingnya, semua berlalu begitu saja. Beberapa menit kemudian kesadaranku perlahan pulih, seketika itu aku teringat akan Aluna, apa yang telah aku lakukan? Aku telah mengkhianatinya. Aku rubuhkan sendiri janji yang aku bangun. Ia pasti akan sangat kecewa, seorang yang berjanji untuk menikahinya sudah berkhianat. Ia pasti tidak akan memaafkanku.

Setia yang telah aku rawat beberapa bulan terakhir ini berbalik mengejekku. Ternyata aku belum bisa untuk itu. Apa yang harus aku katakan kepada Aluna?.

Sebelum melangkah lebih jauh, lebih baik aku mengakhiri semua ini. Peselingkuh ini tidaklah pantas bersanding dengan Aluna. Aku hanya akan melukainya sepanjang hidupnya. Aku menyayanginya, tidak mungkin aku lebih dalam melukainya. Aku harus benar pergi. Merelakan dia untuk selamanya, mungkin itu yang terbaik untuk dirinya.

*

Perempuan Akhir MeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang