"Mas...ter?"
Aku segera tersadar dan menarik tanganku
"M..maafkan aku.. a..aku tidak bermaksud" aku segera mundur dan melepaskan tangan ku dari kepalanya
"A..ah tidak... aku hanya bingung apakah m..master baru saja mengelusku" Sylvie berekspresi datar , matanya tidak menunjukan sedikitpun harapan.
"M...mungkin?" Aku sedikit salah tingkah melihatnya
Sylvie nampaknya semakin kebingungan, ia sedikit memiringkan kepalanya tanda kebingungan
JENG......JENG.....JENG...
Jam kayu antik ku berbunyi, tanda hari telah beranjak sore, seperti biasa aku harus menyiapkan makan malam
Aku pun segera beranjak dan berjalan
"M...master..."
Aku melihat ke belakang, melihat Sylvie
"Umm... ada apa?" Ucapku
"T...tidak" ucap Sylvie dan kembali tertunduk
***
"Sylvie..." ucapku dari arah meja makan
"I..iya master?" Sylvie datang menghampiri
"Ayo duduklah... mari kita makan malam" ucapku sembari duduk
Sylvie terdiam sesaat lalu duduk di kursi di depanku
Aku pun menggeser beberapa piring miliknya agar mudah di jangkau olehnya
Sylvie terlihat kebingungan, dirinya menatap makanan itu untuk sesaat
"M..master.. apakah akan ada tamu yang datang? M..mungkin lebih baik bila aku bersembunyi di suatu tempat" ucap Sylvie sambil menatapku ragu
"T..tidak , itu adalah untukmu" ucapku sedikit kaget
"B..benarkah aku pantas untuk menerima ini? ... apakah aku boleh makan malam tanpa harus berteriak dengan penuh kesakitan terlebih dahulu..?" Sylvie masih menatapku penuh keraguan
Aku terdiam sesaat, apakah seburuk itu keadaanya bahkan sampai hal makan pun masternya yang sebelumnya begitu kejam?
Aku pun tersenyum sedikit.. "tentu, makanlah.." ucapku sambil mengusap rambutnya
"Apakah mengusap rambutku menyenangkan?" Ucap Sylvie dengan ekspresi datarnya
Ia pun mulai mengambil sendok dan garpunya, perlahan-lahan ia mulai memakan makananya, aku juga mulai menyuap perlahan-lahan makananku sambil sesaat menatap Sylvie... tetapi saat ku tatap wajahnya, nampak seperti ia tidak tenang dan tidak menikmati makananya itu..
Tidak terlalu lama, semua makanan sudah habis dilahap, aku pun membereskan piring-piring dan segera membersihkanya
Aku kembali duduk di sebelah Sylvie dengan membawa dua gelas teh hangat
"Ini, minumlah " ucapku sambil menyodorkan salah satu gelas kepadanya
"Ah terimakasih master.." ucapnya sambil menerima gelas itu
"Sejujurnya master... terimakasih banyak atas segala kebaikanmu..." Sylvie menatapku
"Baru kali ini aku diperlakukan seperti ini..." lanjutnya
"Saat pertama aku di adopsi oleh masterku yang sebelumnya, masterku sangat suka mendengar aku berteriak kesakitan, walau di rumahnya terdapat pelayan-pelayan yang lain, tapi master paling suka mendengar jeritanku... aku tidak diperlakukan lebih dari hanya sebuah benda baginya... setiap malam aku hanya tidur beralaskan koran di sudut ruangan yang paling ujung di rumah itu... aku juga harus bangun lebih awal daripada master jika tidak ingin dibangunkan oleh cambukan pada punggungku..." lanjutnya lagi
Aku terdiam mendengarkanya, aku tidak bisa berkata sepatah kata pun, aku melihat dirinya, matanya berkaca-kaca bahkan air mata terlihat mulai menetes melalui pipinya
"..a..aku beruntung aku masih mendapat perhatian dari teman sesama pelayan di rumah itu walau harus sambil diam-diam, jika kami ketahuan maka sudah pasti aku harus menghabiskan malam dengan leherku diikat ke salah satu tiang... bahkan aku harus bersyukur apabila master ingat untuk memberi ku makan walau hanya sepotong roti dan air putih untuk seharian... tak jarang juga aku harus tertidur dengan perut yang perih.." Sylvie kini benar-benar menangis, air mata membasahi kedua pipinya
Aku terhenyak... aku terdiam mematung tanpa tahu apa yang harus kulakukan, dengan ragu aku menggerakan tangan ku dan mengelus kepalanya kembali
Tangisanya blum terhenti juga.. memang hal seperti itu terlalu berat untuk gadis seperti dia, bahkan mungkin aku juga tidak akan kuat apabila harus seperti itu
Perlahan tangisanya mulai reda, ia pun mengangkat kembali wajahnya dan menatapku
"A..ah maafkan aku master.. t..telah bercerita hal yang tidak enak untuk didengar" Sylvie menyeka air matanya
"Tidak apa-apa Sylvie... aku yakin ini adalah hal yang wajar" aku mencoba untuk tersenyun
"A..ah bagaimana kalau kita segera beristirahat? Hari sudah cukup malam..." lanjutku sambil berdiri
Sylvie mengangguk, dan kemudian berdiri, aku pun menuntun dirinya ke kamar yang kebetulan kosong karena kamar itu adalah kamar yang kusiapkan apabila ada pasien kliniku yang harus dirawat hingga berhari-hari
"A..apakah ini kamarku?" Sylvie kemudian masuk ke dalam kamar itu dan menatap sekitarnya
"D..dan apakah aku boleh menggunakan kasur ini?" Sylvie bertanya lagi, kali ini ia melihat ke arahku
Aku tersenyum.. "tentu saja, mulai malam ini, ini adalah kamarmu"
"T..terimakasih banyak master..." Sylvie menunduk
"Ja..jangan dipikirkan" aku juga sedikit menunduk, mungkin karena blum terbiasa untuk hidup dengan orang lain di rumah yang sama, aku menjadi sedikit gugup
"Ah iya master... aku masih takut akan hal-hal yang lalu... dan hingga saat ini aku tidak ingin lagi berada di dalam kejadian yang sama... jadi uhm... " Sylvie menatapku perlahan
"Aku ingin bertanya... maafkan apabila lancang tapi... k..kehidupan seperti apa yang akan aku hadapi mulai saat ini?, a...apakah aku akan menghadapi kehidupan yang sama dengan sebelumnya? , aku tidak terlalu berguna dalam hal berat, tapi aku akan membantu dengan sepenuh hati apabila kau membutuhkanー"
Belum selesai Sylvie berbicara, aku sudah terlebih dahulu menaruh jari telunjuku di bibirnya, aku melangkah mendekati Sylvie... Sylvie hanya terdiam dan menatapku, aku sedikit menunduk mendekatkan wajahku dengan wajahnya hingga kini hanya bersisa beberapa centi saja jarak antara wajahku dengan nya...
"Kehidupan apa.. yang ingin kau jalani...?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Life with a slave "teaching feeling"
Romancesylvie, hanyalah seorang gadis kecil yang tiba-tiba hadir di kehidupan ku.. mungkinkah dia akan membawakan sesuatu?