Tetes demi tetes keringat berjatuhan dari daguku kala kupercepat kayuhan sepedaku pagi ini.
“TELAT!!!! Tadi ngapain aku sok-sokan pengen olahraga sih?!” keluhku sendiri.
Rumahku semakin jelas terlihat ketika kukayuh sepedaku berbelok ditikungan jalan komplek perumahan yang mengarah kerumah. Ketika tiba dirumah segera kutuntun sepeda gunung biru dongkerku kemudian aku senderkan ke tembok terdekat dari tempatku menuntun.
Segera saja aku berlari masuk rumah dan menaiki tangga demi tangga menuju kamarku dilantai 2 untuk bersiap ke sekolah.
"Ma, Rai berangkat dulu ya" pamitku pada bingkai keluarga yang dipasang didinding ruang keluarga.
Setelah semuanya siap segera aku berlari kegarasi menuju motor sport biru dongker kesayanganku dengan mulut yang tersumpal roti.
💮💮💮
Tibalah aku disekolahku SMA COLOBRAKA. Tanpa pikir panjang kugerakkan kakiku kembali untuk berlari menuju kamar mandi. Tentu saja untuk mengganti celana training hitamku dengan rok hitam dengan hiasan garis emas miring di bagian bawah rok sebelah kanan ciri khas sekolah ini, panjangnya 2 cm dibawah lutut.
Aku memang menggunakan seragam dengan ukuran 2 cm lebih besar daripada ukuran asliku.
Setelah semua urusan dikamar mandi selesai, aku mulai dapat berjalan santai, saat aku menuju kelas.“Woyy... Neng lu baru datang, untung tuh guru killer belum masuk kelas” teriak Gres teman dekatku membahana.
“Nang Neng Nang Neng... sekali ku dengar kau memanggilku Oneng, kugantung kau hidup-hidup, Gres” kataku memperingatkan.
“Hehehe... maaf udah kebiasaan” cengir Gres.
“Kebiasaan buruk” kataku datar.
“Bhahaha... udah bawaan dari lahir sih, susah hilangnya. Oya..kau sudah mengerjakan tugasnya pak Gozilla?” Tanya Gres padaku.
Tiba-tiba terlihat petir menyambar di siang bolong, inikah firasat buruk?
“Kuharap angin topan menerjang pak Gozilla. AMIN!!” doaku dengan berlinang air mata dan ingus.
“Khekhekhe... kau tak mengerjakan tugasnya ya? Aaaaa... nanti kau digantung di tiang bendera loh sama pak Gozilla” ledek Gres, tak membantu sama sekali.
“Kau jangan bilang apa-apa bisa dibantai aku, karena gak ngerjain tugas kimianya minggu lalu” pintaku pada Gres.
“Hehe...aku gak berjanji ya” senyum iblis terukir di wajah manis Gres.
“Seram...dasar setan” gumamku sambil menunduk dibangku-ku yang berada tepat dipojok belakang dekat jendela yang mengarah langsung pada lapangan dan taman serta berada di lantai 2.
"Kenapa diam? Heh... lagi meratapi nasib?" ejek Gres yang duduk dikursinya yang berada disampingku tetapi berbeda barisan.
"Sialan kau!!!" umpatku sembari menatap kejam Gres yang kini tertawa lepas.
Tiba-tiba pintu terbuka dan masuklah sosok yang paling ditakuti semua siswa. Akibat kedatang beliau, Gres yang sedari tadi masih tertawa segera bungkam dan bersikap manis dibangkunya.
'Dasar bermuka dua' batinku dongkol saat melihat sikap manis Gres bila ada pak Gozilla.
“Pagi anak-anak!” sapa Pak Gozilla.
“Pagi Pak Josh!” seru anak kelasku.
“Tolong kumpulkan tugas kalian” perintah pak Gozilla bagai dentingan lonceng kematian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
Teen FictionHampa... itu yang terasa dihati Dingin... bagai jarum disetiap sendi Gelap... warna darahku ini Terkekang... Itulah duniaku kini Semua itu t'lah menyelimuti hidupku yang penuh kesengsaraan Bukan aku yang menginginkan semua ini terjadi. Tapi aku bisa...