Aku melirik ponselku yang berkedip menampilkan pop up Line dari seseorang yang tidak ingin kuurusi.
Setidaknya sekarang, aku sedang asyik menonton drama Korea yang cukup sukses membuatku menghabiskan beberapa pack tissue.
Semakin lama aku mengabaikan Line yang masuk, ponselku semakin ramai. Aku menyeka air mataku yang jatuh mengalir di pipi, menciptakan aliran sungai kecil di sana. Aku meraih ponselku lalu membuka aplikasi Line.
Nevan: P
Nevan: Lisa...
Nevan: Gue capek.
Lalisa: Capek, ke tukang pijit sana,
segala laporan ke gue.Nevan: Gue cuma ngasih tau lo,
gue lagi capek mikirin seseorang.Lalisa: Lah, emang gue peduli 😂
Nevan: Lo emang jahat
dari dulu Lis 😑Lalisa: Hahaha...
Serius, lo kesel sama siapa? Dina?Nevan: Kok tau sih?
Para nggak normal ya?"Dasar, dikasih hati malah minta jantung." aku mendengus sebal, sambil melemparkan tubuhku ke kasur yang empuk dengan posisi terlentang.
Setelah beberapa detik terdiam, aku kembali melihat pesan terakhir di aplikasi Line. Tanpa kusadari, senyumku mengembang.
Lelaki aneh itu milikku, dan namanya adalah Nevan. Dia sahabatku yang paling gila. Tapi aku suka dia dengan segala kesederhanaannya.
Kami saling mengenal sejak kelas sepuluh, iya kami satu kelas hingga sekarang sudah menginjak kelas dua belas.
Nevan pernah berjanji akan selalu menjaga senyumku supaya tidak hilang dari singgasananya. Dia mengahariku dalam segala hal, contohnya, mengajariku merelakan tanpa harus membenci.
Aku mengetik balasan untuk pesan bocah laki-laki itu, ketika ibu jariku menekan tombol send. Aku menyeringai.
Lalisa: Lo pernah liat berita nggak? Ada cowok yang ngatain sahabat ceweknya 'para nggak normal', dia mati kena guna-guna?👿👿👿
Nevan: Duh, Nyai, serem bener *sungkem
KAMU SEDANG MEMBACA
Reach to You; Nevan
Historia CortaJangan lupa makan yang banyak, karena pura-pura bahagia itu melelahkan. Ini cerita secret admirer yang selalu terabaikan. "Aku gagal memahami bahasamu, hingga aku tak menyadari kata pamit dalam senyummu."