Pesan Cinta (01)

93 10 41
                                    

Jam istirahat adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh siswa sekolah di mana pun mereka berada. Ada kebahagiaan tersendiri ketika bell sekolah berbunyi tiga kali. Begitupun dengan Nalendra Maxel, sudah berkali-kali ia melihat jam di dinding lalu berdecak tak sabaran.

"Satu... Dua... Ti–"

Teeeett.... teeet... Teeetttttt....

"Yes!" teriaknya sembari berdiri hingga semua yang berada di kelas XII-IPS 3 menoleh padanya. "Maaf bu, refleks." ucapnya menganggkat tangan membentuk huruf V ketika melihat Bu Rena–guru bahasa Indonesia– menatapnya tajam.

Bu Rena hanya geleng-geleng kepala lalu meninggalkan kelas setelah mengambil buku dan tasnya.

"Kuy ke kantin." ucap Nalen pada teman sebangkunya yang sedang asik dengan game di ponselnya.

"Mager."

"Kuylah, gue mau bikin pertunjukan seru," katanya kembali duduk. Tiba-tiba sebuah ide muncul di otaknya. "Seru dah suer."

"Apa? Jangan pertunjukan receh kayak kemarin. Bosen." Ucap Raffa ketika mengingat kelakuan receh Nalen tempo lalu. Ketika ia berusaha membuat Ivyly Auristela–anggkatan mereka yang paling pintar plus flat– tertawa dengan cara berstand up tak jelas. Bukannya tertawa, alhasil gadis itu malah menyiramnya dengan air dalam botol minumnya yang masih penuh.

"Kali ini beneran asik. Nanti malem gue nggak ada acara jadi apa salahnya nyoba sama yang flat kayak yang di kelas IPA itu." ucapnya selesai menulis sesuatu di kertas lalu melipatnya menjadi bentuk pesawat.

"Jangan mulai deh," ucap Raffa memperingatkan. "Jangan mainin orang kayak dia."

Nalen menoleh ke arah Raffa yang masih sibuk dengan ponselnya. Lalu tawanya pecah seketika.

"Udah ah, lama-lama lo kayak bukan temen gue. Kali ini dijamin seru."

Akhirnya Raffa menyerah, jujur dia tertarik pada pertunjukan kali ini namun ia sedikit ragu mengingat korbannya kali ini lebih menyeramkan daripada makhluk apapun baik kasatmata ataupun tidak.

"Yaudah. Tapi lo yakin kali ini berhasil?" tanya Raffa ragu. "Gue nggak begitu yakin Nal. Secara udah 3 kali percobaan tapi hasilnya tetep sama."

"Lo ragu? bukan Nalen namannya kalau nyerah gitu aja. Ayo ntar keburu masuk lagi."

Mereka berdua beranjak dari kelas menuju tempat yang biasa gadis itu manfaatkan untuk membaca.

"Itu orangnya." tunjuk Raffa.

"Nah, momennya pas nih. Banyak orang,"

"Lo mau ngapain?"

"Tenang aja hanya sedikit bermain-main dengan manusia yang namanya paling susah sedunia itu." kata Nalen cengegesan tak jelas.

"Pengumuman-pengumuman di sini gue Nalendra yang tampan dan rupawan ingin menyampaikan kepada adik kelas ataupun seangkatan gue yang cantik dan gantengnya masih dibawah rata-rata." ucap Nalen yang langsung mendapat sorakan dari yang lainya. "Tenang... Tenang... Gue belom selesai.

"Di sini gue bawa kertas yang isinya sesuatu yang bisa mengubah dunia gue ataupun dunia orang yang dapet ini." lanjutnya lagi.

"Jangan kebanyakan basa-basi." ketus Raffa.

Nalen berdehem lalu melanjutkan kata-katanya, "Ini isinya pesan. Bagi yang dapet ini mau nggak mau harus mau." ucapnya lagi. "isinya sebuah pesan. Kalau gue terbangin dan berheti di salah satu dari kalian gue bakalan ajak jalan bagi yang cewek dan bagi yang cowok gue teraktir sampe kembung. Dan pesan yang di dalem kertas ini harus dibacain."

PESAN CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang