dua.

56 1 2
                                        

Ruang Introgasi, 29 Februari 2004, 15.00 WIB

    "Kenapa kamu melakukan pembunuhan? 4 orang? itu bukan jumlah yang sedikit! kamu sudah menyianyiakan hidupmu, kau masih punya banyak hal untuk dilakukan!" Seorang polisi berkata kepada via dengan nada menahan marah, rekan-rekannya memanggilnya Bapak Yanto. (em-_-)

    Via hanya duduk manis dan tidak menjawab pertanyaannya.

Diruangan lainnya pada waktu yang sama

Seseorang mengamatinya dari kejauhan melalui layar yang tersambung dengan kamera CCTV yang dipasang dalam ruang introgasi. Ia mengamati gerak-gerik Via selama ia diintrogasi, memang itulah tugasnya. Laki-laki yang baru berumur 20 tahun itu akrab dipanggil Oda. Oda Carratio adalah mahasiswa jurusan psikologi yang kebetulan sedang magang bekerja disana.

"Aku pikir gadis itu memiliki sesuatu yang lain, kau bisa melihatnya dari gerak-geriknya dan...... senyumnya! aku pikir ada yang lain dari senyuman gadis itu, senyuman yang belum pernah saya lihat sebelumnya!"

"bicara apa kamu? dia bukan lain adalah orang yang sakit!" kata seorang senior yang juga bertugas untuk mengamati Via.

"Tidak maksudku ada yang lain darinya"

"iya dia memang lain dari pada kita, dia itu sakit!"

"tidak, maksudku......"

"sudahlah kau hanya sementara disini, biarkan aku bekerja disini!"

    Oda memandang dengan tatapan kesal. Lalu ia duduk dengan malas disebuah kursi yang sudah disediakan.

Tidak lama kemudian introgasi selesai, namun introgasi tidak berjalan dengan lancar, Via tidak berbicara sepatah katapun saat diintrogasi. Bapak Yanto pun sudah muak untuk mengintrogasinya karena tidak membuahkan hasil. Bapak Yanto keluar dari ruangan dengan marah.

"Parah!! Apa yang salah dengan anak itu? Dia tidak mau berbicara sepatah katapun! Aku sudah capek dengannya! Bisakah kau bayangkan bahwa Ia hanya tersenyum dan sesekali membenahi rambutnya seakan-akan tidak terjadi apa pun?"

"Menurutku dia memiliki kelainan jiwa, mungkin inilah yang menyebabkan dia membunuh"

Oda hanya diam mendengarkan percakapan kedua orang tersebut. 

Tidak lama kemudian, Via keluar dari ruang introgasi dikawal dengan penjaga. Oda memandang Via dengan tatapan penasaran. Via membalas tatapannya dengan tatapan tajam yang belum pernah Oda lihat sebelumnya. Tatapan seorang pembunuh yang haus akan darah. Oda merasa ngeri dengan tatapan Via, namun ia semakin penasaran dengannya.

"Ia tidak sakit!! Aku tau itu! Aku harus menemuinya!" katanya pada diri sendiri.

=================================================================

halo!! sepertinya cerita ini bakalan selesai lebih awal dari yang gue bilang._. hahah :') bye peluk cium dari sang admin yang kece B-) terus eng gue mau berterimakasih kepada kak Pratyoda "oda" (indonesia idol, kribotastic(?)) yang telah meminjamkan namanya untuk menjadi salah satu tokoh disini. Serta guru les kaka gue yang namanya juga dipenjem (y) tq (bapk Yanto)

A Story About (short story)Where stories live. Discover now