dul

158 13 0
                                    

Namanya Joohyun. Bae Joohyun. Tapi, efek kelamaan tinggal di luar negri. Dia jadi dipanggil Irene. Si cantik yang tumbuh di rahim cewek cantik juga, dan dari sperma pria tampan. Lewat dikoridor para cowo cengo sedangkan para cewek sinisin doi. Yang disinisin ya sinis balek. Biasalah, cewek. Taunya iriin orang doang.

Si doi ini, cueknya keterlaluan. Banyak yang mau sama dia, tapi nyali nya gak laki. Bagi kaum pria di sekolah, gak ada yang mampu menaklukkan si cewek jutek yang satu ini. Ada satu, yang nyali nya kelewatan. Tapi hasilnya

Nihil.

Dia Sehun. Cowok yang ganteng menurut para cewek di sekolah ini. Tapi untuk Irene, ia mengatakan tidak.

Yah, standar cogan buat dia tuh yang kayak Ji Chang Wook lah. Atau paling tidak setara sama lee minho.

Doi lagi duduk di bangku taman belakang sekolah, menjauh dari peredaran para siswa siswi yang sedang asik menonton beberapa pertandingan yang sedang berlangsung, sambil mendengar lagu dari handphonenya melalui earphone nya.

"Rene." sebuah suara manly terdengar. Tapi Irene tak sinchipun bergerak dari tempatnya.

"Irene."

"Bae joo hyun"

Masih tak ada sahutan.

Cowok berambut blonde itu memilih menyentuh pundak Irene. Tanpa ia sadari, Irene memutar bola matanya, terlihat jengkel. Aktifitas yang sangat ia sukai dan sedang ia lakukan, telah terganggu oleh kedatangan makhluk asing.

Dengan gerakan pelan ia melepas satu earphone nya dan membalikkan kepalanya.

Ia menatap pemilik tangan dengan datar plus kesinisan yang hqq.

"Eng.. Lagi ngapain?" dengan begonya, pria berambut blonde bernama sehun itu bertanya.

"Lo buta? Ato bego?" Irene menatapnya dengan satu alis terangkat. "Lo barusan ngeganggu aktifitas gue."

Sehun meringis. Menyadari bahwa ia sudah terlalu bego dan menyesali perbuatannya. Sudah tau Irene itu dingin pake banget. Malah di gangguin.

"Yah, maafin." ia mengusap tengkuknya terlihat salah tingkah.

"Just, get lost." Irene menatap Sehun datar dan kembali memasang earphone nya, melanjutkan kegiatannya yang sempat terganggu.

Sehun yang memang dari sana nya nyebelin, tidak menuruti perkataan Irene. Ia malah duduk disamping Irene tanpa rasa berdosa.

Irene menghembuskan nafas kasar.

"Sehun, do you know?"

"Gimana mau tau kalo kamu a belum ngasih tau."

"I hate you."

Irene lalu berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menjauhi tempat Sehun berada.

Ada yah cowok kayak gitu -bjh
Sehun gak papa, hati sehun strong. Sehun kuadh -osh

---

Irene menyembunyikan wajahnya dibalik lengannya, dengan earphone yang selalu setia menemani. Tapi kali ini hanya satu yang terpasang.

"Ren. Sehun tuh diluar." yah, saat ini Irene sedang berada didalam kelas.

Ia menatap Seulgi dengan tatapan memelas.

"Gi, gue capek sama tuh cowok. Lelah. Gak tau lagi harus gimana biar dia menjauh. Setres gue punya ekor mulu." ia bangkit dari tunduknya.

"Cari doi gih. Biar Sehun jauh." dalam sedetik, Seulgi mendapatkan tatapan yang tidak bisa dibilang lembut.

"Lo kira cari dpi segampang cari upil." Irene berlagak ingin memukul Seulgi. Tapi jatuhnya malah mukul meja.

"Yeu, upil juga susah dicari kali." ucap Seulgi.

"Tuh tau. Upil aja susah dicari apalagi doi. Mulutlo butuh di sampoin kayaknya." Seulgi memanyunkan bibirnya. Merajuk.

"Dah deh, dari pada duduk diem dungu disini, mending nonton kelas Ital tanding futsal. Gue di suruh temenin dia. Ayok." Seulgi berdiri dari duduknya dan menarik lengan Irene yang ke malasan nya sudah mencapai batasnya.

"Hai Rene." Irene dengan segera melemparkan tatapan sinisnya pada Sehun yang diam mematung.

Joohyun seram jir -osh

Irene berjalan dibelakang Seulgi dengan tangan yang ditarik Seulgi. Sebenarnya, ia sangat-sangat malas untuk keluar dari kelas. Tapi apa daya, temannya yang satu ini justru sangat tidak betah berdiam diri dikelas. Jadi, ia hanya mengikut saja.

"Tal!" Irene menatap ke arah cewek yang baru saja namanya disebut oleh Seulgi.

Cewek itu berlari mendekat kearahnya dan Seulgi.

"Hai, Rene. tumbenan keluar kelas." tanyanya melihat Irene di belakang Seulgi.

"Ditarik sama nenek." ia menjawab dengan malas. Krystal mengangguk serah tertawa mengejek Seulgi lalu kembali berjalan menuju lapangan.

Mereka mengambil tempat yang sekiranya bisa membuatnya nyaman untuk menonton pertandingan.

Saat perwakilan dari kedua kelas telah memasuki lapangan, Irene menutup matanya, berniat untuk tidur.

"Rene ah, lo gak asik." Seulgi menoel noel pipi Irene.

"Ngantuk gan." jawabnya dengan mata tertutup.

"Lo sebenatnya cocok ama kak Agust, kenapa gak sama dia aja?" Irene langsung saja membuka matanya dan menatap Seulgi dengan datar.

"Punya Wendy, jangan di ganggu." ucapnya. Ia lalu kembali memejamkan matanya.

"Btw, gue rindu sama Wendy." Seulgi menatap lurus pada para pemain.

Irene perlahan membuka matanya dan memperbaiki posisi duduknya.

"Gue rindu kita berlima." Irene tersenyum mengingat beberapa sahabatnya.

Sesaat ia larut dalam hayalannya, saat sorakan pera penonton mengganggunya menghayal.

Dan tepat,

Mata Irene menangkap sosok tinggi yang memakai headband dengan rambut coklat dibumbuhi keringat yang bercucur di wajahnya.

Sexy.

Irene mengedipkan kedua matanya berkali-kali. Menyadari apa yang baru saja ia lakukan.

Apaan. Gak gak, gak boleh.

"Seul, yang nomor punggung tiga satu ganteng."

Dan rasanya, Irene ingin mencabik wajah Krystal saat ini.

Dan sekali lagi ia sadar.

Apaan sih Hyun, gak jelas banget sih. -bjh.

TBC

Nguehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehe

See you next :*

11th March 2018

DekKel ; Bjh&KsgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang