pulang dari kampus setiap petang
kugalas begku yang kosong
tanpa mimpi. kubawa kepalaku
penuh ancaman ngeriaku kembali ke kamar bersama langit
dan matari senja tadi dalam buku notasentiasa ada malam, tetapi
kulangsirkan jendelaku dengan langit biru
kutampalkan dinding kamarku dengan matariaku tak mau tau di kamar-kamar lain
malam mengepung dari segenap bucu
sepi tumbuh bagai duri dari bawah kulitaku tak mahu tau
jika ada seseorang menangis
sendiri
dan merasa –terasing
mereka bukan aku.
bukan. aku.
YOU ARE READING
Hari-hari Tanpa Mimpi
PoetryRetrospeksi di dua kota; Cyberjaya-Putrajaya Apakah yang menjadikan sesuatu tulisan itu sebagai sajak? Saya ingin terus percaya bahawa sajak sebagai genre puisi moden bukanlah sekadar pematuhan rima, pematahan kata, kecenderungan wujudnya gaya bahas...