2

2 0 0
                                    

Namun langkahnya terhenti ketika seseorang menarik tangannya yang membuat dirinya mundur dan mendarat di dada bidang sang pelaku. Are yang kaget pun melihat kebelakang. Dan kelegaan pun menghampirinya.
Ia mendesis setelah mengetahui siapa yang melakukannya. Ya.. dia adalah kekasih Are yang baru menjalin hubungan sekitar dua tahun lalu.
“Kulihat sedari tadi kau melamun,” bisiknya.
“Bastian... lepaskan tanganku,” pintanya dengan manja yang membuat pria bernama Bastian itu berdecih melihat tingkah menggemaskan kekasihnya ini.
Ia pun melepaskannya dan berganti merangkul leher Are. Are yang mendapat perlakuan hanya memutar bola matanya jengah. Dan mereka pun berjalan menuju kelas mereka.

____

Beberapa hari kemudian

Saat pulang sekolah, Are diantar pulang oleh Bastian dengan Lamborghini Veneno Roadster merahnya. Setelah sampai, Bastian menghentikannya di depan gerbang masuk.
“Masuklah,” suruhnya yang membuat Are mengrenyit bingung.
“Kau tidak mampir?” tanyanya memastikan yang diberikan gelengan dan senyuman dari Bastian.
“Aku ada latihan bersama tim basket sekolah,” terangnya.
“Oh.. baiklah,” Are pun melepas seat belt yang tadi ia gunakan dan sebelum benar-benar keluar dari dalam mobil, ia mengecup bibir Bastian dengan singkat dan cepat. “Hati-hati dijalan,” ucapnya akhir dan keluar dari mobil tersebut.
“Daaaahh!” serunya seraya melambaikan tangan kanannya keatas saat mobil Bastian melaju pelan meninggalkannya.
Sebelum masuk, dua orang penjaga dari luar sudah membukakannya gerbang kecil disisi kanan gerbang utama yang besar. Saat memasuki halaman, ia melihat banyak sekali bodyguard dan maid yang berdiri mematung disekitaran pintu utama dan disekeliling mansion kakek Huang.
Jika para maid yang berjajar seperti itu ia tidak asing, untuk kedua kalinya ia melihatnya. Yang pertama saat kedatangannya kerumah ini dan yang kedua adalah sekarang yang tak tahu untuk apa.
‘Kurasa bodyguard kakek tidak sebanyak ini,’ pikir Are yang berjalan ragu menuju pintu utama. “Menyawa lagi?” bisiknya.
“Selamat sore, Nona,” sapa para maid saat ia berada diambang pintu.
“Sebenar....” ucapannya terpotong saat seseorang menyenggol bahu kanannya dari belakang.
Kesal memang yang dirasakan oleh Are, kalau ia tidak ingat pria yang telah menyenggolnya dan dengan berjalan angkuh itu adalah tamu dari ayah angkatnya, ia pasti sudah akan memakinya.
     Are melihat pria itu duduk disalah satu sofa single bersama Billy yang duduk di sofa panjang lainnya. Billy yang mengerti tatapan meminta penjelasan dari Are pun memanggilnya.
“Are?” yang ditolehi Are pun menepuk sofa kosong disampingnya yang membuat Are mengangguk dan segera duduk disamping Billy. “Khenzo, ini Are. Dan Are, ini Khenzo,” ia memperkenalkan keduanya.
“Oh.. hai,” sapa Are seraya mengulurkan tangan dan memberikan senyum manisnya.
Namun Khenzo hanya diam, sama sekali tak menanggapi Are yang menyapa dan berniat baik padanya. Are pun menarik kembali uluran tangannya yang diacuhkan oleh pria bernama Khenzo itu.
Billy yang melihatnya kesal akan sikap cucunya yang malas terkesan dingin terhadap orang-orang tertentu pun membuka suara lagi. “Kau akan tinggal di rumahku selama orang tuamu inginkan,” ujarnya membuat Khenzo menoleh pada kakeknya dengan tatapan tak mengerti. “Tidak ada pernikahan antara kau dan Victoria,” lanjutnya yang membuat Khenzo semakin tak mengerti, apalagi dengan Are yang tidak tahu apa-apa.
“Maksud kakek apa?” tanyanya dengan dingin.
“Kau tak perlu tahu lebih lanjut. Kau hanya perlu melakukan apa yang aku suruh,” yang kemudian beranjak dan diikuti oleh Are.
Namun sebelum menaiki tangga, Billy menghentikan langkahnya dan Are yang kemudian menoleh pada Khenzo.
“Satu lagi,” ucapnya membuat Khenzo memutar kepala untuk melihat kakeknya yang ada dibelakannya. “Jangan acuhkan apalagi menyakiti Are, meskipun dia hanya bibi angkatmu,” ucapnya kembali menggiring Are ke lantai dua.

____

Sekitar jam sembilan malam Are mendengar suara teriakan-teriakan akan kemarahan dari luar. Sebelum keluar Are melihat ponselnya yang menandakan pesan masuk. Bastian rupanya. Baru setelah memastikan pesan itu dan membalasnya, ia pun keluar dari kamar. Saat ia melihat kebawah tepatnya diruang tamu, Billy dan Khenzo tengah adu mulut.
Billy yang melihat Are diatas segera menetralkan emosinya. Ia melihat Khenzo yang dadanya naik turun karena emosinya meluap.
“Kembali ke kamarmu,” suruhnya dengan halus pada Khenzo.
Tanpa berpikir panjang, Khenzo pun mengambil jaket kulitnya yang sebelumnya ia buang di sofa, dan berjalan cepat menuju lantai dua dimana Are berada. Seperti tak menyadari Are disana, ia pun melenggang berjalan menuju kamarnya tanpa mempedulikan adanya Are yang memandang dirinya dan Billy yang masih bediri di ruang tamu. Setelah melihat Khenzo masuk kedalam kamar yang ada di depan kamarnya, Are pun menoleh kembali pada ayah angkatnya yang sekarang sudah duduk di sofa ruang tamu.
“Kau kembalilah tidur,” suruhnya halus, “Tidak terjadi apa-apa,” yang kemudian membuat Are turun ke bawah.
“Aku akan menemui Bastian diluar, yah,” terangnya mendekat pada Billy.
“Temuilah,” ijinnya.
Are pun keluar untuk menemui Bastian yang sudah menunggunya di luar gerbang.

____

Sudah dua jam, Are dan Bastian bercakap-cakap dan memberi candaan disetiap kali ada kesempatan di dalam mobil Bastian.
“Kau sudah tenang sekarang?” tanya Are yang melihat Bastian tengah diam menatap tepat ke mata Are.
“Kau lebih hebat daripada alkohol itu,” ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya pada mata Are.
“Baguslah,” ucapnya. “Kau bisa menjaga kesehatan tanpa alkohol lagi dan tak perlu keluar uang bukan?” lanjutnya yang diangguki Bastian.
“Terima kasih untuk semuanya Ar,” ucapnya yang mengelus pipi Are dengan sayang. “Kau merubahku menjadi lebih baik,” lanjutnya. “Jangan tinggalkan aku,” pintanya yang diangguki Are.
Bastian pun mendekatkan wajahnya pada wajah Are. Are yang mengerti  maksud Bastian pun memejamkan matanya. Detik kemudian ia meresakan bibir Bastian telah mendarat dibibirnya. Hal ini sudah biasa. Dan mereka selalu menikmatinya. Tak lebih, hanya saling menempelkannya.
Menit kemudian Bastian kembali menjauhkan wajahnya dan membuat Are kembali membuka matanya. Ia melihat Bastian tersenyum padanya dengan jarak yang sangat dekat. Ia pun membalas senyuman itu.
“Sudah malam, masuklah,” suruhnya. “Aku tidak mau kakek Huang memarahiku karna membuatmu keluar lebih malam lagi,” nada manjanya membuat Are tertawa renyah mendengarnya.
“Hati-hati dijalan,” wantinya yang diangguki Bastian. “Daahh,” ia melambaikan tangannya dan keluar dari mobil Bastian.
Setelah mobil Bastian menjauh, ia pun masuk ke dalam dan mendapati Khenzo yang berjalan menuju gudang belakang dengan mengendap-endap seperti maling. Ia pun mengikutinya. Saat ia disana, ia dapat melihat Khenzo yang sepertinya tengah mencari sesuatu.

____

Tbc......

» 29 Oktober 2017 «
~렌노~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Relationship on FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang