Pilihan
dalam hidupSEMUA orang bilang kalau hidup ini adalah suatu pilihan.
Dan gue sekarang baru merasakan kalo gue harus menentukan pilihan hidup ketika gue baru saja lulus SMA. Kegalauan tingkat provinsi melanda diri gue yang masih begitu polos. Gue dihadapkan dengan pilihan yang tidak biasa, diantaranya gue harus memilih untuk lanjut masuk Universitas atau gue harus terlantar jadi pedagang gorengan dengan wajah yang terlanjur absurd. Ini masalah serius dan gak bisa dibuat main-main, gue gak akan rela jika hidup gue berakhir naas di depan penggorengan, sedangkan teman-teman gue merasakan keindahan dunia kampus.
Setelah memikirkan perbandingan yang sangat tidak adil ini sampai di kepala gue mengeluarkan asap layaknya motor 2 tak yang kentut, akhirnya gue resmi menentukan sikap dan memilih untuk masuk jenjang perkuliahan. Bukan, karena gue ingin melanjutkan cita-cita gue, tapi karena kata orang, anak kuliahan itu “keren”. Yah, dengan mantap dan hati yang kuat serta unjuk gigi. Gue melangkahkan kaki untuk mendaftarkan diri gue ke sebuah Universitas, Negeri tentunya.
Karena gue polos,atau lebih tepatnya “bego”, gue ternyata melewatkan satu hal penting yang seharusnya dilakukan ketika seorang Omnivora ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Hal penting yang dengan bodohnya gue lupakan itu adalah
“Gue mau milih jurusan apa?”.
Gue kembali galau dan berfikir keras lagi, kegalauan gue kali ini meningkat 4,90 oC ke level Universitas. Gue mulai keringetan, perut mules, badan gemetar, susah poop, kerasukan makhluk ghaib, dan terakhir gue inget tenyata waktu itu gue memang belum makan 3 hari. Maklum, kehidupan gue hanya seorang anak kost sebatang kara yang makannya cuman hari senin sama kamis, itupun sekalian gue barengi dengan puasa sunnah ( Terpaksa ).
Kembali lagi ke masalah untuk memilih jurusan, akhirnya daripada bingung, gue mutusin untuk meminta saran dari seorang teman yang namanya gue lupa (mohon maaf buat kamu yang namanya kulupakan, makanya punya nama itu jangan susah-susah, Aku tahu perasaanmu, Sahabat ).
Gue berharap dia bisa memberikan pencerahan dan kesejukkan dalam masalah yang melanda diri gue yang polos ini. Gue telfon dia buat ketemuan disuatu tempat, setelah ketemu dan ngobrol beberapa saat sama dia, satu jawaban yang gue dapet dari kawan yang gue lupakan namanya itu adalah :
“Milih jurusan itu harus disesuaikan porsinya dengan minat dan bakat yang elo punya Yu”.
Gue masih teringat dengan kata ini, karena sewaktu itu dia ngomong sambil mainin upil di jari, karena pada saat yang bersamaan gue lagi laper belum makan tiga hari,gue pun mencoba untuk mencuri upilnya untuk ngemil upilnya. (:V)
PADA saat itulah gue menemukan bahwa ternyata makhluk bernama Upil bukanlah makanan ringan atau lebih tepatnya “kotoran” yang pantas untuk dijadikan cemilan. Kering, lengket, hijau kehitaman, menjijikan dan asin, yah.. begitulah Upil.
Balik lagi ke urusan kuliah, besoknya dengan bermodal kalimat apa adanya, yang gue dapet dari kawan gue, akhirnya gue mulai membuat sebuah daftar riwayat dengan jujur dan santun :
DAFTAR MINAT DAN BAKAT
NAMA : Wahyu Hidayatullah
UMUR: 19 Tahun Lebih 7 hari 12 jam 1 menit 30 detik.
HOBBY: Menulis, Nonton JAV, Tidur, Kentut (kadang-kadang)
MINAT: Musik dan Olah raga.
BAKAT: Masih terpendam.Gue baca daftar yang gue bikin ini berulang-ulang, entah karena gue kebanyakan kentut disembarang tempat akhirnya nyawa gue ikut terbuang sedikit atau memang otak gue yang terlanjur bego, gue tetap gak bisa nemuin jurusan apa yang bisa sesuai dengan minat dan bakat yang gue punya, gue sempet berfikir mungkin minat dan bakat gue terlalu banyak, akhirnya gue pun mencoba buat mix and action, Minat dan bakat gue. Dan hasilnya gue tuangkan dalam sebuah tabel untuk menganalisa kira-kira jurusan apa yang cocok buat gue, dan ini tabel yang gue buat:
KAMU SEDANG MEMBACA
sebuah nama mahasiswa
Humorseorang pemuda absurd yang menuliskan semua diary dan memutuskan untuk menulis cerita... my link : mahasiswapribadi.blogspot.co.id