Chapter IV

10.7K 566 6
                                    

"Dan kau masih ingin bilang aku yang membunuh orang tuamu," bisik Alan.

Evelyn yang mendengar bisikan Alan langsung melepas pelukannya. Tapi Alan tidak mengizinkan Evelyn lepas dari dekapannya. Tangan Alan masih setia melingkar di pinggang Evelyn.

Evelyn menyilangkan tangannya di depan dada. Memandang Alan dengan entah tatapan jenis apa itu. Di dalam tatapan mata Evelyn tersirat rasa benci, marah, dan kesakitan. Tapi ada satu titik  kecil pancaran kebahagiaan dari mata Evelyn dan itu cukup membuat Alan tersenyum.

Kali ini bukan senyuman dingin yang biasa Alan tunjukan. Tapi senyuman tulus yang begitu menenangkan. Semua rasa benci, marah dan sakit yang terpancar dari mata Evelyn seketika musnah. Evelyn seakan terhipnotis oleh senyuman Alan. Hanyut dalam bayang-bayang lelaki tampan yang ada di hadapannya.

Alan melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang Evelyn, "jangan menatapku terus, nanti kau bisa jatuh cinta dengan tunanganmu ini Eve," sebuh kecupan mendarat di pipi Evelyn.

Evelyn tersadar dari lamunannya dan segera mendaratkan beberapa pukulan di dada Alan. Tapi Alan tak bergeming atau merasa kesakitan. Alan berjalan keluar hendak meninggalkan Evelyn.

"Gantilah bajumu Eve kita akan pergi ke kantor," Alan menutup pintu kamar Evelyn.

Belum sempat Evelyn bertanya, Alan sudah meninggalkan kamarnya. "Pintu kamar nya tak terkunci atau aku kabur saja," pikiran jahat Evelyn muncul kembali, "tidaaaaak.. kalau aku kabur sekarang, aku tidak akan pernah bisa tahu kebenaran yang terjadi selama dia koma!" Evelyn berusaha menyadarkan dirinya agar tetap pada tujuannya. Karena kabur bukanlah solusi yang baik untuk saat ini. Bahkan semua yang Evelyn miliki sedang dikuasai oleh Tunangan Berengseknya itu.

Evelyn memdengus kesal. Setampan apapun Alan dia hanyalah salah satu orang yang Evelyn curigai sebagai pembunuh kedua orang tuanya. Dan Evelyn tak boleh menaruh hati terhadap Alan. Karena kalau memang benar Alan yang membunuh orang tuanya pastilah Evelyn akan hancur mendapati kebenaran yang seperti itu.

Evelyn memutar otaknya mencoba memcari cara agar bisa berrahan hidup dengan tunangannya. Dan akhirnya untuk sekarang Evelyn akan mengikuti permainan Alan. Evelyn berjalan ke kamar mandi. Mungkin air dingin yang mengguyur kepalanya akan membuat otaknya berpikir dengan jernih. Selesai dengan urusan mandi Evelyn berjalan menuju walk in closet. Tak ada yang berubah dari isi walk in closet nya. Semua koleksi bajunya masih ada dan semua letak susunannya tak berubah.

Evelyn memakai dress warna kuning yang panjanngnya di agas lutut. Evelyn mematut diringa di depan cermin. Memandangi bayangannya, tak ada yang berubah. Yang berubah adalah rambutnya yang semakin panjang. Sekarang rambut Evelyn sudah sebatas pinggang.

"Ini terlalu panjang dan merepotkan," Evelyn mengambil gunting yang ada di dalam laci meja kerjanya dan kembali mematut dirinya di depan cermin.

"Nah ini lebih baik," Evelyn melemparkan potongan rambut yang di genggamnya ke sembarang arah.

Ternyata Evelyn menggunting rambutnya sendiri. Dan sekarang rambut Evelyn yang panjangnya sudah sebatas pinggang tinggal setengah.

Evelyn mengikat rambutnya tinggi-tinggi. Dia meraih hellsnya yang berwarna hitam memakainya lalu pergi meninggalkan kamarnya. Evelyn berjalan menuju kamar Alan. Mata para pelayan seolah menatapnya dengan takjub. Bayangkan gadis yang begitu pucat dan terlihat sakit keras kini berjalan melenggang melewati para pelayan. Dengan make up yang soft membuat Evelyn terlihat segar dan cantik.

Evelyn duduk di tepi ranjang Alan. Tak ada tanda-tanda tunangannya disini. Evelyn meraih sebuah buku di atas nakas yang ternyata novel. "Apa pria itu suka baca novel juga, novel apa ini!" Evelyn menghempaskan tubhnya di atas kasur sambil membolak balikkan halaman novel itu dan lama-lama dia menikmati bacaannya.

Alan keluar dari kamar mandi karena mendengar suara tawa. Ternyata tawa itu milik Evelyn yang sedang asyik membaca novel favorit miliknya. Alan mendekati Evelyn lalu merebut kasar novel miliknya membuat Evelyn berteriak.

Evelhan bangkit dari tidurnya, "Hei, aku sedang membaca—" teriakan Evelyn terputus setelah matanya menatap takjub dengan apa yang ada di hadapannya.

Alan hanya menggunakan handuk yang melingkari pinggangnya. Menampakkan jelas bisep, trisep serta sixpack nya. Tubuhnya seperti sebuah maha karya. Membuat Evelyn meneguk salivahnya dengan kasar.

"Berhenti menelanjangiku dengan matamu babe atau kau sengaja ingin menggodaku," Alan meletakkan kembali novelnya di atas nakas.

Baru saja Alan ingin mendekati Evelyn, wanita itu sudah cepat-cepat kabur. Pergi meninggalkan Alan. Evelyn membanting pintu kamar Alan dengan kasar lalu pergi menjauh. Evelyn berusaha menenangkan debar jantungnya yang makin kuat. "Tidak.... Dia hanya pria jahat Eve! Kau tidak boleh teetarik padanya," nafas Evelyn memburu seakan ada sesuatu yang membuatnya ingin cepat-cepat menarik nafas lagi dan laagi.

Evelyn berakhir di taman belakang. Mengatur ulang nafasnya. Menjernihkan kembali pikirannya dan meluruskan kembali niatnya.

"Evelyn Braav jangan pernah kau berani menaruh hati pada pria pucat yang menjadi tunanganmu itu," batin Evelyn. Dia menegakkan bahunya menatap taman yang tak lagi terawat itu.

Ada tangan kokoh yang mengalungkan sebuah liontin di leher Evelyn. Jangan tanya siapa! Sudag pasti itu Alan. Sebuah liontin yang tak asing bafu Evelyn. Liontin miliknya yang berisikan foro Ayah Ibunya. Liontin tua yang selalu Evelyn pakai.

"Dimana kau menemukannya?"

"Aku yang menyimpannya, saat kau kecelakaan liontin itu masih ada di lehermu," jelas Alan.

"Lalu kalau ada di leherku kenapa bisa kau yang menyimpannya sekarang?" Evelyn sungguh tidak dapat menebak jalan pikiran Alan.

"Aku hanya penasaran saja dengan liontin itu, ternyata isinya cuma foto Raymond dan Elma!"

"Kau kurang ajar sekali! Memangnya Ibu dan Ayahku teman sepermainanmu bisa kau panggil dengan nama mereka begitu saja," Evelyn mencoba membuka liontinnya dan dia taak menemukan foto kedua orang tuanya. Dia menemukan wajah Alan yang ada di dalam sana.

"Kau!" Evelyn menggeram kesal. Kelakuan Alan yang seenaknya membuat Evelyn ingin sekali membunuh pria itu.

"Aku bahkan lebihbtua dari mereka, sudahlah kita sudah terlambt ayo pergi," Alan menggenggam tangan Evelyn membuatnya terpaksa mengikuti langkah kakinya.

"Dan aku akan percaya dengan semua perkataanmu! Jangan harap," Evelyn terus menggerutu dengan kelas. Melayangkan semua protes nya kepada Alan yang hanya dibalas dengan senyum tipis.

Alan sebenarnya tidak suka dengan suara berisik yang dikeluarkan oleh Evelyn. Membuatnya tak fokus dalam berkendara. Alan tiba-tiba menghentikaan mobilnya. Rem yang diinjak secara mendadak membuat dahi Evelyn membentur dashboard.

Tak ada rasa kasihan yang terpancar dari wajah Alan. Dia hanya menatap dingin Evelyn dan memeberikan senyuman menyebalkan.

"Kau sengaja!" pekik Evelyn.

"Aku muak mendengar semua ocehanmu sepanjang jalan! Kau pikirir hanya dirimu yang bosan beepura-pura jadi wanita manis di depanku, aku juga begitu!" Alan meremas setirnya dan melempar tatapan ingin membunuh ke arah Evelyn, "jika kau terus saja mengomel aku akan—"

"Akan apa!" Evelyn memotong kalimat Alan dengan teriakannya.

Alan kesal dengan tingkah Evelyn. Alan menarik dagu Evelyn dengan kasar. Dan mencium bibir Evelyn. Tak sampai disitu. Alan terus menerus menekan bibirnya dengan kasar berusaha melumat habis bibir Evelyn. Evelyn meronta-ronta berusaha melepaskan tangan Alan yng membingkai wajahnya. Tapi usahanya sia-sia. Tentu Alan beratus-ratus kali lebih kuat dari pada Evelyn.

Alan melepas ciumannya, "ini hukuman! Aku akan menciummu lagi kalau mulutmu terus saja mengeluarkan suara berisik!"

Evelyn memandang sengit Alan. Seakan ada kobaran api dan suara tembakam yang menandai peperangan mereka. Evelyn tak henti-hentinya mengutuk Alan. Dan Alan hanya diam, fokus melajukan mobilnya ke tempat mereka akan tuju.

"B-Tech Company!"
.
.
.
.
.
To be continued ~
Jangan harap cerita vampire yang ini cinta-cintaan melulu ya.
Disini banyak misterinya jadi jangan lewatin satu kata pun di cerita ini,
Vote dan comment nya jangan lupa biar Thor B semangat ~
Sungguh Vote dan Comment kalian adalah dukungan terbesar bagi Thor B buat nulis dan nulis lagi ~
Happy reading guys, dan jangan lupa baca Hot Partner yaaaw 😽😽

KING OF VAMPIRE (HIS LOVER AND THE RED EYE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang