"Dav.... please lo harus mau jadi calon ketua osis tahun ini,
Lo itu udah ditunjuk langsung sama guru pembina osis, jadi menurut gue lo nggak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini dav""Berisik!"
"Dav.....sekali ini aja turutin omongan gue, nggak ada salahnya juga kan lo coba.Itung-itung cari pengalaman baru kan"
"Sat.... sampe berapa kali pun lo bujuk-bujuk gue,gue tetep nggak mau jadi calon ketua osis jadi berhenti bahas itu lagi karna itu cuma buang-buang waktu lo untuk urusan yang nggak penting"
"Tapi Dav ini semua jug----
"Sekali lagi gue tegasin ke lo kalo gue NGGAK MAU jadi ketua osis jadi gue minta lo berhenti gangguin gue lagi."
Bentak Dava memotong ucapan Satya yang notabenanya adalah senior di Internasional Starlight School sekaligus calon mantan Ketua Osis periode 2016/2017 yang sedang berusaha membujuk Dava agar mau menjadi calon ketua osis periode 2017/2018Perdebatan mereka tentu saja mengundang perhatian siswa siswi yang berlalu lalang di koridor kelas sebelas karena kebetulan ini adalah jam istirahat pertama
"Cowok kayak dia mana mau jadi calon Ketua Osis" teriak seorang siswi dari arah belakang
Dava yang baru saja melangkahkan kakinya untuk ke kelas pun membalikkan tubuhnya menghadap ke seseorang yang berani mengatakan hal itu kepadanya
Dava memberikan tatapan membunuh kepada siswi yang berada di hadapannya saat ini namun siswi itu hanya membalasnya dengan tatapan sinis nya
"Kenapa?? Lo nggak terima gue bilang kayak gitu atau lo tersinggung sama ucapan gue??"
"Gue nggak punya urusan sama lo" ucap dava dingin sembari memutar tubuhnya dan melangkah meninggalkan dua orang berbeda genre itu
"Gue tau cowok kayak lo mana mau disuruh jadi calon Ketua Osis, modal tampang aja belagu"
Teriakan yang berasal dari siswi yang sama itu kembali membuat langkah Dava berhenti dan memutar langkahnya dengan rahang yang mengeras sembari menahan emosinya
"Lo"
"Kenapa?"
"Ucapan gue bener kan??"
"Lo salah udah berani ngomong kayak gitu sama gue. Gue nggak seburuk yang lo kira"
"Terus gue harus percaya sama omongan lo gitu?" sengit sang siswi tersebut yang membuat amarah Dava semakin membuncah
"Gue bakalan buktiin kalo semua yang lo bilang itu salah" balas Dava tak kalah sengit kepada seorang gadis didepannya yang memasang wajah meremehkan
"Sat gue mau jadi ketua osis" ucap Dava disertai senyuman yang sulit diartikan. "Tapi cewek ini juga harus mencalonkan diri jadi ketua osis" lanjutnya kepada Satya yang merupakan kakak kelas sekaligus sahabatnya yang hanya diam tak berkutik melihat pertengkaran antara sahabat dan adik kelasnya.
Sontak perkataan Dava membuat Satya dan siswi tersebut membulatkan matanya tak percaya
"Loh, lo kok jadi nantangin gue sih " ucap gadis tersebut tak terima.
"Kenapa, lo takut saingan sama gue?"
"Sorry gue nggak pernah takut sama lo."
"Itu artinya lo harus mau mencalonkan diri jadi Ketua Osis dan jadi saingan gue"
"Nggak. Gue nggak mau"
"Loser !"
"What. Lo bilang gue pecundang??" ucap gadis itu yang tak terima dengan perkataan Dava.
"Ok gue bakalan mencalonkan diri jadi Ketua osis dan jadi saingan lo! tapi ada syaratnya"
Dava hanya menaikkan sebelah alisnya menunggu cewek itu melanjutkan ucapannya
" siapapun yang kalah dalam pemilihan Ketua Osis ini harus mau nurutin semua perintah yang menang selama 3 bulan. Lo sanggup??"
Tanya siswi tersebut sambil tersenyum miring yang dibalas dengan senyuman sinis dari Dava
"Gue nggak takut"
Ucap Deva mantapOk kita deal? Tanya siswi tersebut sambil mengulurkan tangannya di hadapan Dava yang langsung dibalas oleh Deva dengan cepat dan berlalu begitu saja tanpa menoleh kepada gadis tersebut.
*****
Vannya berjalan melewati koridor menuju kelasnya di XI IPS 5 namun Vannya merasakan banyak pasang mata yang menatap sinis kearahnya Tentu saja ia tahu apa yang menyebabkan orang orang memberikan tatapan tak suka kepadanya
Tidak salah lagi ini semua karena pertengkarannya dengan Dava yang disaksikan berpuluh puluh pasang mata di depan koridor kemarin
Walaupun merasa risih, Vannya tetap melangkahkan kaki menuju kelasnya dan menghempaskan bokongnya begitu tiba di tempat duduknya yang disambut dengan tatapan kepo dari Dinar, sahabatnya.
"Berita itu beneran Van?" ucap Dinar memulai introgasi ke hadapan sahabatnya itu. Bukannya menjawab pertanyaan Dinar, Vannya malah menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Kesal karena tidak mendapat respon dari sahabat sekaligus teman sebangkunya, Dinar mengambil buku pelajaran yang lumayan tebal dari dalam tasnya dan memukul kepala Vannya sampai membuat sang empunya kepala berteriak nyaring karena kesakitan akibat pukulan sahabat liciknya itu.
"Awww"
"Lo apa apaan sih Nar, ganggu orang aja tau gak!""Eh, gue itu cuma nanya sama lo! Kenapa lo jadi sesewot ini coba"
"Lagian lo juga sih! Gue lagi kesel malah dikepoin. Nyebelin banget sih"
"Yaudah sekarang lo cerita sama gue gimana ceritanya lo bisa berantem sama Dava di depan koridor sampe lo jadi bahan omongan satu sekolahan" ucap Dinar setelah melihat Vannya sudah agak tenang.
"Tuh kan gue jadi makin kesel gara-gara lo ngingetin tu orang lagi. Jawab Vannya berapi-api sambil mengerucutkan bibirnya, namun tak urung menceritakan kejadian di depan koridor kepada sahabatnya sejak kecil tersebut.
"What!!!!
Sumpah lo beneran gak waras Van!" Teriak Dinar histeris, sedangkan Vannya hanya memutar bola matanya malas dengan tingkah alay temannya itu."Apa-apan coba pake ngomong gitu ke Dava, lo tau kan dia orangnya kaya apa" lanjut Dinar frustasi.
"Lo juga tau sendiri kan Nar gue orangnya gimana. Ya gue gak bisa diem aja lah ngeliat Kak Satya ngejar-ngejar tuh orang songong tapi responnya dia malah seenaknya kaya gitu. Ngomong baik-baik bisa kali" balas Vannya dengan sengitnya.
"Ya tapi bukan urusan lo juga kan soal mau enggaknya Dava jadi calon ketua osis, sampe lo juga kena imbasnya terlibat taruhan konyol bareng tu orang. Lo tau sendiri kan dia itu udah di rekomendasiin langsung sama guru-guru berkat kejeniusannya"
"Bodo amat! Gue gak perduli. Yang harus lo lakuin itu adalah ngedukung gue buat nyaingin dia walau kemungkinannya satu persen sekalipun. Lagian lo udah tau kan kalau gue paling gak bisa ngeliat orang yang seenaknya kaya si Dava itu"
"Astaga Vannya lo emang gak pernah berubah ya, selalu aja ngurusin masalah orang!" ucap Dinar sarkastis penuh penekanan di lima kata terakhir yang dibalas tatapan tajam dari Vannya.
TBC
Jangan lupa spam next for chapter selanjutnya❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Diferencia
Ficção AdolescenteIni bukan kisah antara badboy yang dingin yang dipertemukan dengan cewek polos. Tapi ini kisah tentang Dava Ardilan si keras kepala yang cuek dan tidak peka dengan orang orang disekitarnya Juga tentang Vannya Alexandra, gadis ceroboh yang teramat p...