Prolog

91 13 0
                                    

Bantu comment-nya agar cerita ini berkembang dengan baik(:

Setidaknya bantu Vote untuk menghargai cerita yang saya buat(:

Paling gasuka sama pembaca yang tidak bernyawa.
Karena sama aja mereka tidak menghargai karya yang saya buat.

Makasih(:

***

"Kamu jangan terlalu kebanyakan. mikir dulu ya—Takutnya nanti kepala kamu jadi pusing." Ucap Kepala Sekolah memperingati, "Masalahnya kamu masih dalam tahap penyembuhan." lanjutnya.

"Seharusnya sekarang ini kamu masih beristi—"

"Tapi bagaimana dengan sekolah saya, Pak?" tanya Gadis itu.

"Seharusnya kamu jangan terlalu berfikir keras tentang masalah sekolah. Sekolah kamu akan baik-baik saja." Ucap Kepala Sekolah menenangkan.

"Bapak bilang baik-baik saja? Pak, saya ini sudah tidak naik kelas—Gimana bisa baik-baik saja?" Mata gadis itu berkaca-kaca.

"Kamu itu pintar Rein—Kamu juga sudah sering ikut olimpiade untuk mewakili sekolah kami—Dan terbukti, kamu selalu membanggakan." Ucap Kepala Sekolah mencoba menenangkan Gadis itu.

"Saya itu tidak naik kelas, Pak. Itu yang bapak bilang membanggakan?" Air mata Gadis itu mulai turun dan membasahi pipinya.

"Bagi saya, kamu tetap murid yang paling saya banggakan. Kamu itu kuat—Terbukti dengan adanya kamu di sini, di depan saya. Saya yakin kamu bisa, Rein."

"Maaf pak—Maaf jika saya belum bi—" Lirih Gadis itu.

"Tidak apa—Yang penting untuk sekarang ini, kamu harus semangat dan kuat. Itu saja yang saya harapkan dari kamu."

"Sebelumnya maaf Saya ada urusan sebentar, Rein—Saya tetap bangga sama kamu." Ucap Kepala Sekolah lalu tersenyum.

"Makasih, Pak—Kalau gitu saya pamit." Gadis itu memaksakan senyumnya.

"Ingat, jangan terlalu capek, dan jangan berfikir terlalu keras." Kepala Sekolah mengingatkan.

"Iya, Pak—Permisi." Gadis itu beranjak dari kursinya, lalu melangkah keluar dari ruangan Kepala Sekolah.

***

Gadis itu bernama Reina Kania. Panggil saja Anya atau Rein. Namun, Gadis itu lebih suka di panggil Anya.

Anya adalah salah satu murid yang paling membanggakan sekolah. Sering memenangkan olimpiade untuk mengharumkan nama sekolahnya.

Namun, semuanya berputar arah. Semenjak peristiwa yang menimpa Anya. Yang membuat Anya harus tinggal kelas.

Yang seharusnya sekarang duduk bersama teman-temannya di bangku kelas XII. Namun, kini harus duduk kembali di bangku kelas XI, mengulang semua pelajaran yang setahun terakhir ini dengan mudah Anya lewati.

Karena sebuah peristiwa yang begitu singkat dan cepat datang begitu saja, tanpa memberi aba-aba.

Anya harus mengikhlaskan semuanya.

UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang