Prolog

118 18 19
                                    

pagi itu, kala sang fajar sudah menapakkan wujudnya, jam digital telah menujukan pukul 5.50. seorang gadis masih sibuk dengan dunianya, berulang kali ia berkaca memutar tubuhnya mengaca lagi dan hanya itu yang ia lakukan dari 15 menit lalu.

padahal, ia hanya akan berangkat sekolah seperti biasa, dan belajar dikelas denfan membusankan. namun bagi dia, penampilan itu penting, tak ada yang boleh kurang dari penampilanya.

ia tidak ber make-up menor seperti kebanyakan gadis seusianya, ia hanya memakai bedak tipis serta lip balm agar bibirnya tidak terlihat kering. juga sesikit sentuhan pada bulu matanya yang lentik agar lebih terlihat hitam.

gadis itu bernama Amelia Tirta Wijaya. gadis dengan tinggi sekitar 160, berat sekitar 50 kg dan bentuk yang wajah oval, ditambah dengan pipi yang sesikit berisi, membuat penampilanya bak model.

setelah merasa puas dengan dandanannya ia keluar dari kamar, dan turun ke lantai satu.

"kak, makan dulu sini. bunda udah masakin nasi goreng" kata fatma, sang bunda

"yah bunda, ini udah jam enam. nanti aku kesekolahnya telat. aku nanti makan di kantin aja ya" balas amel

"makanya kalo ngkbrol sama cerim itu ngak usah lama-lama, jadi telat kan" balas firman, sang ayah.

"hehe, cerimin kan temen terbaik aku yah, dia ngak pernah ketawa pas aku lagi nangis. jadi juga yang nunjukin kekurangan aku di bagian mana"

"ya tapi kalo sering-sering ngobrol sama cermin bisa gila kamu" ucap ayah sambil tertawa

"heleh ayah, kalo ngomong suka bener. kan aku jadi kawatir kalo gila beneran" balas amel

"ya emang kakak gila" cerocos Arfa, adik Amel yang duduk di bangku kelas 3 SD

"heee anak kecil gak usah ikut-ikut yaa" bals Amel sambil menjulurkan lidahnya pada Arfa

"heh, udah sana kak berangkat, malah pada debat" tutur bunda fatma

"yey, ini nih ayah ngompor-ngomporin mulu" balas amel sambil meraih tangan bunda dan ayahnya untuk diajak salman

"idih, ayah yang di salahin. bilang aja kalo sengaja biar telat terus ngak usah sekolah sekalian" sambung lagi ayah firman

Amel pun sudah berada di depan ambang pintu, dan sesaat berbalik untuk tertawa pada sang ayah, yang menandakan tebakan itu benar.

jangan heran dengan kedekatan amel dan ayahnya yang sedikit melewati batasan anak dan ayah. ya, itu trik ayahnya agar lebih dekat dengan putrinya, dan supaya putrinya lebih terbuka denganya. yaitu dengan membuatnya nyaman seolah menanggap orangtuanya seperti teman sendiri

|||

yogyakarta, 5 maret 2019
salam hangat, author.

don't forget vote and share 🐣🐣

your dream's is your lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang