Chapter 14

93 4 0
                                    

The Sixth Sense

Kali ini aku bermaksud untuk mendatangkan sahabat-sahabat kecilku Ririn, Dhimas dan Jaka disamping diriku menyimpan kerinduan yang mendalam, memang sudah sekian lama mereka tak muncul di tengah-tengah aku menjalani rutinitasku sehari-hari. Rasa-rasanya mereka ingin memberitahukanku suatu hal yang harus disampaikan kepadaku.   

Aku sudah merasakan kemunculan sahabat-sahabatku yang sudah sekian lama mereka tak muncul di tengah-tengah aku menjalani aktivitasku sehari-hari. Perasaanku disaat itu tak tau bagaimana rasanya, namun dihatiku juga timbul rasa yang seakan-akan rasa itu membuat mereka diam terpaku dan memandangku dengan tatapan yang penuh tanda Tanya.

Aku yang sedang seorang diri pada saat itu, sudah merasakan keberadaan mereka ketika mereka datang menemuiku karena setiap kali mereka datang diriku juga mencium aroma yang menurut kalian aroma itu sangat aneh dan tak sedap. Mungkin kalian yang berada di posisiku saat itu akan muntah, terlebih-lebih disaat mereka-mereka selain sahabat-sahabatku juga bermunculan silih berganti di tengah-tengah kalian menjalankan aktivitas sehari-hari. 

Diwaktu yang bersamaan aku menyapa mereka dengan rasa kerinduanku yang sudah sekian lama rasanya tak bertatapan dengan mereka “Ririn, dhimas, Jaka. Aku kangen kalian (sambil merangkul mereka bertiga)”. Disaat itu juga dhimas menjawab “kamu sudah besar ya adi, kami juga kangen kamu” mereka sepertinya membawa suatu kabar yang akan disampaikan kepadaku. ”adi, kami datang menemuimu membawa kabar buruk” ujarnya Jaka kepadaku, “kabar buruk, kabar buruk apa Jaka? Jangan buat aku khawatir” jawabku menanggapi pernyataan jaka.
Aku sudah mengira bahwa kedatangan sahabat-sahabatku akan memberiku sebuah kabar, bisa kabar baik dan bisa juga kabar buruk. Kabar tentang seseorang yang mempunyai niatan jahat dengan diriku, kabar yang datangnya dari orang-orang terdahulu yang menitipkan pesan-pesannya melalui sahabatku untuk disampaikan kepadaku.

“kami akan memberitahumu bahwa di tempat ini banyak penghuni yang jahat dan suka mengganggu kamu” ujarnya Dhimas kepadaku, aku sempat tak habis fikir ternyata di bangunan tua ini yang sekarang adalah sekolahku ada dari mereka yang suka menggangguku terlebih disaat aku sedang belajar. bukan hanya aku seorang saja yang sering di ganggu tapi juga ada diantara orang-orang lain seperti teman-teman dan guru-guruku yang sedang melaksanakan proses kegiatan belajar mengajarnya atau KBM di ganggu dengan berbagai cara yang tentunya diluar akal logika manusia.

“di tempat ini juga ada seorang perempuan yang suka dengan dirimu adi, tentunya kamu dengan dia berbeda alam” ujarnya Ririn kepadaku, aku sudah menduga bahwa perempuan yang suka denganku itu adalah Celly. “oohh iyah, aku sudah tau siapa dia” jawabku menanggapi pernyataan Ririn. Dengan lugasnya Dhimas berkata kepadaku “Jangan jadikan dia temanmu adi, dia jahat! Dia menginginkan dirimu” Jakapun menambahi pernyataannya kepadaku “Dirimu bukanlah yang pertama adi, dia hanya ingin memanfaatkanmu sebagai pelampiasan amarahnya” 

Betapa tertegunnya diriku mendengar semua pernyataan dari sahabat-sahabatku tentang sosok jahat yang hanya melampiaskan amarahnya melalui jiwa ragaku. Sekarang aku sudah mengetahui kejahatan sosok perempuan itu, ternyata dia hanya memanfaatkanku dengan alasan dia suka dengan diriku. Itu hanya tipu muslihatnya saja untuk bisa memeperdayaiku.

Disaat itu juga mereka sempat memberitahuku seluk beluk penghuni bangunan tua itu, siapa saja para penghuni bangunan tua itu? dan dari mana asal muasal mereka berada sehingga menjadikan bangunan tua itu yang tak lain halnya adalah sekolahku saat ini sebagai tempat persinggahannya.

“kami juga akan memberitahukanmu siapa-siapa saja yang menghuni tempat ini, yang saat ini adalah sekolahmu” ujarnya Dhimas kepadaku “ya, silahkan saja supaya aku lebih berhati-hati dan tidak tertipu daya oleh mereka-mereka” ujar diriku menimpali pernyataan dari Dhimas. Aku sudah bisa menebak jalan fikiran sahabat-sahabatku, mereka tak ingin diriku berinteraksi dengan makhluk-makhluk lainnya yang berada di bangunan tua itu. dan tak ingin langkahku terjatuh kedalam lubang yang dalam. 

“mau yang dimana dulu kalian akan memberitahuku tentang semua penghuni di sekolahku, yang di lantai 4? Lantai 3? Lantai 2? Atau lantai dasar?” Ujarku mengajukan pertanyaan kepada sahabat-sahabatku. Disaat itu Jaka berkata kepadaku “sssssttttt! Adi jangan terlalu keras bicaranya, nanti mereka curiga dengan kami. Disangkanya kami dengan kamu tidak bersahabat makanya mereka tak menghiraukan kami” Dhimas menambahi pernyataannya lagi “iya adi jangan terlalu keras bicaranya anggap saja kita tidak bersahabat untuk bisa mengelabui mereka, walaupun mereka sudah mengetahui kehadiran kami di tempat ini”
Sepertinya makhluk-makhluk penghuni sekolahku sudah mengetahui kehadiran dari sahabat-sahabatku, namun mereka tak menghiraukannya lantaran sahabat-sahabatku berpura-pura tak kenal dengan diriku untuk mengelabui mereka.

Diwaktu yang bersamaan sahabat-sahabatku mulai bercerita denganku semua tentang seluk beluk yang menghuni bangunan tua itu yang sekarang ini adalah sekolahku. “aku akan memberitahumu siapa saja yang menghuni tempat ini, dimulai dari lantai 4 disitu ada seorang wanita berambut setengah keriting dan ada seorang laki-laki berbadan tinggi membawa sepucuk senjata ditangannya seperti sejenis tombak mereka berdua iseng juga bahkan tak segan-segan mereka suka menampakan dirinya tapi hanya orang-orang tertentu saja yang dapat melihatnya dan  mereka berdua menghuni di tempat ini cukup lama tak jelas penyebab kematian mereka karena mereka bukan asli dari tempat ini mereka hanya singgah saja dan merasa bahwa tempat ini cocok untuk dijadikan tempat persinggahan bagi mereka” ujarnya Jaka kepadaku, aku menambahi pernyataannya.

“ohh iyah bener tuh jaka, waktu itu juga pas aku kelas satu kan masih pindah-pindah kelas karena kelasnya dipakai bergantian. Nah pas aku ke lantai 4 baru saja aku menapakan kakiku di lantai tersebut aku sudah dikejutkan dengan sorang wanita yang berada di sisi koridor depan kamar mandi, sepertinya sudah lanjut usia tapi belum terlalu tua banget dia berdiri dan melamun menghadap kebawah ke arah lapangan aku fikir itu orangtua murid tapi setelah aku menghampirinya dan bertanya kepadanya dia hanya terdiam membisu” Dhimas pun berkata kepadaku “Jangan kamu tanggapi wanita itu, dia juga bermaksud ingin memanfaatkanmu”  

Ririn menceritakan kepadaku tentang penghuni yang berada di lantai 3 dari bangunan tua itu. “sekarang giliran aku ya adi, aku akan kasih tau kamu bahwa di lantai 3 disitu ada seorang nenek-nenek yang meninggal akibat tabrak lari dan dia mati secara mengenaskan dengan wajahnya yang hancur dia memang sudah lama juga menghuni tempat ini, dia suka dengan anak laki-laki dari tempat itu seperti halnya teman-teman kamu adi”

“oohh pantas saja waktu pertama kali aku masuk di sekolah ini, aku lihat ada seorang nenek-nenek di lantai 3 dia melambaikan tangaannya kepadaku tapi anehnya setelah aku menghampirinya menuju lantai 3 tepat dia berada nenek-nenek itu menghilang, tiba-tiba saja nenek-nenek itu muncul lagi dan dia masuk ke kamar mandi laki-laki”

Dan sekarang saatnya Dhimas bercerita yang berada di lantai 2 dari bangunan tua itu, “Dhimas kamu mau kasih tau aku yang di lantai 2 kan? Yah walapun aku sudah mengetahuinya tapi buat jaga-jaga saja” ujarku kepada dhimas “ya adi, ini demi keselamatan dan kenyamanan belajar kamu juga di tempat ini” jawabnya Dhimas menanggapi pertanyaanku. “Di lantai 2 disitu ada seorang perempuan yang merupakan salah satu dari murid sekolahmu, perempuan itu mengakhiri hidupnya karena masalah percintaan dan keluarganya dia tidak suka dengan suasana yang ramai dia juga salah satu yang menyukai dirimu adi” (sambil tertawa kecil) “eehhhmm” aku mendehem dengan maksud menyindir Dhimas, Jaka dan Ririn pun ikut tertawa kecil menanggapi pernyataan itu 

“oh iya adi, hati-hati dengan perempuan itu ya dia suka melampiaskan kemarahannya dengan cara merasuki tubuh seseorang yang tulang rusuknya renggang seperti kamu” ujarnya dhimas kepadaku dan Ririn pun ikut menambahi pernyataan kepadaku “jangan mau kamu dijadikan bahan pelampiasan amarahnya dengan memberikan tubuhmu kepadanya”

disaat itu aku sempat berfikir ternyata dia suka dengan diriku hanya karena ada maksud tertentu saja. Mulai saat itu aku tak akan pernah lagi menanggapinya..

lalu bagaimana yang di lantai dasar? Siapa yang akan memberitahuku tentang penghuni yang berada di lantai dasar dari bangunan tua itu? aku sendiri yang akan memberitahu kalian tentang siapa saja yang menghuni di lantai dasar dari banguan tua itu yang tak lain adalah sekolahku saat ini. Kita merujuk pada chapter-chapter sebelumya bahwa aku sudah menyebutkan sebagian yang menghuni bangunan tua itu yang tepatnya berada di lantai dasar.

Sekarang aku hanya menambahkan dan mempertegaskan bahwa pohon keramat yang ada di sekolahku itu berada tepat di parkiran dekat dengan pos satpam.

CATATAN HARIANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang