"Farel, tante udah siapin makan malam. Turun yuk." ajak Ririn-- Bunda Alfin.
"Iya tante, sebentar." Farel membereskan berbagai komik yang ada diatas ranjangnya, kemudian bersiap-siap untuk makan malam bersama.
"Yaudah, tante tunggu dibawah ya." Farel menggangguk ramah. "Oh, iya. tolong kamu bangunin Alfin ya, dia susah banget dibanguninnya."
"Iya, nanti Farel bangunin Alfin. Tante kebawah dulu aja." Ririn tersenyum lalu keluar dari kamar Farel.
Farel keluar dari kamar dan langsung menghampiri kamar Alfin yang berada tepat disamping kamarnya.
"Fin, bangun Fin." Farel menggerak-gerakkan tubuh Alfin yang terlihat sangat nyenyak. Alfin hanya bergumam menanggapi perlakuan sepupunya.
"Buruan makan malam. Bangun jangan tidur melulu lo!" Farel kemudian menguatkan guncangan di tubuh Alfin, membuat Alfin tidak nyaman.
"Diem napa! ganggu lo ah!" balas Alfin sengit, matanya khas seperti orang bangun tidur.
"Hibernasi apa lu? tidurnya lama amat." ejek Farel, "Udah buruan bangun ah! kalo ga turun sekarang juga, makanan lo gua pastikan abis sama gua!" Farel terkekeh dan langsung berjalan kearah pintu kamar Alfin.
"Ga mau!" Alfin melempar bantal kearah Farel, "Gua juga laper Rel. Jangan dimakan dong makanan gua." Ucap Alfin memelas.
"Bodo." Farel langsung keluar, menuju kearah bawah.
"Nah, bangun juga kamu Alfin." Ucap Ririn, begitu Farel dan Alfin sudah bergabung bersamanya di meja makan.
"Ya, kan, Alfin laper Bun." Alfin langsung menyendokkan nasi ke mulutnya.
"Kerjaan kamu tuh tidur, makan, main games. Itu terus diulang-ulang." Alfin nyengir malu, lalu ia melanjutkan makannya dengan lahap.
"Ayamnya nambah ya Rel? tante ambilin." Ririn langsung menyendokkan ayam untuk Farel.
"Udah tante, ga usah nambah. Ini juga cukup kok."
"Kok Farel doang sih yang diambilin? Alfin juga mau dong Bun."
"Ambil sendiri. Manja banget!" Ucap Ririn.
"Farel juga manja dong kalo gitu. Kan dia juga diambilin sama Bunda."
"Kalo Farel kan Bunda yang ambilin. Kalo kamu minta sendiri. Udah ga usah banyak ngomong, abisin itu makanannya." Alfin mendengus kesal mendengar penjelasan Bundanya. Ia merasa tidak diperhatikan lagi oleh Bundanya semenjak Farel tinggal dirumah ini. Dasar anak tunggal.
Setelah mereka selesai makan malam, Alfin merengek minta diambilkan susu kepada Bundanya. Namun Ririn terlihat sibuk dengan ponsel ditangannya. Ririn sedang asik membalas chat dari teman-temannya via whatsapp.
"Ambil sendiri kenapa dah? Manja amat jadi cowok!" Farel bergidik jijik melihat tingkah sepupunya yang manja.
"Kalo di dalem rumah biarin aja gua manja kayak gini. Kita ga bisa dapetin kasih sayang seperti ini dimana pun!" ucap Alfin. Farel merasa kalau Alfin ada benarnya. Kasih sayang dari orang tua pasti hanya bisa didapat disini. Di Rumah. Tapi ia merasa bukan anak yang seberuntung Alfin, mendapatkan kasih sayang dari orang tua secara rutin. Alfin adalah Alfin dan Farel? ya tetap menjadi anak yang tinggal bersama orang lain. itu sudah takdir. Farel sadar itu.
Alfin yang melihat perubahan dari raut wajah Farel pun merasa tidak enak hati, ia merasa ucapannya tadi telah menyakiti perasaannya, "Sori, gua ga maksud Rel."
Farel mengangguk, ia mencoba menutupi segala kemungkinan yang ada dipikiran Alfin, "Santai." jawabnya kemudian.
"Alfin, cara nyimpen nomor teman Bunda gimana?" tanya Ririn kebingungan, ia langsung menyodorkan ponselnya pada Alfin.
YOU ARE READING
Derel (Dera Farel)
Teen Fiction"Jujur, sebenernya gue suka sama lo." Aku Farel. "Tapi gue suka Reon." Jawab Dera sedikit ragu. "Iya, gua tau itu." "Iya." "Yaudah." "Yaudah?" "Gua ga tau harus ngapain. Ga mungkin, gua paksa lo biar suka sama gua. Gua gila?" jelas Farel. "Enggak." ...