2

75 4 0
                                    

              Beberapa saat kemudian akupun terbagun. Ada yang aneh, tubuhku tidak terluka sama sekali. Dan si jagur (mobil tuaku) masih utuh, tidak ada lecet sedikitpun. Padahal sangat jelas bahwa tadi tabrakan sangat keras sekali. Bahkan aku mengira bahwa aku sudah meninggal. Malah kenyataan yang terjadi, aku menemukan diriku tertidur didalam mobil yang terparkir di pinggir jalan.

             Kuputuskan untuk keluar dari mobil, memastikan apa yang sebenarnya telah terjadi. Dan sekarang masih malam, namun sudah tidak hujan, jalanan tampak kering tidak basah sedikitpun.

             Eh tunggu dulu sepertinya ada yang janggal. Saat kuperhatikan jalanan nampak lebih kecil, dan hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang. Toko-toko dan gedung yang ada di pinggir jalan telah hilang. Hanya ada sawah, pepohonan dan beberapa kios kecil di pinggirnya. Aku sangat merasa heran, kucoba menampar pipiku keras sekali untuk memastikan bahwa ini bukanlah mimpi, "Aww, ternyata sakit sekali". Astaga, berada dimana aku, kenapa sangat asing sekali.

               Untuk memastikan lagi, kuputuskan untuk bertanya kepada orang-orang yang berada di kios. Itu adalah sebuah kedai nasi goreng. Tanpa basa-basi aku langsung bertanya

"Mang punten, kalo ini daerah mana ya?",

"Ini?"

"Iyaa"

"Ini daerah Soekarno Hatta, Bandung"

"Lah, emang ini tahun berapa mang?"

"1987, kenapa kamu sepertinya sedang mabuk"

"Walikota Bandung sekarang Ridwan Kamil kan?"

"Ah ngaco kamu, siapa itu Ridwan Kamil. Walikota Bandung yang sekarang itu Pak Ateng Wahyudi"

               Siapa itu Ateng? Aku seperti orang yang tidak waras. Tapi ini memang benar-benar nyata. Dan sangat nyata. Kedua pemuda berpakaian aneh yang sedang menyantap nasi goreng nampak mentertawakanku. Dengan celana baggy yang besar di bagian paha, dengan kaos yang dimasukkan kedalam celana, dan rambut gondrong yang gomplok. Aku bisa memastikan bahwa itu benar-benar mode berpakaian yang hits di tahun 80an. Kulihat TV hitam putih yang berada di kedai itu, dan hanya ada satu saluran yaitu TVRI. Menampilkan sebuah acara musik dengan judul Anekaria Safari. Dari sanalah akupun tersadar, bahwa aku telah berada di suatu waktu di masa lalu.

               Lantas dimanakah kedua orang tuaku, keluargaku, sahabatku, tetanggaku, Pak Arif, juga kucing peliharaanku? Daripada bingung, kuputuskan untuk memesan sepiring nasi goreng. Lagipula perutku sudah keroncongan. Saat hendak membayar, si emang tukang nasi goreng bilang bahwa uang milikku sangat aneh (ya karena uang yang kugunakan berasal dari tahun 2017). Daripada membuatnya bingung, akupun minta diri untuk membantunya berjualan sebagai ganti sepiring nasi goreng tadi. Dan si Emang (penjual nasi goreng itu kusebut saja Emang) pun menyetujuinya.

               Jam menunjukkan pukul 00.30. Nasi goreng si Emang sudah habis laris manis. Aku membantu si Emang untuk membereskan kedainya. Setelah selesai, aku minta diri untuk pamit.

                Kupacu si Jagur, menuju kediaman orang tua ku yang berada di daerah Baros Cimahi. Perjalanan tengah malam dari Bandung menuju daerah Cimahi di tahun 1987 nampak sunyi sekali, berbeda sekali dengan tahun 2017. Aku berputar-berputar di daerah Cimahi, karena jalanannya nampak sangat asing bagiku. Hanya kantor-kantor tentara yang menjadi patokkan ku untuk sampai di rumah.

                Hingga aku sampai di sebuah jalan, berhenti di sebuah rumah. Dan yakin bahwa itu adalah rumah keluargaku. Nampak lebih bagus dan terawat, dibandingkan tahun 2017. Ya, memang rumah tempat keluargaku tinggal adalah rumah warisan peninggalan almarhum kakek ku. Aku langsung mengetuk pintu rumah itu

"Assalamualaikum, Punteeen"

Nampak seseorang dari dalam rumah berjalan mendekati pintu, dan menjawab

"Waalaikumsalam, mangga"

Pintu rumah pun terbuka, kemudian aku melihat sesosok pria paruh baya dengan kumis baplang

"Ada apa de, kok malam-malam begini?"

               Akupun terbelalak kaget, "Ha...ha..han hantuuuu". Itu adalah almarhum kakekku yang meninggal di tahun 2010. Sekarang dia berbicara denganku. Aku bergegas pergi meninggalkan rumah itu, tapi laki-laki itu mengejarku dan menepuk bahuku.

"Kenapa de, istigfar atuh"

"Enggak kenapa-kenapa pak" jawabku dengan nada yang ngeri

"Terus tadi kenapa lari atuh?"

"Ta..ta..tadi saya lihat hantu pak?"

"Hantu mana, disinimah tidak ada hantu. Kamu pasti temen kuliahnya Asep, ayoh silahkan masuk. Tapi Asepnya sudah tidur"

Perlu diketahui, bahwa Asep itu adalah nama ayahku.

               Akupun masuk kedalam rumah dan segera menenangkan diri. Aku harus menerima kenyataan bahwa sekarang aku berada di tahun 1987, dimana kakek ku masih hidup dan ayahku masih berusia tak kurang 20 tahunan. Kakek menyuruhku untuk segera beristirahat dan tidur di kamar tamu. Aku segera berbaring di kasur, dan menutup pintu kamar. Yang jadi pertanyaan dalam benakku, bagaimana cara menjelaskan kepada Ayah dan Kakek bahwa sebenarnya aku adalah anak dan cucunya yang datang dari masa depan. Tak kurang dari dua jam aku berfikir, hingga akhirnya menemukan ide yang cemerlang untuk menjelaskan kepada mereka.


Bagaimana reaksi si Pandu melihat ayahnya saat masih muda, kita nantikan bersama-sama di chapter selanjutnya :)


Mohon saran dan pendapatnya. Tolong bantu share juga

THE SOLDIERSWhere stories live. Discover now