Angle

2.6K 338 173
                                    

"Aduh, maaf ya, Ho. Aku lupa hari ini udah ada janji..."

"Jarang-jarang nih, Woojin mau jemput aku. Kapan-kapan aja ya, Ho?"

"Oh my god, Seonho! Finally he got some free time and I need to see him—"

Dibalas dalam satu tarikan napas.

"Begitu aja terus sampai Tukang Bubur Naik Elang ada filmnya!"

.

.

-.-.-

Movie buddy:

When he doesn't see you as a date. Just someone to see movies with.

-.-.-

.

.

.

Yoo Seonho menarik napas lega. Beruntungnya dia, antrian tiket untuk pemutaran jam lima sore itu tidak sepanjang hari-hari sebelumnya. Maklum, sudah dua minggu berlalu sejak premiere. Hype-nya sudah turun, mungkin.

Senang karena tidak harus lama-lama berdiri, Seonho menyempatkan diri untuk mengecek ponselnya. Sejak tadi ia sengaja menunggu agar suasana hatinya membaik sebelum merespon pesan-pesan yang menumpuk di messenger. Ini selalu ia lakukan setiap kali marah, menurutnya lebih baik daripada ia menyesali kata-kata yang keluar saat ia sedang emosi.

Twenty missed calls. Wow.

Baru saja ia hendak melihat dari siapa saja panggilan tak terjawab itu, tiba-tiba satu panggilan baru masuk. Dari nomor yang tidak diketahui.

"Halo, siapa in—"

"OH MY GOD! I'M SO SORRY—"

Sepertinya Seonho tidak usah repot bertanya.

"Astaga nggak usah teriak-teriak—"

"Aku telepon puluhan kali, nggak satupun kamu jawab. Gimana nggak panik?!"

Seonho terkekeh, "iya, iya, maaf!"

"Kenapa jadi kamu yang minta maaf?" tanya suara di seberang sana, "bukannya tadi kamu yang ngambek sama aku?"

Pada akhirnya, memang Seonho tidak pernah bisa marah pada teman-temannya.

"Tadi, sekarang sudah nggak," pemuda manis itu tersenyum, "eh, memang ini nomor siapa?"

"...his number."

"Astaga."

Beberapa orang di depan Seonho sudah selesai membeli tiket selana ia dan temannya bercakap-cakap.

"...kukira kamu sengaja menghindari telepon dariku, jadi kupinjam saja punya dia. Lagipula kan gara-gara dia pulang hari ini juga, aku nggak jadi menemanimu nonton film!"

"Ya ampun Samuel," Seonho tertawa, "bagaimana dia sekarang?"

"His hair got longer. Ya, bukannya aku nggak suka sih..." suara Samuel terdengar ragu-ragu, "oh iya, sudah kusampaikan salam kalian untuknya."

"Salam yang mana? Salam tonjok telak di muka karena membuat Kim Samuel galau sampai nilai bahasa inggrisnya turun?"

"Jangan keras-keras! He's listening!"

"Memang sekarang kamu di mana, Sam?"

"Dipangku—"

"Oke, oke, nggak mau dengar. Aku sudah di depan loket. Lanjutkan ceritanya nanti, ya!"

Movie Buddy | GuanhoWhere stories live. Discover now