"Lippie, maaf ya, aku pulang duluan. Aku harus periksa mataku ke dokter. Sampai bertemu besok~"
Gadis itu baru saja membaca chat yang masuk ke ponselnya. Ia mendecakkan lidahnya perlahan karena senior kesayangannya, Jinsoul meninggalkannya sendirian di sekolah. Sementara ia masih harus berurusan dengan pelajaran tambahan yang tiba-tiba ia dapatkan dari gurunya.
"Lippie, cepat keluarkan bukumu. Gurunya akan datang." ucap salah satu teman sekelasnya. Sementara yang dipanggil malah sibuk bermalas-malasan di tempatnya.
"Ah, aku lapar. Aku ingin pulang~" rengek gadis bernama Jungeun itu di sambil mengeluarkan buku tebalnya dengan gerakan perlahan.
"Oh, iya, Lippie, sudah tahu belum? Nanti malam ada gerhana bulan lho!" temannya yang lain menepuk pundak Kim Lip dengan antusias.
"Ah, serius? Kalau gitu, aku harus sampai rumah sebelum larut malam. Aku takut nanti ada hantu yang mengikutiku," ia bergidik dan mengusap tengkuknya yang mulai terasa dingin.
"Bodoh, mana ada yang kayak gitu!" temannya memukul pelan lengan Jungeun dan mereka tertawa bersama.
Kim Jungeun atau biasa dipanggil Kim Lip, memang memiliki muka yang terlihat cuek dan terkesan angkuh, tapi sebenarnya ia sangat takut pada tempat gelap dan percaya akan kehadiran makhluk halus seperti hantu. Menurutnya, hantu itu nyata dan hidup berdampingan dengan manusia.
Karena hal itu, ia selalu mengajak Jinsoul atau paling tidak salah satu temannya untuk pulang bersama. Namun, sialnya hari ini ia ditinggal oleh unnie-nya karena ia harus memeriksa matanya yang bermasalah. Mengingat tadi pagi ia melihat Jinsoul memakai eyepatch yang menutupi mata kirinya saat mereka menuju sekolah.
Yang lebih sialnya lagi, ia sekarang masih berada di ruang kelasnya, walaupun langit di luar sana sudah berganti warna menjadi oranye. Dan biasanya jika guru matematikanya sudah mengajar, guru tersebut tidak akan membiarkan seorang pun muridnya untuk pulang jika satu dari mereka tidak mengerti pelajarannya.
Terutama untuk Kim Lip.
Nah, baru saja dibahas, wanita yang lebih tua itu mulai mengedarkan pandangannya. Saat ia berusaha menghindari tatapan mata gurunya, beliau sudah membuka mulutnya dan berkata,
"Kim Jungeun, bisa kau kerjakan soal di depan papan tulis ini?"
Yah, sepertinya aku akan pulang telat hari ini.
🌘🌑🌒
Langit sudah gelap saat ia keluar dari sekolahnya. Ia segera berlari menuju gerbang sekolah karena langit juga memberi tanda bahwa sebentar lagi akan turun hujan.
Dapat dipastikan ia akan pulang dalam keadaan basah kuyup jika ia tidak segera mencari tempat untuk berteduh.
Ia berlari menuju teras toko yang ada di dekat sekolah sambil menutupi kepalanya dengan tas agar tidak basah oleh hujan. Untungnya, saat hujannya mulai deras, Kim Lip sudah berada di depan toko itu.
Hari ini benar-benar hari sialnya. Di kelas tadi, ia sempat gagal menjawab pertanyaan dari gurunya dan belum ada beberapa menit, ia sudah kena omel karena ia tidak bisa fokus saat perutnya sedang kosong. Belum lagi, ada teman sekelasnya yang ketahuan tidur di kelas saat guru itu menerangkan pelajaran.
Pantas saja jika akhirnya mereka semua kena omel guru, dan baru bisa keluar kelas jam 9 malam.
Dan sekarang ia harus menunggu hujan yang kelihatannya tidak akan mereda sampai beberapa jam.
Ia memandang langit dan berharap hujan akan terus mereda dan pulang ke rumah secepatnya. Badan dan pikirannya lelah. Ia bahkan tidak ingat tentang gerhana bulan yang temannya katakan tadi.
Sial. Sekarang ia malah mengingatnya.
Bulu kuduknya meremang saat merasakan angin yang menyentuh badannya yang hanya memakai seragam sekolah. Ia memeluk dan mengusap tubuhnya sambil bergumam pelan.
"Tenang, itu angin karena hujan kok. Bukan 'hal lainnya.'"
Kalau dipikir-pikir, memang konyol jika takut akan gerhana bulan karena masih mempercayai mitos bahwa gerhana dapat menyebarkan virus ke bumi.
Lagipula virus apa yang akan tersebar?
Ia terus menenangkan dirinya, mempercayai bahwa semua akan baik-baik saja.Pikiran anehnya itu harus ia alihkan.
Untungnya, ada hal yang ternyata menarik perhatiannya. Sebuah gang kecil yang mengeluarkan asap berwarna kemerahan. Ia berjalan menuju gang itu dan mulai menelusurinya. Sesekali ia mengusap mata kirinya yang sedikit gatal.
Mungkin karena efek asap yang ada di sekitar.
Semakin lama ia menelusuri gang itu, semakin ia merasa tertarik.
Di bandingkan dengan tampilan depannya yang terlihat tidak terurus, ia mendapati dirinya sendiri mengagumi lampu neon berwarna merah yang terpasang di beberapa bilik toko yang tertutup.
Dan entah atas dorongan apa, ia melepas tasnya, menaruhnya di jalan dan menari sambil menelusuri gang itu seakan tempat tersebut sebuah panggung bagi Kim Lip.
Ya, setidaknya hal ini dapat membuatnya lupa pada beberapa kesialan yang dialami dan ketakutan konyol tanpa dasar yang ia rasakan sebelumnya.
Entah Kim Lip sadar ataupun tidak, sinar merah berbentuk bulan sabit perlahan terpancar dari mata kirinya.
🌘🌑🌒
Chapter 1 END~!
I dunno why i found this chapter kerasa susah banget ditulisnya dibanding chapter selanjutnya.
Sebenernya ku mau nulis setengah chapter untuk Lippie, setengahnya lagi untuk 'member selanjutnya'. Tapi entah kenapa feelnya jadi beda jauh gitu ya. eheu :")
Btw, hari ini aku double update. Kaget juga bisa double update :"D
Feel free to comment, vote and stan LOONA juseyONG~
See you on the next chapter~
YOU ARE READING
LOONA / Odd Eye Circle - Uncover
FanfictionKim Lip, Jinsoul, dan Choerry terjebak dalam sebuah dunia aneh setelah mereka mendapati ada yang salah dengan mata mereka. LOONA / Odd Eye Circle Fanfiction Based on Sweet Crazy Love M/V