Baru saja aku ingin keluar ingin sarapan. Ketika memegang gagang pintu, tiba-tiba saja mendengarkan suara Iqbaal dari kamarku "Wanda, tolong berikan semua yang ia inginkan, pastika ia makan, meminum susunya, dan jangan biarkan ia beraktifitas terlalu over. Michael, tolong jaga Salsha, jangan biarkan dia pergi kemana pun seorang diri, kawal ia kemana pun ia pergi" perintah Iqbaal kepada mereka berdua. "Paham Tuan" jawab kedua orang itu secara bersamaan "Saya pamit dulu, saya harus ke kantor. Lakukan tugas kalian dengan baik ya. Oh iya, jika Salsha mencari saya, katakan saya sudah berangkat karena saya harus meeting" pamit Iqbaal dan sepertinya ia langsung pergi. "Iya pak" jawab semua pegawai di rumahku.
"Kenapa tiba-tiba saja Tuan Iqbaal meminta kau untuk mengawal Nyonya? Biasanya juga Nyonya di biarkan saja pergi seorang diri, mungkin hanya Marcus yang di perintahkan untuk mengantarkannya" tanya seorang dari asisten rumah tangga itu, yang suaranya tak asing bagiku, itu suara Wanda. "Tak tahu, mungkin Tuan takut Nyonya kabur lagi seperti dua hari yang lalu" jawab asisten lainnya, yang dapat di pastikan itu Michael. "Kabur? Kabur gimana?" tanya Amanda semakin ingin tahu. "Berita yang aku dapat dari Marcus, katanya Nyonya mendapati Tuan sedang selingkuh dengan wanita lain, lalu Nyonya meminta Marcus untuk mengantarkannya ke rumah Ibunya, dan Tuan yang dapat laporan dari Marcus langsung pergi menjemput Nyonya kerumah mertuanya, itu sebabnya mereka baru pulang kemarin sore karena mereka langsung pergi rumah sakit untuk check-up kesehatan bayi Nyonya" aku dapat mendengar penjelasn Michael dengan jelas. Dan itu semua benar, benar adanya.
Sakit.
Sangat sakit.
Disaat rumah tanggamu berada di ujung tanduk dan orang lain mengtahuinya. Dan lebih parahnya lagi, rumah tanggamu yang terlihat baik-baik saja menjadi buah bibir orang lain karena mereka tahu keretakkan di rumah tanggamu. Itu sangat menyakitkan. Entah kenapa rasanya lututku rasanya sangat lemas. Aku perlahan duduk dan hanya bersandar di pintu kamarku
"Apa Tuan Iqbaal selingkuh? Aku kira hubungan mereka baik-baik saja, ternyata" ujar Wanda 'Ya begitulah, aku tak tahu apa kurangnya Nyonya Salsha sapai Tuan tega selingkuh, lagi pula jika aku memiliki istri seperti Nyonya Salsha, aku takkan selingkuh, sudahlah cantik, baik, sopan, ya intinya idaman" jawab Michael. "Mana ada wanita seperti Nyonya Salsha yang mau sama orang kaya kamu? Pastinya nyari orang kaya Tuan Iqbaal, udah ganteng, baik, sopan, kaya lagi, tapi yaitu---jeleknya, Tuan selingkuh" balas Wanda dengan nada penuh kekecewaan."Sudah selesai gosipnya Tuan dan Nyonya sekalian? Ini masih pagi dan kalian sudah bergosip? Itu sangat tidak baik, apalagi kalian menggosipkan orang yang telah memberikan kalian pekerjaan. Kembalilah berkerja!!" oceh seorang wanita yang suaranya tak asing, itu seperti suara Bu Merry, asisten tertua di rumah ini. "Maaf Bu" jawab kedua orang itu. "Wanda, pergi ke atas dan bangunkan Nyonya, jam sarapannya sudah lewat. Cepat!!" perintah Merry. Dengan cepat aku bangun dan langsung keluar dari kamarku. Aku dapat melihat mereka semua ketika aku keluar dari kamarku.
"Wanda, tolong siapkan sarapan dan antarkan kekamarku!" perintahku kepada Wanda dengan tegas. "Michael tolong panggilkan Marcus kemarin. Cepat!" perintahku pada Michael. Sementara itu tinggallah Bu Merry seorang diri "Selamat pagi Bu Merry" sapaku padanya dengan penuh senyuman. "Pagi Nyonya" jawabnya dengan senyuman hangat itu.
"Terima kasih sudah menghentikan obrolan mereka berdua, jika tidak mungkin telingaku ingin akan sangat panas" jujurku padanya dengan senyuman tipis. "Iya Nyonya, saya akan selalu menjaga nama baik Nyonya" jawabnya dengan senyuman yang sangat hangat. "Saya kembali kekamar dahulu Bu, dan Bu Merry jangan lupa sarapan juga ya" ingatku padanya lalu aku kembali kekamar.
Aku duduk di atas kasurku sambil menonton acara kartun pagi dengan pikiran yang begitu bertumpuk. Entah mengapa aku tak bisa tertawa meskipun kartun yang tayang di televisi itu sangatlah lucu. Apa karena pembicaraan kedua asisten rumah tangga tadi pagi? Tapi itu ada benarnya juga, mengapa tiba-tiba saja Iqbaal meminta Michael untuk mengawalku pergi? Apa ia takut aku pergi kabur lagi? Atau ia takut aku mengikutinya lagi seperti dua hari yang lalu?
Tok tok tok
Tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamarku. "Masuk" teriakku dari dalam kamarku. Pintu kamarku terbuka dan terlihat dengan jelas tiga orang manusia berdiri di depan kamarku. Mereka masuk kedalam kamarku dengan rapi membuat sebuah barisan dan itu membuatku tersenyum geli. Mereka terlihat seperti tiga ekor semut yang saling tuntun menuntun. "Letakkan disana saja Wanda" perintahku pada Wanda seraya menunjuk meja kecil di dekat balkon kamarku. Wanda pun berjalan dan melekkan sarapanku dengan perlahan di atas meja yang aku tunjuk tadi.
"Mungkin semua orang melihatku sebagai wanita yang baik, sopan, dan sabar" ujarku dengan perlahan sambil menonton kartun yang tayang di televisi di depanku. "Namun itu semua tidak berlaku ketika aku tahu seseorang sedang membicarakan rumah tanggaku, dan disaat itu juga aku dapat berubah bagaikan iblis bertanduk besar" lanjut lagi lalu aku mematikan televisi itu dengan remote di tanganku.Aku melihat kearah mereka bertiga dan menatap mereka satu persatu. "Untuk kalian bertiga, aku tahu kalian mengtahui permasalah di dalam rumah tanggaku, aku hanya meminta kalian untuk tidak menyebarkan berita ini lebih luas lagi keluar sana, aku harap ini merupakan peringatan pertama dan terakhirku" jelasku pada mereka bertiga yang terlihat menunduk. "Iya Nyonya, maafkan kami" jawab mereka. "Marcus, siapkan mobil, saya akan keluar jam 9 nanti" perintahku pada Marcus. "Baik Nyonya" jawab Marcus. "Kurasa cukup, keluarlah dari kamarku" perintahku pada mereka. Dan kembali mereka keluar dari kamarku layaknya tiga ekor semut, dan itu membuatku tersenyum geli.
Aku beranjak dari kasurku dan menuju meja kecil dekat balkon untuk sarapan. Aku meminum susuku dengan perlahan. Aku meraih ponselku. Aku melihat ponselku dan terdapat pesan singkat dari WhatsApp, aku membuka pesan itu dan bertuliskan, 'Pagi jalang, lihat siapa yang ada di depanku kini, seseorang yang berhutang makan malam malah dirumahku karena harus mengantarkan kau ke rumah sakit. Aku datang ke kantornya untuk memberikannya sarapan. Ia memakannya dengan sangat lahap. Apa kau tidak memberikannya makan?' dan disana ada sebuah foto—Iqbaal. Dengan penuh amarah aku melemparkan semuanya begitu saja. Suara pecahan piring dan gelas kaca pun terdengar dengan keras. Roti yang belum aku sentuh sedikit pun terbuang begitu saja. Susu yang baru saja aku minum sedikit berceceran dimana-mana. Jam 08.09 aku mendapatkan pesan itu, kurang lebih 15 menit lalu. Aku mencoba untuk menenangkan diriku, mungkin dengan berendam di air hangat aku akan sedikit tenang.
Aku berjalan menuju kamar mandi di kamarku dan menyiapkan air hangat. Aku melepaskan pakaianku satu-satu persatu, aku berendam di dalam air hangat ini. Awalnya pikiranku sedikit tenang, tapi entah mengapa aku kembali memikirkan isi pesan sialan itu. Bergegas aku mandi dan langsung mengenakan pakaianku. Bergegas aku keluar dari kamarku, "MARCUS!!" teriakku dengan keras. "MARCUS!!" teriakku lagi. Tak menunggu lama, Marcus datang dari luar, "Iya Nyonya" jawabny dengan cepat, "Siapkan mobil, saya akan berangkat lima manit lagi" perintahku padanya. "Baik Nyonya" jawab Marcus dan langsung berlalu pergi keluar.
Aku kembali kemarku untuk mengambil tas dan ponselku. Aku melihat susu, roti dan pecahan kaca berceceran dimana-mana. Aku tak peduli dengan semua itu, aku meninggalkan hal itu begitu saja. Aku langsung saja keluar dari kamarku, dan berjalan menuruni anak tangga dengan cepat. Mobilku yang masih menyala sudah siap jalan, langsung saja aku masuk kedalam mobilku dan mengendarinya dengan cepat. Aku dapat melihat Marcus dan Michael yang mencoba mengejarku di belakang melalui kaca spion, namun aku tak mengubrisnya. Aku bergegas menuju kantor Iqbaal dengan penuh emosi.

KAMU SEDANG MEMBACA
SURVIVE
General Fiction"Hidup ini tidak adil! Jadi biasakanlah dirimu!!" -Patrick Star (Spongebob Squarepants) TIDAK! HIDUP INI SANGAT ADIL! Apa yang kau tabur, itulah yang engkau tuai di kemudian hari. Tapi, aku tidak melakukan kesalahan apapun? Mengapa aku harus mengala...