Sabtu

14 0 0
                                    

"Kita udah 4 tahun berteman dan kamu baru sadar kalau kita se-TK?"

Ya sebuah tamparan buat mereka berdua bahwa mereka belum pernah lagi bernostalgia dengan diri mereka sendiri karena terlalu sibuk membangun masa depan yang mereka inginkan masing-masing.

Ya kalimat itu membawa mereka ke dalam sebuah bahasan yang sangat membuat mereka bahagia.

"Kita pertama kali kenalan kapan ya?"

Ah, kalimat itu.
Membuat sabtu malam mereka lewat begitu saja hingga dini hari.

Sejak senja di cafe tempat mereka biasanya makan, mereka membahas jawaban dari kalimat yang sangat menghanyutkan itu.

Mereka kenal sejak SMA. Tetapi mereka mulai berteman, bahkan bersahabat sejak masuk dunia perkuliahan. Mereka tidak sadar mereka tertarik satu sama lain. Mereka tidak memilih untuk bersama, tetapi hati mereka yang terkoneksi dan mereka bersama.

Mereka bersama.

Sejak 4 tahun yang lalu.

Sejak lelaki itu tersenyum ke gadis itu.

Sejak gadis itu mengikuti langkah lelaki itu ke pintu gerbang kampus mereka.

Sejak mereka makan di cafe tempat mereka sekarang.

Sejak mereka selalu bersama 24/7.

Sejak mereka selalu memberi kabar setiap hari.

Sejak mereka bersenang-senang dan bersedih bersama.

Sejak mereka mendapat konflik tetapi akhirnya berdamai lagi.

Sejak mereka merayakan ulang tahun mereka bersama-sama.

Sejak mereka berpelukan karena harus berpisah dan saat bertemu kembali.

Sejak mereka......
Saling menyayangi.

Hening.

Mereka tidak tahu lagi harus berkata apa karena segala hal yang mereka lakukan selama 4 tahun ini membawa mereka ke dalam sebuah kata yang membawa hal itu ke kata yang lain

Cinta; Memiliki.

Gadis dan lelaki itu kehabisan kata. Pukul 3 dini hari dan sabtu sudah berganti menjadi minggu.

"Kita...", lelaki itu memecah keheningan mereka berdua, lalu melanjutkan "Emang harus ya?".

Gadis itu hanya menatap wajah lelaki itu.

"Status? Bukankah kamu nyaman dengan apa yang kita alami beberapa tahun ini?", lanjut lelaki itu.

"Nyaman. But.. Are more than friends?", gadis itu mulai memberanikan diri.

"You're special. And i think myself told me that you're more than my friend. Tapi kalau soal status, aku takut bakalan beda.", suara lelaki itu benar-benar gelisah.

"Benar juga sih. Kayaknya kita hanya cocok untuk berteman?" Ya, gadis ini merelakan perasaannya.

"Ya...and nothing serious?"

Gadis itu hanya tertegun.

"Kita bareng-bareng terus kan?"

Gadis itu tersenyum dan menitikkan air mata.

Pertanyaan itu adalah pertanyaan terakhir yang keluar dari lelaki itu sebelum mereka pulang ke rumah mereka masing-masing setelah matahari terbit di hari minggu.

Coba TebakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang