Taruhan

9K 54 3
                                    

Aku membanting pintu kamar mandi saat mengingat kekalahanku dari Danu, si kapten futsal putra. Selama ini aku tidak tahu kalo dia sangat jago main basket apalagi untuk tembakan three points. Kalo tahu begitu aku pasti tidak mengiyakan taruhannya.

Aku menyalakan shower dan mulai membersihkan diri. Untung saja sekolah ini memiliki fasilitas kamar mandi. Sehingga aku tak perlu pulang dengan bau keringat.

Setelah membilas, aku mengeringkan tubuhku dengan handuk yang ku bawa. Aku mengambil pakaian dalam baru yang selalu kubawa jika sedang latihan dan seragam yang kugunakan sehari-hari.

Jantungku berhenti berdetak saat aku tidak menemukan celana dalam di dalam tasku. Sial! Pasti ada yang ngerjain!

Aku melirik pakaian dalam yang kugunakan saat latihan tadi. Astaga, sudah basah akibat terkena air mandiku. Aku tidak mungkin menggunakannya lagi.

Dengan terpaksa, aku mengambil rok span abu-abuku. Rasanya aneh tidak memakai apa-apa di balik rok sekolahku. Apalagi rok ini hanya setengah paha. Aku pun segera memakai bra dan seragam putih ketatku. Ya, aku seragamku semua pas badan dan sedikit ketat sehingga memperlihatkan lekuk badanku yang bagus.

Aku pun membereskan pakaian kotorku dan berjalan meninggalkan ruang ganti.

***

Keadaan sekolah sudah sepi. Syukurlah. Setidaknya dengan keadaan ini tidak banyak yang memperhatikan keadaan rokku.

"Siska!"

Tiba-tiba jantungku berdegub cepat. Suara Danu! Astaga bagaimana ini?

Aku mempercepat langkahku ke gerbang sekolah. Hingga sebuah tangan memegang pergelangan tanganku.

"Lo mau ke mana? Nggak ingat sama taruhan kita?" ujar Danu sambil menaikkan alisnya.

Ah, sial! Taruhan itu!

***

"Gila! Body loh oke banget. Yuk ikut gue!" seorang lelaki yang berprawakan melambai langsung menarikku menuju ruang yang penuh pakaian-pakaian.

Aku menatap keadaan sekitar yang hanya berisi aku dan lelaki gemulai itu. Lelaki itu tampak sibuk mencocokan beberapa pakaian yang mungkin aku akan gunakan.

"Akhirnya setelah penantian panjang si Danu bawa pasangan pemotretan juga. Lu nggak tahu, kan, kalo tuh anak nggak mau dicariin pasangan. Sampai-sampai Beb G pusing dibuatnya... But, gue senang akhirnya dia bawa pasangannya sendiri, mana hot kayak elu lagi," ujar lelaki kemayu itu. Aku hanya bisa tersenyum kecil menanggapinya.

"Nih, elu pakai segera. Setelah itu gue dandanin."

Aku mengambil pakaian tersebut dan masuk ke ruang ganti. Aku mengamati pakaian yang lelaki itu berikan padaku. Shit! Aku nggak bisa bayangkan sebagaimana jalangnya aku nanti.

Aku lalu menanggalkan semua pakaianku dan mulai pakaian ini. Aku mematut diriku di cermin full body di hadapanku. Semuanya terbuat dari bahan kulit pilihan karena sangat nyaman saat kugunankan. Aku merapatkan jaket kulit yang kugunakan untuk menutup strapless bra yang mampu menutup setengah payudaraku. Sedangkan rok kulit merah yang lebih pendek dari rok  sekolahku kubiarkan saja. Padahal aku tidak menggunakan celana dalam. Uh sial.

Aku tersenyum kecil saat lelaki itu menatapku terpesona. Kubiarkan jemarinya memoles wajahku menjadi lebih dewasa dari biasanya. Dalam puluhan menit, aku sudah siap untuk pemotretan.

Suasana studio hanya ada seorang fotografer dan Danu yang sudah siap di posisinya. Danu ternyata menggunakan baju berbahan serupa denganku. Hanya saja jaket yang dia gunakan tak dikancing sehingga menonjolkan perut berototnya. Ohmy, badan atlet memang oke.

Danu memberikan tatapan mesumnya saat aku mendekat padanya. Aku tau pasti dia sudah berpikir macam-macam saat melihat penampilanku.

"Gila! Belum take aja, chemistry kalian udah dapat banget. Yuk, pose pertama..." ujar sang fotografer.

Aku memposisikan diriku seperti yang diarahkan. Rupanya di pose-pose kami hanya umum ala model biasa. Mungkin karena foto model pakaian ini kali ya.

"Sip! Kita istirahat sebentar," ujar fotografer itu.

"Wait, Mas. Gue boleh nggak take beberapa foto lagi?" tiba-tiba Danu bersuara. Aku menatap heran Danu, buat apa coba.

"Oh buat koleksi pribadi ya?" ucapan fotografer itu diangguki oleh Danu. "Yaudah. Posisi guys!"

Tiba-tiba Danu menarik pinggangku dan membuatku sangat menempel padanya.

"Ih, apaan sih!" ujarku tidak suka saat tangan Danu bersentuhan langsung dengan perut polosku.

"Ini kan isi taruhan kita. Lo harus mau photoshoot dengan gue. Dan gak ada batasan pose," ucap Danu sambil berbisik lirih.

Aku menggeram kesal. Kalo tahu akan seperti ini gak bakal aku menyetujui taruhan tadi.

"Lepas jaket lo," ujar Danu saat jaket kulit yang dikenakannya tadi sudah lenyap. Dengan terpaksa aku ikut melepaskan jaket kulit itu dan menyisakan strapless bra. Sungguh rasanya sangat aneh berpakaian seperti ini.

Danu memegang kedua tanganku dan membawanya ke atas pundaknya. Aku bisa merasakan smirk mesum dari fotografer di belakangku.

"Danu, lo mau nga--" ucapanku terputus karena bibir Danu.

Aku berusaha mengelak dengam ciuman yang Danu berikan, namun sial, tangan besarnya menahan tengkuk kepalaku sehingga tidak bisa mengelak dari ciumannya yang mulai menuntut.

Aku menatap garang Danu, tapi dia membalasku dengan menggigit bibir bawahku sehingga aku merintih sakit. Rupanya dia sengaja agar lidahnya bisa masuk. Sial. Kurasakan lidahnya makin menginvasi mulutku. Ughh..

Kami berhenti saat aku mendorongnya. Aku kehabisan nafas. Aku mendelik kesal kepada Danu. "Lo gila."

Danu memberikanku senyum miringnya. "Kamu manis."

Aku mendorong Danu dan melepaskan pelukannya. Aku berjalan menjauhi area pemotretan.

"Siska!" Aku berbalik dan mendapati Mas Geo memanggilku. "Kita masih ada 5 pakaian lagi ya."

Astaga! Aku benar-benar sial.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dirty OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang