2; Jessie

576 10 3
                                    


-The Story-

Suasana di pagi hari tetap sama seperti biasanya. Sejuk, walaupun terkesan dingin. Jalanan di kota ini sudah dilalui berbagai kendaraan yang berlalu-lalang. Tidak terlalu padat, namun tetap bisa dibilang ramai. Banyak orang yang sudah berangkat ke sekolah, universitas, atau tempat kerja mereka.

Tak terkecuali siswi di salah satu SMA swasta ini.

Pukul 6 tepat, ia sudah menginjakkan kaki di halaman sekolahnya. Ia melangkahkan kakinya menuju kelas sambil bersenandung. Dia sudah resmi menjadi siswi kelas 2 Sekolah Menengah Atas dari seminggu yang lalu. Belum lama, suasana kelas baru masih terasa lekat di kelas itu.

Kelas itu masih sangat sunyi, tak ada tanda - tanda kehidupan di sana—masih jam 6, ingat?

Dia, siswi itu mendudukkan diri nya di salah saru bangku di pojok ruangan. Yah, itu adalah tempat favoritnya.

Apa kalian mengira dia adalah anak pendiam, penyendiri, kutu buku? Dengan kacamata bulat yang besar?

Atau malah seorang siswi nakal yang menjauhkan diri dari pelajaran dan guru?

Nyatanya, salah.

Dia, siswi itu..

Sempurna.

Ah, bagaimana lagi mendeskripsikan nya?

Bagaimana seseorang bisa menguasai banyak hal sekaligus?
Ditambah lagi fisiknya yang tidak main - main.

Cantik, sangat cantik.
Dengan tinggi ideal, dan rambut coklat pendek sebahu nya yang menambah kesan manis.

Ah, ditambah lagi rasa maskulin yang sedikit semu di wajahnya.

Dia, adalah seorang perempuan yang jenius dalam berbagai bidang.

Perlu disebutkan?

Ia adalah ranking satu paralel di angkatannya. Maksudku, di sekolah nya. -dengan nilai total yang hampir sempurna

Tidak terlalu menyukai perlombaan, memang. Jadwalnya terlalu padat untuk itu.

Ia juga menguasai berbagai cabang olahraga. Olahraga dengan bola, atletik, dan juga bela diri.

Ya, beladiri. Mulai dari karate, taekwondo, muay thai, boxing dan juga sedikit pencak silat, mungkin.

Ah, jangan lupakan bakat seni nya. Banyak alat musik yang ia kuasai. Gitar, biola, piano, drum, dan lainnya. Bahkan suaranya cukup bagus untuk debut di agensi besar.

Soal pribadinya, dia baik. Walaupun tidak terlalu ramah, cukup dingin. Sedikit misterius juga.

Baiklah, tidak ada manusia sempurna di dunia ini. Kalau begitu, sebut saja dia nyaris sempurna.

Jessie, seorang gadis yang nyaris sempurna.

"Jess, catatan yang ku minta kemarin kau bawa, kan?"

Ucap seorang gadis dengan suara riangnya sambil menarik bangku di sebelah Jessie.

Tak ada balasan dari gadis itu, ia hanya mengangguk dan lekas mengambil buku catatannya dan memberikan buku itu pada teman sebangkunya itu.

"Terima kasih, Jessie sayang" ucap nya genit. Gadis itu mengambil gerakan kilat mengecup pipi temannya itu dan langsung mengalihkan fokusnya ke buku catatan itu, menyalinnya.

"Audrey, berhenti melakukan itu. Menggelikan."

"Aku sudah berhenti, Jess. kau lihat sendiri, kan? Aku sedang menyalin catatan milik mu."

Jessie memejamkan matanya sejenak, menenangkan emosinya. Ia menyesal menyuarakan protesnya tadi. Berdebat dengan Audrey memang tidak akan menghasilkan apapun.

Lebih baik ia melanjutkan membaca novelnya. Bel masuk masih agak lama.

•••

Suasana kantin sekarang sangat ramai. Tempat itu penuh dengan murid yang sedang kelaparan di jam istirahat.

"Jess, hari ini giliranmu memesan makanan. Aku akan mencari tempat untuk kita berdua." Audrey bicara sambil menengok kanan dan kiri, mencari tempat kosong untuk diduduki.

Jessie hanya menjawab dengan anggukkan yang sebenarnya tidak akan dilihat oleh Audrey. Ia langsung berjalan ke arah salah satu stand makanan dan memesan di sana.

Setelah ia selesai memesan dan menerima makanannya, ia langsung pergi mencari tempat di mana Audrey duduk menunggunya memesan makanan.

"JESS! AKU DI SINI!!!" Teriakan Audrey dari tempatnya terbilang cukup keras, ya.. Cukup untuk mengalihkan atensi seisi kantin yang sekarang sudah memandang Audrey dengan tatapan terkejut dan terganggu. Termasuk juga Jessie yang sekarang mengubah tatapan tajamnya pada Audrey. Ia menatap temannya datar.

"memalukan" gumam Jessie.

Masih dengan wajah datarnya Jessie langsung melesat tanpa suara ke arah Audrey.

"Lain kali jangan berteriak seperti itu. Aku tidak butuh waktu lama untuk menemukanmu. Yang tadi itu sangat memalukan." Protes Jessie saat dia sudah berada di hadapan teman dekatnya itu.

"Kalimatmu tadi cukup panjang, Jess." Sahut Audrey sebelum mengambil jatah makannya dari Jessie yang mendengus.

Setelah itu mereka diam. Hanya suara bertemunya sendok dan piring yang terdengar. Mereka terlalu fokus menyantap makanannya, tak sempat untuk mengobrol. Suasana hening itu terus berlanjut sampai sebuah suara menginterupsi keduanya.

"Pangeran duduk di sini aja, ya? Meja lainnya penuh."

"UHUK, UHUK!"

Suara yang sebenarnya lembut itu berhasil membuat Audrey kaget hingga tersedak makanan.
Jessie spontan menyodorkan minum untuk Audrey, namun pandangannya tertuju pada orang yang baru datang itu

Jessie tengah menatap tajam pada sosok yang sekarang sedang menyamankan duduknya dan baru akan memulai makanannya, tetapi orang itu seakan - akan tidak memperdulikan sekitar dan malah langsung melahap makanannya.

Jessie mendesis, pria itu memang tidak tahu diri.

"Aish, setidaknya kau harus meminta maaf. Dasar bajingan! Kau mendatangi meja kami, mengejutkanku, dan tanpa rasa bersalah kau memakan lahap makananmu. Apa kau tak pernah diajari sopan santun?!" Audrey yang telah menenangkan diri langsung menyemburkan kalimat itu.


"Bukankah seharusnya itu pertanyaan ku? Meneriaki seseorang saat makan? Apa kau tidak punya sopan santun?!" Ia mulai tersulut. Merasa terganggu dengan kalimat sebelumnya.


Suasana di meja terasa makin suram. Jessie memutar bola matanya malas. Keadaan meja makan mereka benar - benar sengit.

"Diamlah! Kalian menggelikan." Ucapan Jessie mengalihkan atensi dua orang yang sedang berperang itu.


Audrey dan Julian—dua pelaku tadi  menoleh ke arah Jessie. Dan benar saja, gadis itu tengah memberikan tatapan sinis pada kedua kawannya yang sekarang terdiam. Seakan segan dengan sosok yang sekarang mengeluarkan aura hitam pekat. Dua orang yang cukup peka itu pun saling bertatapan, kemudian mereka mengangguk.


Tanda berbaikan.

Setelahnya, mereka melanjutkan acara makan mereka. Dan mereka mulai sangat tenang.

Yah, sebelum Julian mulai mendekat pada Jessie dan membisikkan sesuatu.

"I found someone. Kelas 10 jika kau ingin tahu. 100% tipemu. Jadi,









Untukku atau untukmu? "

.
.
.

To Be Contiued

See you on next chapter!

Bbay!

The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang