Pagi hari di kota Jakarta saat ini sangatlah cerah, sang matahari di atas sana menyapa para penduduk ibukota dengan hangat dan tidak sepanas yang biasanya melanda kota metropolitan tersebut. Namun, tidak semua orang menyukai keadaan seperti itu.
Seperti saat ini, bagi gerombolan anak muda yang memakai rok atau celana berwarna biru dengan segala sesuatu yang terlihat aneh di tubuh mereka, kehangatan seperti ini sangat mengganggu, mengingat mereka harus berdiri di tengah lapangan selama berjam-jam.
Para calon murid SMA Vixens itu perlahan masuk ke dalam gerbang sekolah dan mengikuti arahan panitia acara MOS untuk berbaris di tengah lapangan sesuai dengan kelompok mereka. Kegiatan memang baru akan dimulai setengah jam lagi, namun para calon murid baru sudah dengan antusiasnya memenuhi lapangan yang biasanya dipakai untuk upacara tersebut.
Di saat para calon murid tersebut berkutat dengan kegugupan mereka di hari pertama kegiatan MOS, suara nyaring dari mesin knalpot membuyarkan seluruh kegugupan mereka. Hampir semua kepala yang berada di lapangan itu menoleh ke sumber suara.
Sebuah Pajero Sport berwarna hitam diiringi oleh sebuah motor sport dan vespa memasuki perkarangan sekolah dengan indahnya dan berhenti dengan anggun di parkiran yang berada tak jauh dari lapangan, tempat setiap kepala itu masih menatap penuh tanya ke arah tiga kendaraan tersebut.
Panitia MOS yang merupakan angkatan kelas XI dan XII tentu saja sudah tahu siapa attention stealer tersebut yang sudah bisa dipastikan merupakan orang-orang yang sedang ditunggu-tunggu jika dilihat dari para panitia MOS perempuan yang mulai bergerombol dan memekik senang.
Pengendara motor sport berwarna hitam dan vespa berwarna hitam itu membuka helm dan jaket mereka, di sampingnya, dua orang yang berada di dalam Pajero Sport tersebut turun dengan tenangnya.
Setelah melirik satu sama lain, keempat lelaki tersebut berjalan lurus ke arah lapangan, tepatnya ke arah dimana setiap mata kini tertuju dan terpukau kepada mereka. Panitia MOS yang berjenis kelamin perempuan bersorak riang dan berjingkrak-jingkrak dengan hebohnya, diikuti oleh para calon murid baru.
Melihat keriuhan yang terjadi menambah kepercayaan diri mereka melesat jauh begitu saja –setidaknya untuk dua orang yang berada di ujung kiri dan ujung kanan—bahkan seorang dari mereka yang berambut coklat memakai kaca mata hitam yang tadi ia bawa di sakunya seakan dia adalah peran utama dari sebuah film action.
Suasana di lapangan itu saat ini sangat lah heboh dan setiap mata tertuju kepada empat mahluk Tuhan yang indah tersebut, bahkan teriknya matahari tak dihiraukan lagi oleh mereka, keempat orang itu bagaikan sebuah ladang air di tengah gurun pasir, sangat menyegarkan.
Keempat orang itu berjalan dengan dramatis, seakan mereka dalam mode slow motion dan ada sebuah blower yang menerbangkan setiap helai rambut dan seragam mereka sehingga menambahkan kesan keren pada empat orang tersebut. Setidaknya untuk sementara.
Sebuah pukulan di kepala lelaki berambut coklat itu membuat keempat orang tersebut kembali ke dunia nyata. Yang dipukul hanya meringis sambil mengusap kepalanya, ketiga temannya justru menoleh kepada orang yang telah menghancurkan imajinasi mereka.
Seorang lelaki paruh baya berdiri di belakang mereka sambil bersidekap. "Suara motor kamu itu berisik, tau gak?" tanya lelaki yang merupakan guru olahraga sekaligus seksi kerapihan tersebut.
Orang yang dipukul olehnya—Fauzi Zulkarnaen—memandang gurunya itu dengan tidak percaya. "Bukan saya, Pak! Itu si BangSat..." ucapan Fauzi terhenti di udara dan melirik wajah gurunya yang sedang menunggu keterusan dari ucapannya. "...ria," sambung Danu sambil menunjuk temannya yang berada di ujung barisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS
Humor#40 in HUMOR (9-3-2018) Meet the Ganteng Gile Squad: Satria Andara, si anak nakal dan trouble maker dalam grup. Arjuna Kusuma dewa, si tampan nan kaya bermulut pedas. Fauzi Zulkarnaen, si mood booster dalam grup. Dan terakhir Guntur Sanjaya, anak ra...