4. Musim Gugur, 2018

427 57 4
                                    

"PENERBANGAN SEOUL-TOKYO AKAN TERBANG DALAM 2 MENIT LAGI. DIHARAP PARA PENUMPANG MEMAKAI SABUK PENGAMAN DAN MEMBUKA KACA JENDELA, TERIMA KASIH."

Suara itu menggema di awak pesawat yang akan terbang menuju Negeri Sakura. Beberapa pramugari melintas bolak-balik untuk memeriksa sekali lagi penumpang-penumpang.

Soojung memegang tangan lelaki itu dengan kuat, karena ini adalah penerbangan pertamanya keluar negeri. Walaupun tak sejauh ke Eropa atau Amerika, rasa gugup serta takutnya mulai menyelimut. Keringat dingin tak kuasa keluar dari pori-pori kulitnya.

"Sudah jangan takut," ujar Jongin menenangkan.

"Ini aneh." Jujur Soojung sambil mengigit bibir dan menatap kelam mata hitam Jongin.

Si lawan bicara hanya membalas menggenggam lebih kuat tangan istri yang dinikahi 7 bulan lalu itu. Ia memandang ke arah depan, memandang kursi penumpang di hadapannya.

Pesawat sudah mulai naik menuju awan dan kini telah berada di ketinggian 3000 lebih kaki yang menandakan pesawat telah stabil. Para pramugari membagi makanan berat untuk penumpang kelas business serta memberikan kertas angket pengisian migrasi turis.

2 jam 15 menit perjalanan tak terasa telah berlalu. Pesawat perlahan mulai mendarat, menuju bandara yang dituju penumpang. Usai dipastikan pesawat berhenti, para penumpang satu persatu keluar dari awak.

Yang menyambut mereka pertama kali adalah daun-daun kering di lintasan pesawat. Hal ini tak berbeda jauh dari tempat asal mereka. Alasan Jongin memilih Jepang sebagai tempat mereka bulan madu adalah, lain tak lain, ia yang diceritakan oleh Sehun soal indahnya Momijigari* yang terkenal di negeri animasi tersebut. Ia jadi berinisiatif membawa Soojung ke Jepang.

.

Seperti kebanyakan turis mancanegara yang singgah di Jepang, Jongin sudah memesan mobil yang akan mereka gunakan selama perjalanan trip mereka. Mobil itu adalah BMW warna hitam tetapi serinya berbeda dengan mobil miliknya. Soojung sepanjang perjalanan hanya memandang jalanan karena takjub akan musim gugur yang lebih elok daripada di negara asal.

Setelah setengah jam menyetir, Jongin berhenti di salah satu resort dekat dengan pegunungan. Pegunungan itu dipenuhi pohon-pohon yang daunnya berubah warna menjadi orange kekuningan.

Mereka kemudian check in lalu menuju unit kamar mereka.

.

Soojung baru saja selesai mandi. Ia mulai mengeringkan rambutnya dengan hair dryer di meja toalet. Sementara Jongin memainkan ponsel dengan menggunakan pakaian santainya di kasur.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Soojung membuka pembicaraan.

"Bermain game."

Soojung mematikan hair dryer karena rambutnya sudah sempurna kering.
"Aku lapar."

"Kita bisa memesan makanan hotel. Pesan saja."

Wanita itu berdecak.
"Bukan itu maksudku."

"Lalu?" Tanya si lawan bicara.

"Tadi aku mencari di pencarian tentang late night street food, sekitar 15 menit dari sini ada pasar malam disana."

"Mau berangkat sekarang?"

"Hmm," gumam Soojung menyetujui.

"Apa pasar malam yang mirip kita jumpai tahun lalu itu?"

"Bukan. Ini benar-benar khusus menjual makanan. Maka dari itu aku ingin mencobanya!"

"Bergantilah,"

.

Kedua insan itu keluar dari lobby dan berjalan di tengah dinginnya malam. Jongin mendekap tangan mungil wanitanya, seolah-olah mengerti bahwa Soojung suka kehangatan. Walau masih belum musim dingin, bukan berarti musim pancaroba patut diabaikan. Bulan depan, November, musim dingin akan menyambut ekuator yang memiliki iklim 4 musim.

Green LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang