Bab 2

15 7 1
                                    


Ini malam Minggu, jalanan ramai dan nyaris macet. Lagu Eed Sheran yang berjudul Photograph mengalun di dalam mobil. Gadis itu ikut bersenandung mengikuti lagu. Ya, walaupun tadi ia bersikeras tidak mau, namun Bagas dengan ekstra memaksa agar Nara mau membantunya kali ini.

“Udah deh, lo tenang aja. Nanti lo cukup makan aja.” ujar Bagas saat membelokkan mobil di pertigaan jalan. Tujuannya sekarang membawa Nara makan malam di restoran yang biasa ia datangi dengan Kayla.

Nara enggan menjawab. Ia lebih memilih mengedarkan pandangan ke luar jendela. Dan terdengar desahan dari Bagas. Sejak perjalanan tadi Nara tidak mau berbicara dengannya. Tapi setidaknya gadis itu mau diajak, itu sudah sangat membantu.

Bagas memarkirkan mobil dengan cepat, kemudian menggandeng tangan Nara masuk ke dalam restoran. Matanya mengedar ke seluruh penjuru ruangan mencari keberadaan Kayla, calon mantannya.

“Ra, “ bisik Bagas dengan suara baritonnya.

“Hm? Jangan bisik-bisik gitu deh, geli.” Balas Nara mengusap telinganya. membuat Bagas tersenyum. Akhirnya gadis yang tampak cantik mengenakan dress hitam itu mau bicara dengannya.

“Kalau mau akting itu totalitas dong!” ujar Bagas. Kini mereka berdua berjalan ke meja di sebelah tempat Kayla duduk. Gadis itu sedang asyik memainkan ponselnya.

Nara menghela napas panjang, lalu ia segera melingkarkan tangannya ke lengan kekar milik Bagas dengan mesra. Bagas mengangguk, kemudian berbisik di telinga Nara.

“Kalau lo mau peluk gue atau cium gue, gakpapa kok.” seringaian licik langsung keluar dari Bagas.
“Itu sih maunya elo!” ketus Nara.

“Bagas?!” Kayla terlihat kaget sekaligus marah melihat pacarnya bersama cewek yang sangat dibencinya.

“Kay-Kayla?” Bagas berpura-pura kaget akan adanya Kayla. Membuat Nara menahan tawa melihat akting Bagas.

“Eh elo ngapain sih pegang-pegang pacar gue?!” bentak Kayla seraya menghempaskan tangan Nara dari lengan Bagas.

“Eh sama pacar gue yang sopan ya!” bentak Bagas kepada Kayla yang semakin terlihat marah. Ia langsung meraih pinggang Nara, membuat kepala gadis itu terbentur di dada bidangnya. “Sakit bodoh!” desis Nara yang hanya terdengar oleh Bagas.

“Pacar?” Kayla mendelik tak percaya mendengar ucapan Bagas.

“Iya, sekarang Diandra pacar gue. Sedangkan elo mantan gue.” Ujar Bagas dengan santainya.

“Ternyata dari dulu elo itu emang cewek murahan!” hardik Kayla dengan sorot tatapan tajam ke arah Nara. Baru saja Nara ingin melawan gadis itu, namun dekapan Bagas semakin erat. Kalau Kayla cewek bar-bar, Nara ini cewek nekat.

“Bukannya elo yang murahan? Gue tahu kalau elo itu sebenernya sering banget ngegoda Zio agar mau sama elo.” Cibir Bagas membuat Kayla sekaligus Nara membelalakkan matanya.

“Jadi berhenti nyebut Diandra cewek murahan! Dan pergi jauh-jauh deh dari gue!” ucap Bagas penuh penekanan.

“Lo tuh brengsek banget sih mutusin gue di hari Sabtu gini.” Ujar Kayla dengan mata mulai berkaca-kaca.

“Emang gue sengaja, biar lo jomblo di malam Minggu!”
~~~

“Zi, jadi bener si cewek bar-bar itu sering ngegoda elo?” tanyaku antusias dan sangat penasaran kepada Zio. Sementara ia terlihat sangat malas dan tak berminat.

“Zi!” pekikku tepat di telinganya. Iapun langsung berjingkat kaget.

“Astaghfirullah Nara!” bentaknya sambil mendelikkan matanya. Kini gantian aku yang kaget dibuatnya. Zio memang selalu usil terhadapku, tapi ia jarang sekali membentakku seperti tadi. Ya terakhir lima tahun lalu, saat aku sengaja menceburkan playstationnya ke kolam.

“Lo kok ngebentak gue sih?!” sial kenapa mataku mulai berkaca-kaca. Oh ayolah aku bukan anak lima tahun lagi. Yang selalu menangis tiap kali Zio marah padaku.

Zio menghela napas panjang kemudian mengacak-acak rambutnya. Ia menoleh kepadaku, dan aku langsung menunduk tak ingin ia melihat air mataku jatuh sekarang.

“Ra, maafin gue ya?” ujarnya lembut sambil menggengam tanganku.

Dengan cepat aku mengusap air mata dan mendongak menatap wajahnya. Aku lebay? Bawaan dari lahir kali ya.“Jadi bener Kayla sering ngegoda elo?” sungguh, aku sungguh penasaran akan hal ini.

“Eh? Nggak minta peluk ini? Dari kecil ‘kan kalau lo nangis selalu minta gue peluk.” Ia mengerlingkan matanya. Sialan! Nih mahkluk pengen aku mati muda kali ya? Bikin orang jantungan. Duh, sejak kapan sih aku jadi berdebar kalau menatap lekat matanya?

“Ck, jawab pertanyaan gue Zi!” seruku seraya mendorong tubuhnya agar jauh dariku.

“Ya, dia sering nge chat gue sih.” Ujarnya sedikit mengingat-ingat.

“Terus lo apain?”

“Ya gue bacalah!”

“Oh Dear.. respon lo ke dia itu gimana?” aku mulai gemas dengan Zio. Dia itu kalau disuruh untuk cerita selalu singkat dan kurang mendetail. Bikin pengen nampol aja. huh!

“B aja, nggak gue bales.” Jawabnya acuh.

“Awas lo kalau sampai deket-deket sama dia!” ancamku sambil menyipitkan mata.

Zio mematikan playstationnya, kemudian berbalik duduk di menghadapku. “Bukannya elo dari dulu selalu ngelarang untuk jangan deketin semua cewek?”

“Eh, masa iya?” aku  mengerutkan kening.

“Ra, udah berapa tahun kita temenan?” tanya Zio mulai menatapku intens. Duh, atmosfernya jadi berubah seketika kalau Zio mulai berbicara serius seperti ini.

“Tiga belas tahun.” Gumamku.
“Sadar nggak sih kalau elo udah gantung perasaan gue selama tiga belas tahun?” tanya Zio dengan tatapan sendu. Wait... sendu?

“Hm? Maksud lo?” IQ rendahku masih sulit untuk mencerna kalimat Zio.

“Setiap kali gue nyatain perasaan gue, lo bilang kalau gue itu cuma bercanda. Kalau lo emang nggak bisa nerima perasaan gue, seenggaknya biarin gue sama cewek lain. Gue ini cowok normal Ra.”

“Gue nggak mau kalau lo itu sayang gue cuma sebagai sahabat Zi!” lepas sudah perasaanku yang sengaja kupendam bertahun-tahun.

“Zi cinta Ra.” Ujar Zio yang terdengar jelas. Kalimat yang sudah jarang sekali kudengar.

“Entah sebagai sahabat, adik, perempuan. Zi itu cintannya cuma buat Ra.” Ucap Zio sambil menatap mataku. Blush!

“Creepy banget sih omongan lo.”

Hai hai makasih yang udah baca sampai sini.. Aku kasih teaser buat update selanjutnya yaaa
.
.
.

“Ra! Jadi pacar gue ya?!” teriaknya sambil mendribble bola bewarna oranye itu.

Siulan saling bersahutan dari anak-anak tim basket sekolah. Beberapa bahkan sudak bersorak kata ciee seperti anak SD.

Sedangkan aku masih mematung sampai beberapa detik ke depan. Berusaha mencerna kalimat yang keluar dari cowok jakung itu. Ia tengah melakukan lay up, dan bola masuk dengan mudahnya.

Dan sejak kapan ia terlihat sangat keren saat melakukan lay up seperti tadi? Jantungku, jantungku berdebar dengan cepat tidak seperti biasanya. Ia berlari ke arahku, dan sorakkan kembali terdengar.

“Woy! Tembakin aja akunyah!!!” teriak Rendi dramatis, salah satu anak basket sekaligus ketua kelasku. Membuat lainnya tertawa dan ikut-ikutan heboh tidak jelas.

“Ra, jadi pacar gue ya?” tanyanya dengan lembut. Eh, sejak kapan ia sudah di depanku? Dan kini tangannya yang besar menggenggam tanganku dengan erat.

Tunggu update selanjutnya ya...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia Sahabat(hidup)ku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang