Pukul tujuh malam, bang Dion masih sibuk dengan laptop ditangannya, meskipun begitu dia tetap mau menemaniku menonton drama korea dikamarku, aku sesekali tersenyum ketika ada adegan romantis, atau ada adegan lucu yang suka, membuatku tertawa sendiri, tapi bang Dion tetap fokus pada laptopnya, jari-jarinya menari diatas keyboard. Aku gak tau bang Dion lagi ngerjain tugas apa sampai dia seserius itu
"Bang, aku mau beli martabak, aku boleh pinjem kunci motor abang?"bang Dion menoleh, dia merogoh saku celananya, lalu menyerahkan kunci motor maticnya padaku
"Jangan lama, pakai helm, dan hati-hati"pesannya, aku mengangguk. Mama sedang ada di rumah tante Dewi, tetangga rumah yang katanya sedang buat pengajian, jadi aku langsung saja keluar rumah tanpa izin dari mama. Aku mengeluarkan motor bang Dion, memakai helm, lalu berkendara dengan kecepatan yang pelan. Aku gak bisa ngebut, selain gak bisa aku juga takut, bang Dion, dulu pernah mau dibeliin mobil sama papa, tapi gak jadi. Katanya bang Dion lebih suka naik motor. Aku bisa bilang kalau abangku itu cukup sederhana.
Aku berhenti disalah satu penjual martabak langganan bang Dion, bang Dion itu penyuka martabak, coklat keju. Aku jadi ikut-ikutan suka setelah bang Dion yang keseringan beli dan aku yang keseringan nyicipan, pada akhirnya aku gak cuma nyicipin aku malah menghabiskan martabak bang Dion setiap dia beli.
"Eh neng Siena" pak Amin tampak tersenyum kearahku ketika aku baru saja turun dari motor, sudah kubilang kan kalau disini adalah langgananku, aku cukup dikenal oleh pak Amin, martabak buatannya aku akui enak banget, dia juga suka ngasih aku ekstra keju karena dia tau aku penyuka keju dari bang Dion
"Martabak coklat keju ya, tenang neng nanti bapak kasih ekstra keju kayak biasa"pak Amin mengacungkan jempolnya, aku tersenyum
"Makasih pak, tau aja kesukaan saya"
"Tau dong neng. Yasudah neng tunggu aja dulu"
"Sip pak"
Aku duduk di bangku kayu panjang yang disediakan pak Amin, sesekali aku melirik bagaimana pak Amin membuat martabak itu, asal tau saja itu menyenangkan, seperti melihat bagaiaman caranya menuang adonan, lalu aroma yang menguar, aroma mentega yang dioleskan, keju yang diparut, itu mungkin akan membuatku lebih ngiler dari sebelumnya
"Nih neng"pak Amin menyerahkan plastik berisi martabak itu padaku, aku menyerahkan beberapa lembar uang
"Makasih ya pak"
"Iya neng, hati-hati dijalan neng"aku hanya mengangguk, kemudian memilih menstarter motor kemudian menjauh
Suasana jalan di Jakarta selalu ramai, aku kadang bertanya kapan sebenarnya orang-orang ini tidur.
Jalanan cukup sepi ketika aku berbelok menuju komplek rumahku, mataku menajam seiring pemandangan yang agak menarik perhatianku, ada dua orang pria berbadan besar dan berpakaian serba hitam terlihat berdebat dengan seorang pria berkaos putih, aku menghentikan laju motorku sesaat, tentu saja aku takut untuk lewat. Bagaimana kalau itu sekumpulan begal? Kan gak lucu kalau aku besok ditemukan tewas karena di begal
Tanganku kian gemetar ketika perdebatan itu terlihat kian memanas, kedua pria berpakaian hitam itu terlihat ingin mengunci tangan si pria berkaos putih, namun si pria berkaos putih itu melawan dan pandangannya malah berhenti padaku yang masih membatu karena ketakutan, dan pria berkaos putih yang malah berlari kearahku itu memperparah detak jantungku. Gila, rasanya benar-benar mau mati saja, tapi ketika wajah pria berkaos putih itu terkena cahaya terang dari lampu jalan, mataku membulat, dengan kebingungan yang masih tak berkurang sedikitpun
"Shaka"
Itu memang Shaka, yang tengah berlari dengan kencang kearahku itu memang Shaka, Shaka menaiki motorku tanpa fikir panjang, nafasnya ngos-ngosan, tapi hal itu sama sekali tak membuatku sadar dalam keterpakuanku
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAKA (DREAME)
RomanceIni kisah Shaka si cowok brutal yang suka seenaknya, bersama Siena si pacar pura-puranya. Niatnya Shaka hanya ingin melindungi Siena yang terjebak dalam masalah Shaka bersama Kaleef. Tidak ada yang berjalan lancar. Ketika mereka saling mencintai, t...