Meet (Again)

545 53 9
                                    


Bunyi langkah kaki berlapis sepatu setinggi tiga sentimeter menggema di sepanjang koridor utama Konoha University. Suara bisikan pun mengiringi langkah si pemilik sepatu ber-hak tiga sentimeter tersebut. Bisikan penuh rasa kagum yang keluar dari mulut para pria, dan bisikan yang sarat akan rasa iri yang keluar dari mulut para wanita.

Namun, tampaknya hal itu tak mengganggu sang pemilik langkah tersebut, sama sekali. Kaki jenjangnya terus melangkah menyusuri koridor tersebut. Rambut sebahunya bergerak senada dengan langkah kakinya.

Langkahnya terhenti, saat disadarinya seseorang tengah berdiri dan menghalangi jalannya. Matanya sedikit melebar, dan terdapat sedikit raut terkejut di wajahnya begitu menyadari siapa yang kini berada tepat di hadapannya. Seperti dirinya, orang yang berdiri di hadapannya itu pun menampakkan raut yang sama.

Flashback

Seorang gadis dengan rambut merah muda sepinggang yang dikepang menjadi satu, berjalan memasuki gerbang utama Konoha High School. Sebuah kacamata berframe putih membingkai wajah manisnya. Menghalangi binaran indah sang emerald. Seragam khas Konoha High School membalut tubuh indahnya.

Berbeda dengan siswi lain yang mengenakan rok mereka lima belas sentimeter di atas lutut, dirinya justru mengenakan rok yang panjangnya sepuluh sentimeter di bawah lutut.

Kaki jenjangnya terus melangkah, membawanya ke arah loker miliknya. Setelah menukar sepatunya dengan uwabaki, ia kembali melangkah menuju ruang kelas yang sejak awal menjadi tujuannya. Kepalanya terus menunduk sepanjang perjalanan

Tinggal beberapa langkah lagi dirinya tiba di kelasnya,X-1, namun niat untuk memasuki kelas itu harus tertunda. Karena tanpa sengaja dirinya bertabrakan dengan seseorang yang baru saja keluar dari kelas. Sontak saja tubuhnya terhuyung dan terjatuh ke belakang.

"Heh, bodoh! Kau tidak punya mata atau apa?!" caci gadis berambut pirang dengan iris violet yang baru saja bertabrakan dengan gadis berambut merah muda itu.

"Maaf," ucap gadis merah muda dengan suara kecil namun masih dapat didengar.

"Maaf katamu?!"

Dia mulai berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan gadis merah muda itu. Tangan kirinya mencengkram rahang gadis itu, sementara tangan kanannya memegang gelas plastik berisi jus jeruk yang isinya tinggal tiga per empat gelas.

"Kau lihat? Bajuku basah karena kecerobohanmu!"

"Maafkan aku, Shion-san."

Gadis bernama Shion itu kembali berdiri tegak. Diarahkannya minuman di tangannya itu ke arah gadis merah muda, yang masih terduduk di lantai koridor akibat terjatuh tadi. Disiramnya kepala gadis merah muda itu dengan minuman di tangannya.

"Lain kali, kalau jalan pakai matamu, Pinky bodoh!" senyum sinis terpatri di wajah cantiknya.

Setelah mengucapkan kata-kata sinisnya Shion segera pergi, meninggalkan gadis merah muda yang mulai menitikkan air matanya.

Merasa tak ada gunanya jika harus terus menangis, gadis itu pun segera bangkit dan menuju toilet untuk membersihkan tubuhnya yang mulai lengket berkat minuman yang dituangkan Shion pada dirinya.

Sambil terus membersihkan dirinya di depan wastafel, tak henti pula air matanya mengalir. Suara sesenggukkan terdengar memenuhi toilet yang memang sedang kosong itu. Karena memang bel masuk baru saja berbunyi, sehingga tak ada satu pun siswa-siswi yang masih berkeliaran di luar kelas.

Merasa tubuhnya sudah tidak terlalu lengket lagi, gadis itu segera saja pergi meninggalkan toilet dan menuju kelasnya. Bagaimanapun, ia tak ingin dihukum oleh guru karena terlambat masuk ke kelas.

Meet (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang