David

60 5 4
                                    

Ellen adalah seorang gadis yang cantik. Dia bekerja di salah satu restoran di kotanya. Dan di tempat kerjanya itulah dia bertemu dengan seseorang yang menjadi kekasihnya sampai saat ini. Pria itu bernama David. Tampan memang, matanya agak sipit, bibirnya tipis, hidungnya mancung, tinggi, putih, dan yang menjadi ciri khas dari dia adalah rambutnya yang selalu di jambul. Itulah yang membuat Ellen jatuh cinta pada pandangan pertama.

Perkenalan Ellen dengan David terbilang lucu. Saat itu Ellen masih menjadi anak baru di restoran tempatnya bekerja. Namun karena dia cantik maka berita tentangnya sudah menyebar ke semua karyawan disitu. Entah mereka tahu darimana, mungkin dari manajer yang mewawancarainya kemarin. Sedangkan dia sendiri belum tahu nama-nama dari mereka.

Pagi itu adalah hari ketiga Ellen bekerja. Seperti biasa sebelum memulai bekerja diadakan briefing terlebih dahulu. Karena saat itu ada pemadaman listrik, maka absensi yang seharusnya memakai sidik jari menjadi manual. Supervisor pun memulai briefing dengan mengabsen satu per satu karyawan yang hadir.
"Soni"
"Ya Pak"
"Bella"
"Hadir"
"Clara"
"Yuhuuuuu...."
"Hahaha...." Semua anak menertawakan tingkah Clara. Ya, Clara adalah salah satu karyawati yang genit. Bahkan menurut Ellen sendiri tingkahnya itu sok cantik, tetapi memang lumayan cantik sih. Namun, masih kalah cantik dengan Ellen. Bahkan kata Beni, salah satu barista disana, Ellen adalah primadona di restoran itu saat ini, menggantikan posisi Cindy. Kecantikan Ellen memang tidak bisa dipungkiri, hidungnya yang mancung, pipinya yang chubby dengan dua lesung pipitnya, bodynya nya yang tinggi dan seksi, pantas rasanya menjadi seorang model. Tidak salah kalau banyak cowok menaruh hati kepadanya.

Dan pada pagi itu mata Ellen terpaku pada sosok yang sedang berlari kecil ke arah tempatnya briefing.
"Wihh...ganteng banget. Siapa dia?" Batin  Ellen saat itu.
Sejak hari pertamanya bekerja, dia tidak pernah melihat cowok itu. Mungkinkah anak baru juga? Ah, tidak mungkin. Buktinya dia sudah memakai seragam, tidak seperti dirinya yang masih memakai pakaian hitam putih. Pasti dia karyawan lama disini.
Cowok itu semakin mendekat ke arah Ellen, yang memang berdiri di barisan paling depan. Ellen tidak berkedip. Mereka bertatapan. Ellen merasakan jantungnya berdetak lebih kencang, mukanya terasa panas.

"Hei, Ellen."
"Eh, eeeee....eh....i...i...iya, gimana?" Ellen sontak kaget saat ada seseorang yang menepuk pundaknya. Dia pun tersadar dan mukanya memerah tersipu malu.
"Itu kamu diabsen, udah di panggil Pak Dery daritadi," kata seorang cowok yang berdiri di sampingnya, yang ternyata bernama Eno saat Ellen melihat name tag di bajunya.
"I..iya Pak. Saya," kata Ellen sambil mengacungkan jarinya.
"Huuuuuu...." Serentak mereka yang ada disitu menyoraki Ellen. Ellen pun semakin tersipu malu.
"Sepertinya akan ada yang jatuh cinta pada pandangan pertama nih," celetuk seorang cowok.
Semua pun tertawa. Suasana briefing menjadi rame. Cewek-cewek saling berbisik-bisik, entah apa yang mereka bicarakan.
"Sudah-sudah, semuanya tenang," Pak Dery mulai menenangkan suasana briefing.

"Vid, kenapa telat? Ini hari pertamamu masuk kerja lagi. Masih kurang puas ya cutinya?" Pak Dery menatap ke sosok cowok yang tadi membuat jantung Ellen berdetak kencang. Ellen melirik ke kanan, dan ternyata cowok itu berdiri persis di sampingnya.
"Tadi ban motor saya bocor, Pak." Jawab cowok itu sambil melirik ke Ellen. Ellen sekilas mencuri-curi pandang ke name tag di bajunya. Oh, namanya David. Dia bagian waiter juga ternyata. Sama berarti dengan dirinya. Tanpa sadar Ellen tersenyum kecil.
"Ya sudah, kamu nanti pimpin doa." Jawab Pak Dery. "Briefing kali ini tidak ada yang perlu saya sampaikan ya. Sebab saya mau buru-buru meeting juga di kantor pusat pagi ini. Mungkin hanya perlu diingatkan sekali lagi, jangan ada yang telat. Harus disiplin. Oke?"
"Siap Pak," jawab anak-anak.
"Ayo David, maju," lanjut Pak Dery menyuruh cowok itu memimpin Doa.
Ellen baru sadar kalau ternyata absensi pun sudah selesai.

                        ****

Hari-hari Ellen di tempat kerjanya sangat menyenangkan. Bisa dibilang dia adalah salah satu karyawan yang paling semangat. Dia selalu datang paling awal diantara teman-temannya yang lain. Bagaimana tidak, disitu ada penyemangat hidupnya. Ya, David.

My Name Is EllenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang