Chap 3

7.8K 636 29
                                    

Tandai jika kalian menemukan TYPO ya.

Happy reading!!

Jangan lupa VOTE + KOMENTARNYA.

***

Untuk pertama kalinya Darren terlihat semakin dingin dan ekspresinya semakin datar. Darren jauh terkesan pendiam, tidak seperti hari-hari biasanya yang lebih mengekspresikan seluruh suasana hatinya dengan perilaku hangat pada seluruh anggota rumah.

Dan hal tersebut membuat seluruh penghuni rumah Edgarson menatap Darren dengan alis terangkat penuh tanda tanya.

Darren berjalan lurus dan mengacuhkan semua anggota keluarganya yang sedang duduk di ruang keluarga tanpa sedikitpun kalimat sapaan yang keluar dari mulutnya.

Langkah kaki lelaki itu menggema dengan diiringi keheningan dan beberapa kali dengusan yang tak sengaja keluar dari mulutnya.

"Ada apa dengannya?" tanya Ryan penasaran.

Anggara, selaku kepala rumah tangga yang kini sedang bergulat dengan catur di depannya itu hanya menggeleng sekilas sebelum kembali melanjutkan permainannya.

"Abaikan saja dia." sahutnya. "Percuma bertanya. Tidak akan mendapat jawaban apa pun."

Ryan mengangguk patuh, kembali berkonsentrasi dengan permainannya.

Darren yang minim ekspresi seperti kembali ke hidupannya semula. Acuh dengan keadaan sekitar dan tidak memperdulikan apapun sama sekali. Khas seorang Darren.

Langkah kaki pria tampan dan gagah itu berhasil menyita hampir seluruh pegawainya saat ia sudah berada di perusahaan yang ia pimpin. Menjadi boss yang selalu terlihat dingin dan penuh intimadasi di setiap harinya bukan hal yang aneh lagi.

Darren selalu seperti ini. Akan memperlihatkan wajah tidak bersahabatnya meskipun suasana hatinya baik sekalipun. Dan terkutuklah para iblis ketika seluruh pegawainya mulai merinding saat melihat ruat wajah atasannya yang jauh lebih dari bad mood hari ini.

Viola-- tentu saja wanita itu adalah satu-satunya wanita yang bisa membuat aura yang terpancar di sekeliling Darren berubah. Hanya wanita itu yang sanggup membuat Darren kembali menjelma menjadi seorang lelaki yang kadar ekspresinya meningkat meski hanya satu persen saja. Setidaknya, seluruh karyawan yang bernaung di bawah kepemimpinanya tidak mendapat tekanan seperti hari ini.

Darren masih bergulat dengan seluruh dokumen di atas meja kerjanya, matanya dengan jeli meneliti setiap kalimat yang tertera disana. Bolpoin di sebelah tangan kanannya pun tak henti hentinya menari indah di atas kertas.

Suasana hening, dan Darren sudah terbiasa dengan keheningan seperti ini.

Namun ketika satu jam lebih dua puluh menit berlalu, Darren akan mendapat hentakan kuat dari dadanya. Seperti memberontak jika keheningan ini semakin membuatnya rindu pada kekasihnya.

Menghela napas panjang, Darren langsung menghempaskan punggung tegapnya di sandaran kursi kebanggaannya. Menyisir rambutnya dengan ke dua jari tangannya dan menggeram tertahan.

Namun sebelum Darren beranjak dari kursi kebanggaannya, suara ketukan pintu mengintrupsi.

Dan sebelum suara Darren mengudara, pintu tersebut terbuka. Menampilkan satu sosok yang sanggup membuat iblis dari tubuh Darren enyah begitu saja.

"Apa aku menganggumu?" suara itu seperti air dalam kegersangan. Darren menatap bayangan yang berdiri di ambang pintu tersebut dengan beberapa kali kedipan mata. "Sayang?"

Darren mengedipkan matanya beberapa kali, menyuarakan Viola untuk melangkah semakin dekat dengannya. Ketika jarak yang tercipta menyisahkan dua meter dari ia berdiri, Darren langsung berjalan menghampiri Viola dan menyambar tubuh itu dalam dekapannya.

"Sayangku," Satu kata yang bisa Viola dengar dari telinganya saat Darren berbisik lirih. Semakin mengeratkan pelukannya dan kemudian menggendongnya. Membuat Viola terpekik terkejut dengan tindakan yang Darren lakukan secara tak terduga.

Viola melingkarkan ke dua tanganya di leher Darren. Menyandarkan kepalanya di dada bidang kekasihnya dan menghirup wangi musk yang menguar jelas di indra penciumannya.

"Kemana saja kau?" Darren mengangkat suaranya ketika Viola sudah duduk di atas pangkuannya. Menangkup wajah Viola dan memerangkap wajah itu agar tidak mengelak dari pertanyaan yang baru saja dilayangkannya.

Viola tersenyum tipis dan memajukan wajahnya untuk mengecup ujung hidung Darren.

"Tidak kemana-mana." jawabnya. Namun Darren langsung mendengus ketika mendengar jawaban yang tidak sesuai tersebut. "Maaf sudah membuatmu khawatir."

Darren menghela napas panjang. kemudian memberi kecupan di seluruh bagian wajah Viola. Dan berakhir dengan ciuman panjang diatas bibir pink kekasihnya.

Darren melepaskan seluruh keresahannya karena ulah kekasihnya yang tiba-tiba sulit di hubungi dengan memberinya ciuman panjang. Menerobos masuk ke rongga mulut Viola dan menelusurinya.

"Ughh!!" Wanita dalam pengkaunnya itu menggerang karena ulah bibir Darren yang tak kunjung selesai melepaskan rindu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ughh!!" Wanita dalam pengkaunnya itu menggerang karena ulah bibir Darren yang tak kunjung selesai melepaskan rindu. Sebelah lengan Darren semakin mengeratkan pelukannya di pinggang ramping Viola, dan tangan satunya lagi ia gunakan untuk menekan kuat tengkuk Imelda. Membuat wanita itu semakin mendesh hebat dalam pergulatan yang Darren lakukan.

Dan setelah puas menjelajah dan menyesap permukaan bibir kekasihnya, Darren melepaskan pagutannya dan menatap bibir Viola. Mengusap bibir itu dan menciuman sekilas sebelum akhir dari kerinduannya.

"Untung saja kau datang. Jika seharian ini aku tidak melihatmu atau mendengar kabarmu, aku tidak akan bertanggung jawab untuk menidurimu saat itu juga." sahut Darren. Kalimatnya tegas dan penuh ancaman yang sanggup membuat Viola bergidik ngeri mendengarnya.

"Kau tidak akan melakukan ancaman itu padaku,"

"Kau tidak akan bisa menebak bagaimana jika kau pergi dariku seperti ini lagi, sayang. Aku tidak sesabar dan sebaik itu untuk kali ini."

"Tapi, aku hanya--," kalimat Viola langsung terhenti ketika dengan tiba-tiba Darren kembali membungkamnya dengan ciuman miliknya. Meraup bibir Viola dalam ciuman panjang. Dan tak lupa meninggalkan satu bekas hisapan di leher Viola. Membuat wanita berparas cantik itu memukul bahu Darren karena kesal.

"Apa kau lupa untuk tidak meninggalkan tanda di leherku." gerutu Viola. Mengusap-usap karya yang sengaja Darren buat di leher jenjangnya. "Aku malu di lihat seluruh karyawanmu." sambungnya lagi.

Darren tentu tidak memerdulikan seluruh keluh kesah dari kicauan yang kekasihnya katakan, karena satu hal yang selalu ia ingin lakukan adalah, seluruh lelaki yang ada di bawah naungannya harus sadar, jika wanita cantik yang sedang berada di atas pangkuannya ini adalah miliknya. Dan ia tidak berniat untuk membaginya pada siapapun.

.
.
.

Pendeeeeeekkkkk... Memang!!! 😂😂😂

Karena gak tau mau bikin scane seperti apa, jadilah adegan gak jelas macam ini.

Jadi, ada yang suka dengan part ini??? 😆😆😆

Ok... sampai jumpa di lain kesempatan!!!.

Salam sayang, MEY.
.
.
.
Minggu, 07-01-2018

Mr. PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang