"Eh Kenya, buku tahunan SMP lo udah jadi?"
Gadis berkacamata dan berambut pendek itu mengangguk semangat, "Iya nih, ga sabar liat."
"Eh, tapi kan elo udah pindah kota. Ngambilnya gimana?"
"Please deh, cess," temannya yang lain menyahuti. "Lau dari jaman batu atau gimana? Kan bisa dianter pake JNE."
"Iya dah yang tukang online shop."
Kenya hanya ketawa kecil. Tiba-tiba pintu kelas terbuka dan guru bertampang galak masuk. Semua anak kembali ke tempat duduk masing-masing.
~OOO~
"Mamaaaaaaa," teriak Kenya begitu sampai di rumah. "BTS Kenya udah sampe belom?"
Mamanya menoleh heran, "Apaan sih kamu nak, kan BTS di Korea," jawab mama dengan kegaulan tingkat tinggi.
"Ihhh, Mama tuh yang apaan. Yang Kenya maksud tuh buku tahunan sekolah pas SMP, bukan Bangtan Boys! Ck, udah sampe belom, Ma?"
"Udah kayaknya, coba deh cek di laci ruang tamu."
"Oki doki!"
Dengan semangat Kenya berlari ke ruang tamu dan menyambar bungkusan kotak lebar dan merobeknya asal. Terlihat sebuah buku besar berwarna putih dengan logo SMP Harapan Mulya. Perlahan Kenya membukanya, di awali dengan melihat deretan guru-guru tercinta. Senyum kecil terulas di bibirnya kala kenangan-kenangan itu masuk.
Halaman berganti, kali ini yang ia lihat adalah foto gerbang depan SMP-nya, lengkap dengan plang besar bertuliskan SMP HARAPAN MULYA dan banner raksasa bertuliskan 'SELAMAT DATANG KEPADA SISWA/I BARU TAHUN AJARAN 2014/2015'
Senyum Kenya kian melebar saat ingatannya melayang ke hari pertama ia menjadi murid baru di SMP Harapan Mulya.
~OOO~
3 tahun yang lalu.
Kenya berdiri gelisah di depan gerbang SMP Harapan Mulya. Rok birunya yang panjang dapat dengan sempurna menutupi kakinya yang gemetar hebat. Matahari bersinar terik tapi tubuhnya keringat dingin. Sekuat tenaga ia mengepalkan tangannya, mengumpulkan tenaga untuk melangkah masuk.
Itu merupakan salah satu saat paling mendebarkan dalam hidup Kanya.
Kanya tidak tahu harus merasa bersyukur atau sedih dengan fakta bahwa hanya ia satu-satunya dari SD lamanya yang masuk ke SMP Harapan Mulya.
Kelebat-kelebat banyangan atas masa-masa tidak menyenangan yang dialaminya selama ia SD berputar di pikiran Kanya bagai kaset rusak.
Kanya amat takut.
"Woy!"
Begitu teriakan salah satu cowok berjaket dan bertopi biru dongker yang sangat khas. Penanda OSIS. Suara anak cowok itu begitu keras ketika berkata, "Eh anak MOS, ngapain sih di depan gerbang mulu. Ganggu jalan, tau gak?"
Sontak puluhan pasang mata menoleh ke arah Kenya seolah ia adalah anak paling aneh sedunia. Hal itu lebih dari cukup untuk membuat gadis sepemalu Kenya untuk kehilangan kesadarannya.
Kenya benar-benar jatuh pingsan.
~OOO~
Ketika Kenya terbangun, ia mendengar percakapan.
"Lo sih Do, hari pertama udah bikin pingsan anak orang!" ini suara cewek. Terdengar galak.
"Dih, kok gue?! Asli Sa, gue cuman nyuruh dia minggir doang. Cuma nyuruh minggir! Dianya aja lebay!" Suara cowok yang sama dengan yang tadi meneriakinya membela dengan kesal.
"Tapi kan tetep aja, namanya juga anak baru lulus SD. Lo pikirlah, siapa sih yang seneng diteriakin sama orang ga dikenal?"
"Lah, gak perlu pake pingsan segala kali."
"Lo kan ga tau keadaan dia sebelum datang ke sekolah gimana, siapa tahu memang dari awal udah sakit!" bentak cewek itu. "Tau ah, dasar batu! Sana pergi, ga usah di sini!"
"Ya udah, bhay!" balas si cowok keras, tersirat kekesalan dalam suaranya. Selanjutnya terdengar suara pintu yang dibanting keras.
"Dasar tempramental," gerutu si cewek pelan. "Hah~ apa susahnya sih minta maaf?"
Srett
Cewek itu – yang bisa langsung dikenali sebagai anak OSIS – membuka tirai. Wajahnya sempat terkejut lalu berubah tidak enak begitu melihat Kenya sudah terbangun.
"E-eh lo- eh, maksudnya kamu udah bangun? Sejak kapan?" tanyanya.
Kenya ragu untuk menjawab, "Baru aja, Kak."
"Eerrr, ehm.... kamu denger percakapan saya sama Aldo tadi?"
Kenya bingung harus menjawab apa. Dia takut salah menjawab dan berakhir menyinggung kakak kelasnya ini. Tapi dia juga gak mau berbohong karena menurut pengakuan ibunya, Kenya adalah seorang pembohong yang buruk.
"Sedikit, Kak," Cicitnya pelan
Kakak OSIS itu menghela nafas berat. Katanya, "Ya udah deh, pokoknya kalo ada omongan teman saya yang menyinggung kamu, saya minta maaf ya."
"I-iya, kak," balas Kenya kikuk. Tidak terbiasa dianggap secara manusiawi selain oleh keluarganya.
"Saya akan tinggalin kamu di sini. Kalo kamu udah ngerasa baikan kamu bisa balik ke kelas. Kalo belom tau kelas kamu, bisa di cek di papan pengumuman di lobby ya."
"I-iya kak. Makasih banyak kak."
"Sama-sama. Saya keluar dulu. Dadah!"
Kenya ragu-ragu membalas lambaian tangan kakak kelasnya itu.
Ia masih takjub, untuk pertama kalinya, ada seseorang selain keluarganya yang merasa perlu untuk berpamitan dengannya bahkan hanya untuk meninggalkan ruangan.
Ia tidak akan pernah melupakan momen ini. Ketika untuk pertama kalinya ia membalas lambaian tangan orang lain.
YOU ARE READING
MASA
Teen FictionNamanya Kenya. Dia gadis baik namun sangat tertutup akibat masa lalunya yang akrab akan bully. Setelah semua yang dilaluinya, Kenya yakin dia tidak akan butuh teman lagi dalam hidupnya. Baginya, teman hanyalah sekelompok orang munafik yang siap meng...