Part 13

1.4M 39.9K 2K
                                    

Mohon pengertiannya ya, bagi yang belum tahu, author lagi ujian akhir+banyak tugas, jd lagi struggle juga :3 Dimana author mgkn akan update, tp jarang selama tenggat waktu sampai tgl 25 mei.

Btw thank you banget buat readers yang udah kasih dukungan 'good luck', author sampai terharu rasanya :' dan sebagai balasannya author persembahkan sebuah part sebelum tgl 25 mei ini eksklusif utk kalian :3

***

Part 13

Fany jadi tersenyum sendiri—sadar hanya dirinya yang bisa mencairkan dinginnya Axel, si manusia es.

Selama beberapa hari ini, ia selalu pulang dari cafe lebih awal dan pergi ke perusahaan Axel setelahnya. Melihat wajah tampan itu sedang serius bekerja, bisa dibilang merupakan hobi barunya. Membuatnya kecanduan.

“Sore,” jawab Fany sambil tersenyum kepada staff - staff Axel yang menyapanya sopan. Fany sebetulnya agak risih dengan perlakuan spesial ini—ia tidak pernah suka menjadi pusat perhatian dari dulu.

Namun ia hanya bisa pasrah saat Axel dengan cuek merangkul pinggangnya posesif dihadapan para staff. Sejak hari itulah, ia diperlakukan seperti ini. Bahkan staff usia 30 tahun keatas pun segan terhadap dirinya, membuatnya bertambah risih.

Fany memicingkan matanya saat ia melihat sosok yang sangat dikenalnya sedang antri membeli kopi. “Hai...” Disenggolnya lengan kekar tersebut pelan.

Axel langsung menoleh dan merangkul pinggang Fany. “Hai juga,” ujarnya sambil tersenyum. Fany langsung merasakan beberapa pasang mata menatap Axel—dengan takjub dan tidak percaya, terutama dari kaum hawa. Fany sampai ingin sekali rasanya menyelutuk, “Nafas dulu, mbak.” 

Fany tersenyum dan menatap Axel. “Gimana, seru kan banyak jalan gini? Daripada ngedekam terus di ruangan.. Kamu juga bisa ngeliat kinerja mereka secara langsung.”

Axel mengangguk. “Iya, tapi yang cewek bukannya kerja, malah bisik - bisik pas aku lewat. Itu sih mending aku di ruangan aja,” ringisnya.

“Itu artinya mereka fans sama kamu,” ujar Fany geli. Axel hanya mengangkat bahu acuh.

“Oh ya, mulai besok aku yang jemput kamu ya dari cafe,” ujar Axel tiba - tiba.

“Loh, memangnya kenapa?” Fany mengerutkan dahinya.

Axel mendekatkan mulutnya ke telinga Fany. “Aku nggak mau 'dia' nyuri kesempatan sama kamu,” bisiknya.

“'Dia' punya nama kali Xel,” ujar Fany. “Kamu kan yang nyuruh aku ikut Leo aja daripada naik taksi ke sini..”

Axel mengacak - acak rambut Fany. “Taksi bahaya, sayang. Dan aku baru sadar kalo 'dia' lebih bahaya lagi.” Ia menghela nafas. “Pokoknya besok aku yang antar jemput kamu ya?”

Fany tersenyum dan mengangguk. Sikap posesif Axel memang sering membuatnya kewalahan, namun sekarang ia mulai terbiasa dan malah menyukainya.

“Oke deh, selama kamu nggak keganggu kerjaannya,” jawabnya. Axel langsung mengecup puncak kepalanya dengan lembut dan sayang, tanpa mempedulikan tatapan dari sekeliling mereka.

***

Jam 6 sore. Fany merasakan perutnya berbunyi minta diisi. Ia merutuki dirinya, ini pasti karena ia lupa makan tadi siang.

Axel—seperti biasa berkutat dengan kertas dan laptopnya, walau ini bukan lagi jam kantor. Fany menatap Axel resah, takut penyakit maagnya kambuh.

Dan entah dengan dorongan apa, ia berjalan mendekati Axel dan langsung duduk dipangkuannya, membuat Axel kaget. Fany mengalungkan kedua tangannya dileher Axel. “Xel, dinner yuk...” rayunya.

Marriage With(out) SexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang