"Maju dikit nak! Opp!" Seru Pak Nel yang memiliki rutinitas merapikan jejeran barisan motor SMA HARAPAN PELITA setiap paginya. Jika saja ada satu motor yang tidak lurus, walaupun sudah tua, beliau tidak segan segan meneriaki siswa yang telah merusak kerjanya pagi itu walaupun di hadapan guru-guru yang tengah berdiri di depan sekolah untuk di salim oleh para siswa.
Zea yang telah memarkirkan sepeda motornya dengan benar langsung menyalimi guru kemudian berjalan menuju kelasnya yang tak jauh dari parkiran. Kebiasaanya setiap pagi setelah meletakkan tasnya ke dalam kelas adalah duduk di depan kelasnya kemudian memperhatikan setiap orang yang datang dan diteriaki oleh Pak Nel.
Sebentar lagi bel masuk berbunyi, tetapi yang di tunggu belum juga menampakkan dirinya. Apa dia datang lebih awal? Pikir Zea.
Pulang sekolah, Zea memberanikan diri untuk memulai obrolan dengan seseorang yang ditunggunya sejak pagi tadi. Lelaki ini teman satu SMP nya yang ternyata juga satu SMA dengannya.
Zea: bra!
Woi!5 menit 10 menit 30 menit tak kunjung ada balasan, Zea muak menunggu. Ia memutuskan untuk mengisi daya ponselnya kemudian mandi.
Selesai mandi Zea mendapati layar handphonenya menyala menandakan sebuah notification.
bra: lo pikir gua beha
Zea : eh lo tadi ga masuk ya? Kok gue ga ngeliat lu?
bra : ciee lu pasti kangen gua ya
Zea : najisun woi
bra : alah pake ga ngaku lo
Zea : serah lu
bra : kemaren pulang sekolah gua nyerempet bapak2
Zea : anjir anjir!! Gilaa lo seriusss? Trus lo gimana sekarang? Berapa persen kemungkinan lo hidup? Lo masih punya utang ke gua! Bayar dulu baru mati!
Zea bergegas untuk pergi ke rumah Abra, bahkan ia pergi dengan keadaan rambut yang masih basah.
*****
"Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatu ya ahli kubur," seru Zea masuk ke kamar Ibra.
"Gila mulut lo minta gue cabein?"
"Hehe mas Ibra sensian amat sih,"
"Ngapain lu di sini? Ada perlu apa?"
"Yaelah Bra, gue tu pengen liatin detik-detik sakaratul maut lu, eh taunya belum, nyesel deh gue kerumah lu, mana rambut gue masih basah,"
"Oh, ya udah sana gih pulang, matinya gue tunda dulu, karena rencananya gue mau gantung orang dulu ntar malem,"
"Ah gila lu bro,"
"Udah sana pulang!" Ibra geram manusia yang ada di hadapannya ini, tidak ada sisi bagusnya sedikit pun yang terpancarkan.
"Ish kok gue diusir sih, yaudahlah ya semoga lu cepat mati terus gak nyusahin gue lagi,"
"Eh bambang! kapan gue nyusahin lu, yang ada lu bikin gue repot tiap hari,"
"Au ah, mas Iba jahat! Namau lagi temenan sama mas Iba," keluh Zea kekanakan meninggalkan kamar Ibra sambil memasang muka memelas.
Zea berjalan ke dapur menemui Aisyah bunda Ibra yang tampak sibuk berkutik di dapur. Zea memang sudah akrab dengan semua anggota keluarga Ibra, ditambah tidak adanya anak perempuan dalam keluarga ini menjadikan Zea seperti anak kandung oleh Aisyah.
"Eh Zea, sini bantuin bunda anterin makanan buat si bambang yang lagi sakit itu, udah dibilangin bawa motor jangan ngebut, masih aja ga ngedengerin, biar mampus itu telinganya kebakar panasnya mulut bunda ga berhenti-henti ngomelin dia kemaren sore,"
"Hahahah bagus tuh bun, biar tau rasa itu anak dari dulu bawa motor ga pernah bener, sini bun apa yang biar aku aja yang bawain."
Zea membawa nampan berisi makanan itu ke kamar Ibra, dengan senyum semangat mengetuk pintu kamar Ibra.
Tok...tok...tok...ceklekk
Zea membuka pintu kamar Ibra"Mas bray ayo makan sini, Zeandra yang cantik ini akan menyuapkan makanan kepada dirimu,"
"Lo belum pulang juga?" Tanya Ibra sinis.
"Ah mas bambang mah, sini duduk biar eneng suapin,"
Tanpa mau memperpanjang masalah, Ibra mengikuti apa yang diperintahkan oleh Zea. Zea yang menyuapkannya dengan telaten memperhatikan Ibra.
"Apaan lu liat-liat gue? Lo kira gua pisang?"
"Gini mas Iba, kok di liat-liat muka lo ternyata lumayan juga," senyum Zea meyakinkan.
"Hello!! Selama ini kemana aja kamu sayang?"
"Lumayan banget ancurnya maksud gue, naudzubillah,"
"Sialan," kesal Ibra langsung menggelitiki Zea tanpa ampun.
"Hahahaha ampun Bra ampun, woii hahahahaha," gelak Zea memenuhi ruangan ini.
"Gak ada kata ampun buat.. aaawww aaww.." teriak Ibra menghentikan gelitikinnya, tangannya yang luka berdenyut kembali ketika tak sengaja terkena siku Zea.
"Apa? Apa yang sakit? Mana Bra? Maafin gue, mana yang sakit?" Zea panik seketika.
"Hahaha lo khawatir ya? Cie...ciee.." goda Ibra.
"Apaan sih lo, ga lucu tau!" Rajuk Zea kemudian bangkit dari duduknya meninggalkan rumah Ibra.
"Yah kok malah ngambek?"
******
Zea membuka pintu kamarnya, lalu bergegas ke kamar mandi, sebenarnya dia sudah tidak tahan untuk menahan buang air besar, karena dari itu Zea bergegas pulang ke rumahnya. 'Gengsi dong boker di rumah orang, lagian paling nyaman toilet sendiri' batinnya.
LINE🎵🎵🎵
Terdengar sebuah notif ketika Zea baru saja menyelesaikan perangnya.
Ia mengecek handphonenya.Bra : p
P
P
P
Ze lo marah?
Woii??
Ah ze maap gue kan becanda
Pokoknya besok lo harus jemput
gue besok pagi, kalo lo gak mau
gue ga mau ke sekolah.
P
P
Jan lupa ya!!Zea mengetikkan balasan
Zea : Bodo amat yang jadi bego kan lu bukan gue:p
KAMU SEDANG MEMBACA
Zebra
Teen FictionSemoga saja kau mengerti, bawasannya aku menginginkanmu sejak jauh hari.