Kau tidak akan pernah tau, jika kau tak cukup berani untuk mencoba mengetahuinya.
-
-
-
-" Berbaringlah aku akan mengambil obat " titah Jimin kemudian beranjak meninggalkan Hye Jin di kamarnya.
Apa yang membuatmu sebodoh ini park Hye Jin, kau kembali mengungkit luka lamanya, jika saja kejadian dua tahun silam kembali terjadi maka kau harus bertanggung jawab, ucap Hye Jin membatin, fikirannya kini di penuhi dengan banyak pertanyaan yang tak dapat ia jawab sendiri, hingga beralih menyembunyikan badannya kedalam selimut mencoba untuk tertidur." Apa kau tidur? " tanya Jimin saat memasuki kamar dengan sebua nampan putih di tangannya, terlihat mangkuk kecil bubur, segelas air, dan sebuah bungkusan obat di atasnya.
Hye Jin menurunkan selimutnya sebatas leher kemudian menengok ke arah Jimin yang duduk di tepi ranjangnya. " Apa yang oppa bawa, aku tidak sakit dan tidak akan mau meminum obat itu " Hye Jin menutup mulut dan hidungnya saat bau obat menyeruak merambah indra pemciumannya.
" Kau bukan lagi anak-anak cepat makan bubur ini dan juga obatnya, ini sudah hampir melampaui jam makan malam, cepat bangun " Ucap Jimin sembari menarik selimut Hye Jin yang ia sengaja gunakan untuk menutupi kepalanya.
" Oppa aku tidak sakit, untuk apa aku minum obat, aku akan menghabiskan buburnya tapi tidak dengan obat itu " rengeknya masih dalam selimut, hal tersulit bagi Hye Jin adalah menelan obat, sejak kecil bahkan ia harus di ikat agar mau memasukan obat ke mulutnya, Jimin benar-benar malas dengan sikap adiknya ini, mungkin Hye Jin dewasa dalam segala hal bahkan melebihinya, kecuali hal yang satu ini.
" Bangun, atau aku akan mengikat mu " bentak Jimin tegas, Hye Jin membuka selimutnya dan memperlihatkan raut memelasnya, demi apapun Jimin tak tega melihatnya, tapi jika Hye Jin tak meminum obatnya maka memar di bahunya akan bertambah parah. Jimin kemudian meraih sendok dan menyuapkan bubur pada Hye Jin perlahan. " Lihat sekarang, yang sehatusnya menangis dan sakit itu aku, tapi justru sebaliknya apa yang kau lakukan hinga bahumu memar separah itu, eoh? " tanya Jimin sembari kembali menyuapkan bubur yang kesekian kalinya.
" Aku berlari seperti orang gila saat Sora memberitahuku nama wanita itu, aku bahkan menerobos kerumunan pria yang tengah berkumpul di pinggir jalan " Hye Jin menyentuh bahunya yang terasa ngilu mengingat betapa kerasnya benturan yang ia dapatkan, bahkan ia sempat terpental saat menabrak seorang pria bertubuh kekar.
" Kau wanita yang tangguh " Jimin mengacak pucuk kepala Hye Jin membuat sang punya menatap sinis. Hye Jin meminun air yang di sodorkan padanya, ia telah menghabiskan buburnya hingga tandas namun perutnya tiba-tiba sakit saat melihat Jimin mengeluarkan beberapa butir obat dari plastik obat di tangannya.
" Oppa apa aku harus meminumnya? Aku sudah merasa sehat, besok memar ini pasti sudah hilang " ujar Hye Jin kembali berusaha membujuk sang kaka.
" Tidak, kau harus tetap meminumnya, kau tak dengar apa yang di katakan dokter tadi, lebammu itu akan membengkak jika kau tak meminum obat ini " titah Jimin sembari menyodorkan obat di tangannya.
Wajah Hye Jin seketika pucat, melihat tiga butir obat di tangannya, perutnya mual saat merasakan aroma obat memasuki indra pemciumannya, ia perlahan menutup mata dan menghimpit hidungnya dengan jari telunjuk dan ibu jarinya bersamaan dengan lemparan obat kedalam mulutnya kemudian didorong oleh segelas air yang di minumnya.
Ohok.. ohok.. Hye Jin terbatuk karna terlalu terburu-buru meminum airnya, Jimin memukuli pundak Hye Jin membantu " pelan-pelan ".
" Oppa mianhae " ucap Hye Jin kembali ke posisi duduk semula, terlihat matanya kembali mulai berkaca-kaca. " Aku benar-benar tidak tau jika wanita itu dia, aku bersumpah aku benar-benar tak tau " lanjutnya dengam wajah di tekuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
stuck the love park jimin
Fantasy" Apa kau yakin, perasaan itu cinta ? " ucap seorang gadis yang terus menatap ke arah danau tanpa meperdulikan keberadaan pria di sampingnya. " Apa kau tak mempercayaiku? kita telah hidup bersama selama ini, jika kau butuh bukti maka bersiapla...